Senin, 23 Mei 2011

MAHASISWA MALAYSIA KUNJUNGI FBS UNESA

Senin (20/4), beberapa mahasiswa berpakaian almamater terlihat sibuk, berjalan mondar-mandir kesana kemari. Tergopoh-gopoh mereka menyiapkan segala perlengkapan yang diperlukan. Hari itu Fakultas Bahasa dan Seni Unesa kedatangan Mahasiswa dari Universitas Islam Internasional Malaysia. Mereka dijadwalkan akan berada di FBS Unesa pada pukul 8.00 WIB namun mereka datang 20 menit lebih awal yaitu pada pukul 7.40 WIB.
Mahasiswa Malaysia yang datang ke FBS Unesa ini dinaungi oleh sebuah yayasan yang bernama MAAY (Moeslem Aid Asia Youth), sebuah yayasan sosial yang bergerak dibidang sosial budaya dan lingkungan hidup terutama membantu orang-orang muslim. Nah, organisasi inilah yang mencarikan sponsor untuk membantu 19 orang mahasiswa Malaysia mengunjungi Surabaya. Salah satu mahasiswa Malaysia itu adalah Irwansyah yang merupakan peserta Asian Pacific Interfaith Youth Camp 2008. Sebuah kegiatan internasional tentang pencegahan global warming di dunia. Kegiatan ini diadakan oleh sebuah organisasi yang bernama Tunas Hijau. Tunas Hijau inilah yang membantu mahasiswa Malaysia yang rata-rata berasal dari jurusan Ekonomi ini untuk mengunjungi berbagai tempat di Surabaya, salah satunya di FBS Unesa karena salah satu anggota Tunas Hijau adalah mahasiswa Bahasa Inggris 2005, Dony Setyawan.
Tujuan kedatangan 19 mahasiwa ini adalah untuk mempelajari kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Surabaya. Lingkungan kampus adalah gambaran kecil masyarakat, karena itu mereka memilih untuk mengunjungi dua kampus di Surabaya yaitu Unesa dan STIE PERBANAS. Selain itu mereka juga ingin mengetahui bagaimana seni budaya di FBS Unesa yang terdiri dari berbagai jurusan terutama Bahasa Jawa dan Seni rupa. Setelah kunjungannya ke dua universitas di Surabaya, berbagai tempat menarik adan bersejarah juga mereka kunjungi dalam kunjungannya kali ini seperti Masjid Agung Surabaya, Makam Sunan Ampel, kunjungan ke panti asuhan, PT PAL dan beberapa tempat di Surabaya.
Awalnya, mahasiswa ini hanya dijadwalkan untuk mengunjungi jurusan Bahasa Inggris karena mahasiswa jurusan bahasa Inggrislah yang punya ‘link’ dengan mereka. Namun karena berbagai pertimbangan, maka mahasiswa Malaysia yang selama berada di Surabaya menginap di hotel Garden Palace inipun mengunjungi semua jurusan di FBS Unesa. Maka di bentuklah kepanitian yang anggotanya melibatkan semua jurusan di FBS Unesa. Selama dua minggu panitia mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk menyambut kedatangan mahasiswa yang djadwalkan akan berada di Surabaya selama 1 minggu ini.
Kedatangan para Mahasiswa Malaysia ini disambut panitia BEMF FBS dengan meriah. Pertama kali, para mahasiswa negeri jiran ini diajak ke Joglo FBS Unesa untuk menyaksikan workshop EQS (English Green Squad) yang mengadakan workshop cinta lingkungan untuk menyambut peringatan hari bumi. Dalam Workshop ini, EQS yang merupakan salah satu divisi BEMJ Bahasa Inggris mengundang anak-anak SD diantaranya SD Lidah Wetan 462 dan SD Lidah Wetan 463 untuk hadir dalam kegiatan ini. Acara ini menarik perhatian para mahasiswa Malaysia. Merekapun bergabung untuk mensosialisasikan kegiatan cinta lingkungan pada anak-anak SD ini.
Tepat pukul 8.00 WIB, panitia membawa mereka ke Gedung Audit FBS Unesa untuk mengikuti acara yang telah dipersiapkan oleh panitia. Acara dibuka oleh Pembantu Dekan III FBS Unesa Bapak Peni, dilanjutkan sambutan-sambutan dan berbagai hiburan yang ditampilkan untuk menyambut para mahasiswa Malaysia ini. Hiburan-hiburan itu antara lain taiko dari bahasa Jepang, tari Sparkling Surabaya dari jurusan Bahasa Inggris, tari remo dari jurusan Bahasa Jawa dan berbagai hiburan dari jurusan lain.
Pada pukul 10.30, 19 mahasiswa Malaysia ini diajak berkeliling mengunjungi semua jurusan yang ada di FBS. Karena ada 9 jurusan, 19 orang mahasiswa Malaysia inipun dibagi menjadi 9 kelompok yang mengunjugi jurusan yang berbeda. Di Jurusan, penyambutan yang dilakukanpun tak kalah seru, salah satunya di jurusan Bahasa Jawa. Para mahasiswa Malaysia yang sangat antusias ini diajak mencoba berbagai macam alat musik tradisonal. Merekapun mencoba gamelan yang baru pertama kali mereka coba di Surabaya. Setelah itu para mahasiswa ini berkunjung ke Masjid Baitul Makmur II Unesa untuk melaksanakan ibadah Shalat Dhuhur. Dengan berjalan kaki mahasiswa yang rata-rata berasal dari semester 4 dan 6 inipun megunjungi masjid kebanggan Unesa kampus Lidah Wetan. Pada pukul 11.30, mereka kembali ke Gedung Audit FBS Unesa untuk menikmati berbagai masakan khas Surabaya.
“Sebenarnya kedatangan mahsiswa malaysia ini sangat mendadak, sehingga kepanitianpun cepat dilakukan. Namun semua itu tidak mengurangi usaha panitia untuk menyambut kedatangan mahsiswa Malaysia itu dengan meriah. Bahkan salah satu mahasiwa Malaysia yang ditanya panitia tentang kesannya terhadap kunjungannya ke FBS Unesa menjawab seronok atau dalam bahasa Indonesia berarti bagus sekali. Hal ini menandakan kesuksesan panitia dalam menyambut para mahasiswa Malaysia itu,” terang Suwandi, Ketua Penyambutan Mahasiwa Malaysia ini ketika dimintai pendapatnya tentang kedatangan Mahasiswa Malaysia di FBS Unesa.
Mahasiswa Bahasa Inggris 2006 ini juga berharap semoga dengan kedatangan mahasiswa Malaysia ini dapat memperkuat persaudaraan antar mahasiswa terutama dari dua negara yang berbeda. Selain itu, kunjungan mahasiswa Malaysia kemarin merupakan sebuah starting point untuk kegiatan selanjutnya.”jadi harapan kita bisa menjalin kerja sama dalam bidang apapun. Tahun 2010 akan ada Youth Camp lagi, kita berharap Unesa akan bisa dijadikan sebagai Field Trip, jika Unesa bisa menjadi contoh kampus yang peduli dengan lingkungan hidup,” terangnya mengakhiri wawancara.(Alfanita)

SEMINAR CREATIVE WRITING AND ITS PEDAGOGY HADIRKAN PROFESOR STANFORD UNIVERSITY

Banyak orang berfikir bahwa menulis adalah pekerjaan yang sulit. Oleh karena itu, menumpahkan perasaan secara lisan dianggap lebih mudah daripada menulis. Namun, pada dasarnya dalam menulis dibutuhkan tiga elemen atau bagian yaitu kognisi, intuisi dan imaginasi. Menulis yang seperti inilah yang dinamakan Creative Writing. Dalam Creative Writing penulis harus menuliskan karyanya dengan kreatif. Beberapa contoh creative writing berupa cerita pendek, novel, puisi, dsb. Bagi mahasiswa sastra Inggris Unesa, Creative Writing menjadi salah satu mata kuliah pilihan yang dapat diambil di semester genap. Walaupun hanya mata kuliah pilihan tetapi rasanya masih belum ‘pas’ bila belum mengambil matakuliah ini.
Untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa bahasa Inggris terutama mahasiswa sastra Inggris, Jurusan pendidikan dan Sastra Inggris Unesa bekerja sama dengan Konsulat Amerika di Darmo pada (1/4) mengadakan sebuah seminar yang bertajuk Seminar Creative Writing and Its Pedagogy. Seminar yang digelar di gedung Audit FBS lantai 2 ini menghadirkan seorang pembicara dari Amerika, Valerie miner novelis asal Amerika Serikat yang juga merupakan profesor Stanford University.
Valerie Miner merupakan salah satu penulis terkenal Amerika yang telah menerbitkan 13 buku. Salah satu bukunya adalah novel berjudul After Eden yang diterbitkan oleh Oklahoma press pada tahun 2007. Selain itu beberapa novel juga pernah ditulis wanita murah senyum ini diantaranya range of light, a walking fire, winters’s edge, blood sisters, Movement: A novel in Stories, dan murder in the English department. Tidak ketinggalan di fiksi pendek, Abubdant light, The night singes and Trespassing adalah beberapa karyanya. Ia juga menerbitkan beberapa essai. Karyanya telah dipublikasikan di lebih dari 60 antologi. Wanita berambut pendek ini juga telah memenangkan berbagai penghargaan diantaranya dari the Rokefell Fondation, the MCknight Foundation dan the Jeror Foundation, the NEA, The Australia Council Literary Arts. Kesibukan lain yang kini digelutinya adalah sebagai artist-in-residence, berkolaborasi dalam menulis buku, menggelar pameran di berbagai museum, serta terlibat di beberapa teater. Beberapa kali juga ia ikut dalam sandiwara radio yang diputar di BBC.
Dalam seminar berdurasi satu setengah jam tersebut Valerie Miner menjelaskan tentang Creative Writing atau yang dalam bahasa Indonesia dinamakan menulis kreatif. Menurut wanita yang kini tinggal di San Fransisco dan California itu, dalam menulis kreatif di butuhkan sebuah usaha dan ketekunan. Kita juga harus dapat merasakan apa yang terjadi di sekitar kita. Karena itulah kita harus membawa pulpen dan buku catatan kemanapun kita pergi. Hal ini dimaksudkan agar kita tidak kehilangan momen terbaik untuk menulis karena bisa saja tulisan yang ingin kita tulis terlupa saat kita hanya mengingat apa yang terjadi. Jadi menurut wanita semampai ini jangan tunda untuk menulis sesuatu kapanpun dan dimanapun kita berada.
Sekitar dua ratus peserta datang menghadiri seminar berdurasi kurang lebih satu setengah jam tersebut. Peserta yang datangpun bukan hanya berasal dari mahasiswa bahasa Inggris saja tetapi juga para alumni Pendidikan dan Sastra Inggris yang beberapa diantaranya telah menjadi penulis dan menerbitkan buku, wartawan Jawa Pos serta beberapa lembaga bahasa Inggris terdekat di Unesa. Semua peserta terlihat sangat antusias mendengarkan penjelasan dari wanita yang mendapatkan gelar profesornya pada tahun 2006 ini. Pada discussion session, Valerie Miner memberikan kesempatan pada para peserta untuk bertanya tentang seputar masalah menulis. Banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh para peserta salah satunya oleh Indah, mahasiswa Universitas Wijaya Kusuma Surabaya ini bertanya bagaimana menulis referensi dalam bahasa Inggris. Indah yang merupakan wartawan jawa pos ini ingin mengetahu bagaimana menulis berita atau apapun dengan menggunakan bahasa Inggris sedangkan bahasa Inggris bukanlan native language bangsa Indonesia. Dan Valeriepun menjawab pertanyaan Indah dengan jelas bagaimana penulis menulis karya dengan bahasa asing.
Drs. M. Khoiri selaku salah satu koordinator seminar dan dosen Creative Writing di jurusan sastra Inggris FBS Unesa mengatakan bahwa seminar ini bermula dari tawaran konsulat Amerika di jalan Darmo yang menawarkan Valeri Miner sebagai Pembicara di forum kampus dengan tema Creative Writing. Valerie yang telah mengajar selama 25 tahun ini ingin berbicara di forum kampus, jurusan Bahasa dan sastra Inggrispun menjadi sasaran kerjasama. Jurusan Bahasa Inggris merespon tawaran ini dengan baik. Selain karena ingin menambah pengetahuan dalam cara penulisan kreatif, Valerie miner yang merupakan penulis terkenal di Amerika di harapkan menjadi motivasi tersendiri bagi mahasisa bahasa Inggris, khususnya mahasiswa Sastra Inggris.
Sebenarnya ada tiga tujuan yang ingin dicapai oleh panitia pelaksana seminar dengan adanya seminar Creative Writing ini. Bagi mahasiswa, diharapkan mereka dapat termotivasi untuk menulis. Bagi jurusan Bahasa dan sastra Inggris seminar ini merupakan salah satu kebanggan tersendiri karena para dosen dapat bertukar pikiran dengan penulis sekelas Valerie tentang bagaimana Creative Writing diajarkan. Sedangkan bagi pengajar Creative Writing, kedatangan Valerie menambah semangat dan inspirasi baru tentang bagaimana creative writing diajarkan pada mahasiswa.
Akhirnya, beberapa target telah dicapai dalam seminar Creative Writing. Satu diantaranya diantaranya antusias peserta yang tinggi. Ini terlihat dari sikap peserta yang sangan antusias terhadap seminar ini. Setelah seminar ini diharapakan teknik kepenulisan Creative Writing dapat dipahami dan diadopsi. “Saya mengharpakan dalam lima tahun kedepan akan muncul penulis-penulis dari jurusan bahasa Inggris yang akan menampilkan karya terbaik mereka,” harap alumnus program International Writing Program di University of Iowa, USA tahun 1993 ini mentup wawancara. Amin. (Alfanita Zuraida)

Geliat PLS Dalam Seminar Nasional

Sebagai salah satu jurusan di Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Pendidikan Luar Sekolah (PLS) sedang berusaha menunjukkan eksistensinya. Setelah sekian lama tertidur pulas tanpa kegiatan besar, PLS kembali menunjukkan gaungnya. Dalam Pekan Pendidikan PLS(28/2), PLS mengadakan sebuah seminar nasional. Seminar nasional bertema “Homeschooling sebagai alternatif pendidikan anak bangsa?” ini menghadirkan tiga pembicara nasional yaitu Dr. Seto Mulyadi , Psi; M. Psi, (ketua ASAH PENA Indonesia), Prof. Drs. Yatim Riyanto, M. Pd (sekretaris tim sertifikasi nasional), dan Tun Kelana Jaya (Praktisi Pendidikan Jakarta). Acara yang merupakan serangkaian acara dalam one week with PLS go to education for all itu berlangsung meriah, 630 peserta dan undangan hadir memenuhi gedung sawunggaling Unesa.

Home schooling (HS) yang merupakan sebuah sistem pendidikan memang sedang ramai dibicarakan. Hal ini tidak terlepas dari peran media massa baik elektronik maupun cetak yang mempopulerkan sistem pendidikan alternatif yang bertumpu dalam suasana keluarga. HS semakin menjadi perhatian dalam dua tahun terakhir ini antara lain sejak begitu banyaknya orang tua merasakan bahwa suasana pembelajaran di sekolah negeri maupun swasta kurang mengedepanan kepentingan terbaik bagi anak. Ini menyebabkan anak menjadi stress dan kehilangan kreativitasnya yang ilmiah. Karena hal itu maka muncullah sekolah alternatif yang menyenangkan dan mencedaskan anak. Dari sekolah alternatif itu maka muncullah homeschooling.

Kak seto, panggilan akrab Dr. Seto Mulyadi , Psi; M. Psi memaparkan dengan menarik bagaimana HS bisa menjadi sebuah alternatif pendidikan bagi anak bangsa. Dalam HS, tidak ada kelas seperti di sekolah formal karena siswa HS bisa belajar dimana saja. Di sekolah ini fungsi guru hanya sebagai pembimbing yang tugasnya mengarahkan minat anak-anak pada bidang yang disukainya. Secara umum, pria berkaca mata ini menjelaskan bahwa sekolah altenatif ini menjadikan anak didik sebagai subjek kurikulum bukan objek kurikulum.

Pembicara kedua, Tun kelana Jaya menjelaskan tentang Integrated Education System. Dalam pendidikan yang integral ini harus melakukan tiga unsur pelaksana yaitu keluarga, sekolah/kampus, dan masyarakat. Buruknya pendidikan anak di rumah memberi beban berat kepada sekolah atau kampus untuk menambah keruwetan persoalan dalam masyarakat. Sementara situasi masyarakat yang buruk membuat nilai-nilai yang mungkin sudah berhasil ditanamkan tengah keluarga dan sekolah/kampus menjadi kurang optimal. Apalagi bila pendidikan diterima di sekolah juga kurang bagus maka lengkaplah kehancuran dari tiga pilar pendidikan tersebut. Dalam pandangan system pendidikan islam, semua unsur pelaksana pendidikan harus memberikan pengaruh positif kepada anak didik sedemikian rupa sehingga arah dapai dicapai dan tujuan bisa didukung bersama-sama.

Pembicara terakhir, Prof. Drs. Yatim Riyanto, M. Pd. mengatakan Homeschooling sebagai pendididkan alternatif untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional sudah dilaksanakan sejak zaman dahulu. Agus Salim adalah contoh konkret orang tua yang melakukan homeschooling pada zaman dahulu. Selanjutnya pria yang juga merupakan ketua I komite PLS propinsi Jawa Timur ini menjelaskan bahwa banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam implementasi home schooling antara lain sarana dan prasarana pendukung pembelajaran homschooling, referensi buku-buku bacaan, media pembelajaran dalam homeschooling, keterbatasan waktu dan kompetensi orang tua (jika dalam HS merupakan satu-satunya tutor/pendidik). Selain itu arti HS bukan semata-mata orang tua mengajar anaknya, melainkan orang tua belajar bersama anak. Jadi tidak ada keharusan bahwa orang tua harus menguasai materi pelajaran. Yang juga patut diperhatikan HS menuntut tanggung jawab yang besar dari orang tua akan perkembangan anaknya. Ini adalah komitmen yang tidak mudah, apalagi bagi orang tua yang tinggal kota.

Wiwin yulianingsih, M.Pd, yang merupakan pendamping kemahasiswaan PLS mengatakan bahwa serangkaian kegiatan PLS ini bertujuan supaya jurusan PLS lebih dikenal terutama di Unesa sendiri.” Pada umumnya dengan kegiatan ini saya berharap PLS dapat memberikan citra yang baik dan dapat dikenal oleh mahasiswa Unesa sendiri,” tukas perempuan berjilbab ini.

Di tempat yang sama ketua jurusan PLS, Drs. I Ketut Atmaja J. A., M. Kes., juga menjelaskan bahwa Seminar Nasional ini juga merupakan sarana pembelajaran organisasai bagi mahasiswa PLS. Hal ini karena semua kegiatan dikoordinasi dan dilakukan oleh mahasiswa PLS itu sendiri. “Mulai dari menghadirkan pembicara sampai pelaksanaan kegiatan semua dilakukan sendiri oleh mahasiswa PLS. Sebenarnya banyak potensi mereka yang harus digali, misalnya ya ini kemampuan berorganisasi. Semoga dengan kegiatan ini PLS juga menjadi lebih dikenal,” harap pria murah senyum ini.

Salah satu peserta seminar nasional yang berhasil diwawancarai majalah Media Informasi dan Komunikasi Unesa, Devia dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten mengatakan bahwa seminar ini adalah seminar yang bagus selain pembicaranya adalah pembicara nasional materi yang diberikan pada peserta juga sangat berguna, terutama bagi mereka yang berkecimpung dalam dunia pendidikan. Gadis berkacamata ini juga menambahkan pelayanan panitia pada peserta dari luar Surabaya yang sangat bersahabat menambah nila plus tersendiri baginya.” Mulai dari awal tiba disini para panitia sudah menjamu saya dan teman-teman dengan baik sekali,” tukasnya.

Selain seminar nasional, beberapa agenda juga digelar PLS dalam Pekan PLS diantaranya PLS goes to school yang meliputi agenda sosialisasi jurusan PLS dan PPLS ke pelajar SMA, PLS presentation in the class, PLS Share and Care, dan PLS Short Therapy, PLS Kajur Cup 2009 yang menyelenggarakn Futsal SMA Se-Gerbang Kertasusila, dan PLS Short Camp dengan kemah sehari untuk pelajar SMA sebagai agendanya. Semoga PLS menjadi lebih maju. Bravo PLS!

(Alfanita Zuraida)

CARA MUDAH PROTEKSI KOMPUTER DARI VIRUS TANPA PROGRAM ANTIVIRUS & FIREWALL



Picture taken from: Pusdikom

Virus, trojan, worm dan sejenisnya sering menggangu kita dalam penggunaan komputer. Biasanya satu hal yang sering kita lakukan adalah dengan memakai antivirus dan firewall. Namun pertanyaannya adalah apakah antivirus dan firewall itu berguna? Dan Jawabannya adalah belum tentu karena virus bisa lebih baru dari antivirus dan firewall akan membuat komputer berjalan lebih lambat. Lalu bagaimana cara aman, cepat dan praktis dalam menangani virus. Di dalam artikel ini akan dibahas beberapa cara untk mencegah kerusakan system , file, dan data tanpa perlu campur tangan antivirus atau firewall.

Namun, sebelumnya akan dijelaskan bagaimana virus trojan, worm, dan sejenisnya bisa masuk ke dalam komputer. Virus sebenarnya berbeda dengan trojan atau worm, tapi dalam kenyataannya penyebaran virus banyak dimanfaatkan oleh program worm dan trojan. Trojan adalah sebuah program yang dapat dijalankan (biasanya ber-ekstension EXE) oleh pengguna komputer dan ketika program tersebut dijalankan, maka trojan akan merubah sesuatu dari sistem komputer kita ( pada umumnya registri windows yang diubah). Berbeda dengan virus, virus itu beresiden di memori dan dia akan merubah file yang biasanya berekstension EXE atau COM dan kadang-kadang file tersebut menjadi rusak. Sedangkan worm merupakan program kecil berupa script yang bisa menempel dimana saja, bahkan bisa menempel di html file (file website).

Program antivirus pada umumnya menggabungkan semua worm dan trojan dalam kategori virus, contohnya adalah worm yang diberi kode W didepannya baru kemudian nama worm tersebut (w32/sober). Namun kita juga akan menganggapnya sebagai virus karena itu merusak file komputer. Intinya adalah virus dapat berupa atau berfungsi seperti trojan/worm dan sebaliknya juga, apalagi kalau file tersebut telah terinfeksi, maka file-file itu juga akan menjadi file trojan/worm dan menginfeksi file-file yang lainnya.

Dulunya penyebaran virus hanya bisa dilalui menggunakan media luar seperti disket, CD, VCD, dan USB drive namun pada umumnya memanfaatkan teknologi internet untuk menyebar luas. Cara masuknya bisa melalui E-mail (attachment), mirc, messenger (kirim/download file), download dari situs (terutama situs porno) atau bahkan memanfaatkan kelemahan dari sistem browser kita. Banyak cara pembuat virus untuk menjebak orang supaya tertarik untuk men-download dan membuka file yang bervirus, antara lain dengan iming-iming gambar porno, gambar lucu, tools yang berguna, cara mudah mendapatkan uang, games bagus, hingga pesan dr FBI/CIA.

Dan sebenarnya cara untuk mengatasi virus agar tidak masuk ke dalam komputer itu cukup mudah. Beberapa cara itu antara lain:
1. Jangan membuka e-mail atau menerima e-mail, mirc, dan messenger kalau kita belum kenali dengan pengirimnya dan belum yakin file itu berisi virus atau bukan.
2. Kalau kita ingin browser ke situs yang tidak kita kenal, sebaiknya matikan program java dan java script. Matikan juga fitur install auto atau install on demand supaya program yang berisi virus tidak masuk ke komputer kita.
3. Kalau ingin membuka disket, CD, DVD, USB drive dan media luar apaun scan dahulu dengan program antivirus untuk memastikan itu benar-benar aman.

Cara-cara diatas mungkin akan mencegah masuknya virus ke komputer kita, namun tidak akan 100% karena Lebih dari 90% komputer yang terkoneksi internet pernah terkena virus. Nah, untuk mengatasi supaya aman dari virus, walaupun virus tersebut sempat masuk ke komputer kita adalah: .

1. Virus pada umumnya akan merusak dan memperlambat proses kerja komputer. Untuk menghindari kerusakan yang ditimbulkan virus, anda harus punya cadangan penyimpanan data atau file system. Untuk itulah backup system & data sangat diperlukan, apalagi kita tidak akan mengetahui kecanggihan virus di masa yang akan datang dan apa kerusakan yang ditimbulkan. Cara backup pada winXp dan winme dengan create restore point dahulu di program> accesories> system tools> system restore, win98 bisa pakai Microsoft Backup dengan membackup folder windows semuanya. Khusus untuk data, Winxp dan Winme juga harus menggunakan Microsoft backup karena system restore tidak 100% mengembalikan data kita.

Kalau kita tidak mau melakukannya secara manual, Winxp dan Winme sudah otomatis melakukannya setiap anda mematikan komputer anda. Untuk Win98 satu-satunya cara hanya memakai program system shedule windows atau program lainnya yang berfungsi sebagai otomatis backup, ketika komputer mengalami idle ,Winxp dan Winme juga harus memakai program tersebut agar bila komputer hari ini terkena virus maka tinggal restore system program kemarin atau sebelumnya.

2. Cara ini adalah untuk mencegah virus merusak file system kita yang biasanya berakhiran EXE. Sebelum kita melakukan hal ini, kita harus terlebih dahulu membackup system windows kita (baca keterangan no 1 di atas), dalam melakukannya kita harus sangat berhati-hati karena kesalahan yang dapat berakibat fatal pada system komputer kita. Kita juga harus mempunya dasar windows, karena kalau tidak kita akan mengalami kesulitan untuk memahaminya.

Caranya adalah rubah atribut dari file EXE anda menjadi READ ONLY atau hanya dapat dibaca, tidak dapat ditulis. Kita bisa menggunakan SEARCH dari windows kita, kemudian cari semua program yang ber-ektenstion EXE (search key-nya *.exe) di folder windows. Setelah itu blok semua program yang tampil (atau tekan ctrl+a) kemudian klik kanan pilih properties. Setelah itu pilih READ-ONLY di bagian bawah kotak pilihan atributes. Bagi yang mengetahui DOS (command prompt) bisa menggunakan perintah 

ATTRIB, yang fungsinya sama dengan contoh diatas, contoh : c:\windows>attrib +r *.exe.
Hal ini akan mencegah virus untuk merubah atau merusak file-file tersebut, karena pilihan tadi mematikan fitur untuk merubah file-file tersebut. Kalau kita ingin lebih yakin virus bisa mendeteksi hal tersebut, bisa ditambahkan pilihan HIDDEN (menyembunyikan file tersebut) di sebelah kanan dari READ ONLY. Dengan kedua pilihan tersebut virus-virus pada umumnya tidak akan dapat menginfeksi file tersebut. Kalau kita ingin menampakkan file HIDDEN ketika membuka folder di komputer anda, anda bisa pilih "show all hidden files" di "folder option".

Kita juga bisa melakukan hal di atas ke semua folder komputer kita, kalau kita merasa hal ini perlu dilakukan, atau mungkin dilakukan juga ke file lain yang bukan ber-ekstensi EXE atau COM. Cara ini adalah cara yang paling efektif dan telah diuji. Satu hal yang penting diketahui, kalau kita ingin melakukan penghapusan atau perubahaan ataupun kita sering meng-update file yang ber-ekstensi EXE tersebut, kita harus ingat untuk membuka proteksi read-only atau hidden tersebut. Kalau tidak file tersebut tidak akan bisa dihapus atau diupdate, atau akan muncul pesan error. Selamat Mencoba!

(Alfanita Zuraida, Sumber: erwin@ketok.com)

SAINS DAN TEKNOLOGI SEBAGAI PENUNJANG PEMBELAJARAN DI FAKULTAS BAHASA DAN SENI

 
“Pendidikan sains, teknologi, dan seni dalam menjamin pembangunan berkelanjutan dan meningkatkan daya saing bangsa”, sesuai tema Hardiknas tahun ini, dekan Fakultas Bahasa dan Seni(FBS) Prof. Dr. Setya Yuwana, MA mengatakan bahwa di FBS sendiri pendidikan lebih diarahkan ke bidang seni sesuai dengan kepanjangan FBS itu sendiri. Namun tidak berarti seni disini dipisahkan dalam sains dan teknologi. Sesuai dengan manfaatnya, sains dan teknologi digunakan sebagai penunjang dalam setiap pembelajaran di fakultas yang berencana membuka kelas bahasa mandarin tahun ini.” Teknologi yang tidak dapat dipisahkan dengan seni misalnya, acara pentas seni tari menggunakan lighting atau tata lampu serta peralatan komputer untuk pertunjukkannya. Dalam pembelajaran di kelas, teknologi itu juga selalu digunakan, penggunaaan LCD, laptop, dan OHP juga merupakan sebuah contoh penggunaan teknologi dalam pembelajaran di FBS.

Namun ada beberapa masalah yang dihadapi FBS dalam pemanfaatan sains dan teknologi. Salah satunya adalah ketebatasan sarana dan prasarana. Keterbatasan sarana dan prasarana itu disebabkan oleh keterbatasan dana yang ada. Di FBS banyak lab-lab yang keadaanya sudah tidak layak dan perlu direnovasi lagi. Dalam rangka peningkatan lulusan yang berkualitas, maka sarana dan prasarana itu perlu dibenahi. Hal ini bertujuan agar lulusan yang di hasilkan di Fakultas FBS memiliki daya saing dengan lulusan-lulusan dari universitas lain.

Mengintip ke beberapa universitas di Surabaya seperti Institut Sepuluh November (ITS) dan Universitas Airlangga (Unair), keadaannya jauh beberbeda. Menurut pria berperawakan tegap ini, teknologi yang digunakan di dua universitas itu sudah maksimal. Sedangkan di Unesa sendiri penggunaannya masih belum maksimal.” Untuk menuju word class university Unesa masih ‘jauh’ namun Unesa terus berbenah diri untuk menjadi Universitas yang melek teknologi. Semoga Unesa, khususnya di FBS ini bisa menjadi institusi atau lembaga yang bisa menggabungkan tiga hal penting sains, teknologi dan seni sehingga lulusan FBS memiliki daya saing yang tinggi,”harap pria murah senyum ini mengakhiri wawancara dengan wartawan Humas Unesa. (Alfanita Zuraida)

Hadiahkan 2.228 Lulusan Berkualitas Pada Masyarakat


Hamparan wisudawan bertoga tumpahruah di Gedung Olah Raga (GOR) Bima Unesa Lidah Wetan. Wajah sumringah mengiringi mereka memasuki gedung kebanggaan warga Unesa yang dijadikan lokasi prosesi. Senyum tak pernah lepas menghiasi pemilik-pemilik bibir yang akan menyambut fase hidup baru. Hari itu (10/10) Unesa menggelar wisuda ke-67 dengan meluluskan 2.228 wisudawannya. Seperti seorang Ibu yang telah mendidik anaknya dengan berbagai ilmu dan ketrampilan hidup, kini Unesa rela melepaskan lulusan-lulusannya untuk mengabdi pada masyarakat.

2.228 wisudawan yang lulus hari itu terdiri dari delapan fakultas diantaranya PPs (78 wisudawan), FIP (184 wisudawan), FBS (475 wisudawan), FMIPA ( 377 wisudawan), FIS (162 wisudawan), FT (261 wisudawan), FIK (259 wisudawan), dan FE (432 wisudawan). Dengan wisuda Unesa ke-67, total alumni Unesa berjumlah 83.081 dengan rekapitulasi S-1 berjumlah 39.911 alumni, 1.474 alumni untuk S-2, dan 57 alumni untuk S-3. Sedangkan untuk program Diploma dan Akta masing-masing berjumlah 2.347 dan 39.283 lulusan.

Seperti wisuda-wisuda sebelumnya, prosesi wisuda ke-67 ini juga dibagi 2 gelombang yakni gelombang pertama pada pukul 07.00-12.30 untuk Program S3, S2 ; S1 FMIPA ; S1 dan D3 FT ; S1 dan D3 FE dan gelombang kedua pada pukul 12.30 s.d. 16.30 untuk Program S1 dan D2 FIP ; S1 dan D3 FBS ; S1 dan D3 FIS ; S1 dan D2 FIK. Prosesi diawali dengan masuknya Rektor, Pembantu Rektor, dan para pimpinan Unesa lain. Setelah itu lagu kebangsaan Indonesia rayapun mengalun membahana dilanjutkan dengan mengheningkan cipta untuk mengenang pahlawan yang telah gugur. Akhirnya, pembacaan Surat Keputusan Kelulusanpun dibacakan oleh Pembantu Rektor 1 Dr. Budi Djatmiko, M.Pd. sebagai tanda bahwa para wisudawan telah menamatkan pendidikannya di Unesa tercinta. Sebagai tanda ucapan selamat pada para wisudawan, Rektor Unesa, Prof. Dr. H.Haris Supratno bersalaman dengan para wisudawan, akhirnya barisan wisudawan yang akan bersalaman dengan orang nomor satu di Unesa itupun mengular panjang.

Dalam sambutannya, Pak Haris (panggilan akrab Rektor Unesa, red.) mengungkapkan pesannya pada para wisudawan ”Jika anda menjadi guru jadilah guru yang profesional karena itu adalah tuntutan zaman. Jika jadi pegawai baik di instansi negeri ataupun swasta jadilah pegawai yang beretos kerja tinggi. Mari kita tingkatkan kualitas pendidikan Indonesia dan layanan kepada sivitas akademikan bersama-sama melalui bidang yang akan anda geluti nantinya. Yang terpenting tetap jaga nama baik almamater kita tercinta,” ucap pria murah senyum ini.

Sebelumnya (1-4/10) delapan fakultas itu telah menggelar Yudisium. Yudisium yang telah dilaksanakan menetapkan 15 mahasiswa unggulan dalam peraihan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif). Lima diantara 15 wisudawan terbaik diraih oleh Dr. Mintowati, M. Pd. (S-3/ ilmu pendidikan Bahasa dan Sastra/PPs), Agusniar Dian Savitri, SS., M.Pd.(S2/ ilmu pendidikan Bahasa dan Sastra/PPs), Siti Kresnowati, S. Pd. (S-1/Teknologi Pendidikan/FIP), Khalif Rahma Riesty Fauzi, S. Pd. (S-1/ Pend. Bahasa Inggris/FBS), dan Dwi Setyaningsih, S. Pd.( S-1/ Pend. Biologi/FMIPA). Diwawancarai reporter majalah Gema saat mengikuti prosesi wisuda Agusniar Dian Savitri, SS., M.Pd., mengatakan”Saya senang akhirnya bisa diwisuda dalam program S-2 saya” ungkap wanita berkerudung yang meraih predikat cumlaude dengan IPK 3,85 itu.

Beberapa keunikanpun tak lepas terjadi di sekitar area wisuda yang mewarnai prosesi wisuda Unesa ke-67 ini, mulai dari macetnya lalu lintas sampai penjual dadakan yang mudah dijumpai di sepanjang jalan menuju tempat prosesi wisuda. Walaupun panitia sudah memasang rambu-rambu dan petunjuk arah kendaraan untuk menghindari kemacetan, agaknya volume kendaraan, baik roda dua atau roda empat tak sebanding dengan lapangan parkir yang disediakan panitia sehingga kemacetan menjelang dan setelah prosesipun pun tak terelakkan lagi. Bagi para penjual dadakan, wisuda Unesa yang selalu dilaksanakan di gedung Bima Unesa ini merupakan suatu berkah karena profit atau keuntungan yang mereka dapatkan akan meningkat. Salah satu penjual dadakan, Asmura mengatakan “Setiap ada wisuda Unesa, saya selalu jualan di sini (di area sekitar wisuda, red.), keuntungannya lumayan besar dibanding di tempat jualan sebelumnya,”ujar wanita ramah ini.

Kenyaman bagi wisudawan dan keluarganya adalah hal utama yang ingin diberikan panitia karena itu beberapa fasilitaspun disiapkan panitia terkait dengan hal ini, mulai dari konsumsi, pelayanan kesehatan, dan kamar kecil. Untuk menjaga khidmatnya wisuda, konsumsi dibagikan setelah acara prosesi. Untuk para wisudawan dan undangan yang sakit, panitia juga menyediakan pelayanan kesehatan di sebelah pintu masuk. Yang paling unik adalah kamar mandi, kamar mandi yang digunakan adalah kamar mandi sementara milik Dinas Kebersihan dan Pertamanan Surabaya yang berbentuk bus. Di dalamnya ada sekitar delapan kamar mandi. Air kamar mandi berasal dari air tandon yang isinya langsung disalurkan ke masing-masing kamar mandi di dalam bus. Salah satu pengguna jasa kamar mandi ini adalah Suparno, Ibu asal Kebon yang mengantarkan wisuda anaknya ini mengatakan ”Agak panas sih waktu di dalam kamar mandi tapi tidak papalah khan hanya sebentar “ ucapnya.

Usai prosesi wisuda, hampir sebagian wisudawan merekam jejak mereka dengan foto bersama, baik dengan sesama wisudawan, orang tua, suami, atau orang terkasih. Mereka berusaha mengabadikan kenangan yang didapat sekali seumur hidup itu. Kebiasaan ini pun tak disia-siakan oleh Sugih, juru foto Denic Photo Studio dengan membuka membuka Photo studio tepat di depan lokasi prosesi. Pria berambut panjang itu mengatakan ”Harga foto yang ada di Denic Photo Studio adalah Rp. 45.000,-. Dengan harga ini, wisudawan akan mendapatkan CD foto dan figura,”ungkapnya. Selain mengabadikan best moment mereka di photo studio, banyak juga dari para wisudawan yang membawa sendiri kameranya. Salah satunya adalah Furry Kurnia Aditama, S. Pd., wisudawan dari jurusan Pend. Bahasa Indonesia ini beralasan ”Dengan membawa kamera sendiri, gambar yang terambil dengan teman-teman sesama wisudawan lebih banyak, foto di photo studio hanya untuk foto dengan keluarga”Ungkapnya.

Akhirnya, menjadi wisudawan bukanlah akhir tonggak perjuangan, sebaliknya menjadi wisudawan adalah titik untuk memulai sebuah pengabdian baik pengabdian bagi bangsa, negara, agama, dan masyarakat. Semoga para wisudawan dapat memberikan darma baktinya pada bumi pertiwi sehingga kontribusi itu menjadi bekal pahala yang akan menuntun mereka ke surga. Sukses wisudawan! 

(Alfanita Zuraida)

MERETAS VISI DAN MISI, MENGEJAR PRESTASI

Pada zaman dahulu, di negara Eropa tepatnya di kota anggur, Perancis, terdapat sebuah kegiatan pembaharuan yang sifatnya mengandung sebuah keteknikan. Sejak saat itu, di seluruh dunia muncul berbagai pembaharuan-pembaharuan yang mengacu pada pembaharuan di Perancis itu. Namun, dalam pembaharuan-pembaharuan itu muncul suatu rencana yang tidak jelas arah dan tujuannya. Karena itu, dalam pelaksanaannya terdapat banyak sekali penyimpangan yang dilakukan oleh para pelaksana kegiatan tersebut. Akhirnya, mereka sepakat untuk membuat suatu dasar kegiatan yang mengacu kepada suatu rencana inti dan sifatnya sangat umum tetapi mengandung arti yang cukup dalam. Maka lahirlah kata ‘visi’. Sesudah visi berjalan, masih terjadi penyimpangan- penyimpangan terutama yang sifatnya tujuan karena begitu banyaknya pengertian yang dapat diberikan kepada suatu aktivitas tersebut sehingga pada akhirnya mereka sepakat kembali untuk membuat suatu rencana atau uraian yang akan menjadi arah dan tujuan dari kegiatan mereka secara terurai jelas dalam bentuk kalimat yang sederhana dan cukup singkat tetapi tetap mencerminkan tujuan kegiatan mereka. Dari pengalaman mereka, maka lahirlah kata ‘misi’.

Kini, visi dan misi telah menjadi hal yang sangat penting, bukan hanya dalam sebuah kegiatan, namun juga kelangsungan hidup sebuah lembaga atau organisasi. Dalam sebuah lembaga atau organisasi, visi dan misi menjadi kunci dalam sebuah peraihan prestasi di lembaga atau organisasi tersebut. Peraihan mutu, kualitas, dan highest achievement selalu berpatokan pada visi dan misi ini. Visi dapat diartikan sebagai suatu rencana yang ingin dicapai oleh sebuah lembaga atau organisasi dalam waktu yang akan datang. Visi menjadi sebuah hal yang sangat krusial bagi perkembangan dan kelestarian sebuah lembaga atau organisasi dalam jangka panjang. Sedangkan misi adalah hal-hal operasional yang dilakukan dalam jangka pendek untuk mencapai visi. Dari dua definisi tadi dapat ditarik kesimpulan bahwa visi selalu bersifat umum sedangkan misi adalah proses-proses yang dilakukan oleh lembaga atau organisasi untuk mencapai visi. Dari visi dan misi ini, selanjutkan akan diturunkan menjadi program-program kerja.

Namun dalam praktiknya, sebagian lembaga atau organisasi masih belum mampu untuk membedakan visi dan misi. Visi dan misi terkesan absurd. Visi selalu disamakan dengan misi sehingga lahirlah kata ‘visi misi’ yang terkesan satu. Padahal seperti yang sudah dijelaskan di atas, terdapat perbedaan antara visi dan misi sehingga harus disebut ‘visi dan misi’. Selain itu tidak adanya alat ukur dan nilai-nilai target membuat lembaga atau organisasi mengalami kesulitan dalam pengukuran keberhasilan pencapaiannya. Ditambah lagi, program-program kerja yang tidak nyata dan tidak konkret juga sering menjadi masalah dalam menetapkan visi dan misi.

Menurut redaksi, dalam penetapan visi dan misi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya adalah penetapan visi dan misi secara jelas sesuai dengan kondisi dan kemampuan lembaga atau organisasi yang bersangkutan. Dalam hal ini, penetapan visi dan misi lembaga atau organisasi harus selalu dimusyawarahkan dengan segenap elemen yang ada dalam lembaga atau organisasi tersebut. Dalam pengukuran keberhasilan, pembuat visi dan misi harus mampu menetapkan indikator-indikator keberhasilan pencapaian program-program kerja. Program-program kerja juga harus dibuat secara nyata, tidak terkesan seperti langit di awang-awang, indah namun tak mungkin dicapai. Kerasionalan dan kelogikaan dalam program kerja pun harus selalu dipertimbangkan.

Akhirnya, segenap elemen yang ada dalam lembaga tersebut harus mampu membantu pelaksanaan visi dan misi. Karena keberhasilan sebuah lembaga atau organisasi tak hanya bergantung pada segelintir orang saja. Tak ada guna menciptakan visi dan misi yang penuh dengan rencana dan perbaikan, bila tak ada kerja sama dan komitmen dari berbagai pihak yang bersangkutan untuk mewujudkannya. Semoga itu tidak terjadi.  

(Redaksi)

TIMNAS VOLI MALAYSIA TANTANG TIM VOLI FIK UNESA


Dalam rangka persiapan Sea Games Laos, Tim Nasional (Timnas) Voli Malaysia berkunjung ke Unesa untuk menggelar pertandingan persahabatan dengan Tim Voli FIK Unesa. Pertandingan ini digelar pada (20/11) di GOR (Gelanggang Olah Raga) Bima Unesa Lidah Wetan. Sebelum datang ke Indonesia, Timnas Voli negeri tetangga ini menjalin kerjasama terlebih dahulu dengan Pelatnas Indonesia, kebetulan di sana ada Drs. Mahfud Irsyada, pelatih voli di Pelatnas yang juga dosen FIK Unesa, beliaulah yang menyarankan agar Timnas Voli Malaysia ‘menjajal’ kemampuan Tim Voli FIK Unesa lebih dahulu ketika berkunjung ke Jatim.

Dengan Hasil 3-0, Tim Voli FIK Unesa harus mengakui keunggulan Timnas Voli Malaysia. Secara kualitas, Tim Voli FIK Unesa tidak diragukan lagi, namun sayang mereka kalah dalam hal postur tubuh dan teamwork. Muhammad M.Pd salah satu dosen FIK Unesa yang juga Official dalam pertandingan persahabatan ini mengatakan “Tim bola voli FIK Unesa lemah pada receive ball (penerimaan bola), selain itu teamworknya juga kurang. Berkaca pada Timnas Voli Malaysia, teamwork mereka sangat kuat, pemanasan, ganti baju, dan minum pun dilakukan bersama-sama. Namun ada satu hal yang didapatkan Tim Voli FIK Unesa dalam pertandingan berdurasi dua jam tersebut salah satunya adalah peraturan permainan baru terkait net yang sudah disosialisasikan secara Internasional, namun belum diketahui Tim Voli FIK Unesa. Kita mendapat informasi penting,”jelas pria ramah ini.

Selain ‘menjajal’ Tim Voli Unesa, Timnas Voli Malaysia ini juga akan menantang tim voli di klub-klub besar di Jatim seperti Samator, Bank Jatim, Indomaret (Sidoarjo), dan Mars kota probolinggo. (Alfanita Zuraida)

Unesa: Tunjukkan Kompetensi di Era Globalisasi

Di era globalisasi, segala sesuatu berjalan cepat dan pesat dalam berbagai bidang, dua faktor yang patut diwaspadai dalam perubahan ini adalah adanya tendency dalam membangun suatu jaringan sistem ekonomi dan politik yang terintegrasi dalam suatu kawasan misalnya Asian-Pacific Ekonomic Cooperation (APEC), ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). Faktor yang kedua adalah akses informasi dan komunikasi yang sangat cepat, akurat, dan mudah.

Dalam dua perubahan ini negara dituntut untuk lebih meningkatkan kompetensi dan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) agar tidak tergerus dalam sebuah persaingan global. Dalam peningkatan SDMnya suatu negara harus dapat merubah sebuah paradigma dalam masyarakat, dari masyarakat industri (industrial society), menjadi masyarakat berpengetahuan (knowledge-based society), dan kemudian menjadi masyarakat pembelajar (learning Society). Disinilah pentingnya peran Universitas yang diharapkan merubah paradigma tersebut dalam masyarakat

Untuk menghadapi tantangan globalisasi, Unesa dituntut untuk menjadi Universitas mandiri. Universitas yang dapat memanfaatkan potensi dan kesempatannnya (strength and opportunity) dengan baik sehingga dapat mengatasi segala masalah dan tantangan (weaknesses and threats) yang ada. Disinilah Unesa berpacu, berjuang, dan berproses menjadi sebuah badan pendidikan yang menjadikan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat pembelajar.

Dan kini, dengan asas tri dharma perguruan tinggi Unesa tetap tegak berdiri, lembaga LPTK ini membuktikan bahwa segala rintangn dan hambatan dapat dilalui dengan perencanaan matang. Berdasarkan analisis SWOt yang digunakan dalam Renstra Unesa 2005-215, Unesa berencana untuk dapat meningkatkan kualitasnya. Teruskan perjuangamu universitas tercintaku, kami sivitas akademika Unesa akan selalu mendukungmu.

(Alfanita)

LESTARIKAN TRADISI, UNESA SIAP MENYONGSONG GLOBALISASI



Picture taken from:iamdluhansa.com
Setiap hari, jam, menit, dan detik berlalu dengan cepat. Begitu pula informasi dan komunikasi yang juga berjalan cepat dan tepat. Inilah yang disebut era globalisasi, suatuera yang menjadikan kompetisi seakan menjadi hal hakiki. Pada era ini ada dua tantangan yang perlu diwaspadai yaitu menipisnya jaringan sistem ekonomi dan politik yang terintegrasi dalam suatu kawasan dan menipisnya batas geopolitik antarbangsa yang dipicu oleh perkembangan teknologi dan komunikasi yang canggih.

Dengan berbagai potensinya, Unesa diharapkan bisa menghadapi dua tantangan itu. Potensi-potensi Unesa itu juga perlu ditumbuhkembangkan seperti kepemilikan enam kampus yang terdiri atas kampus Ketintang, Lidah Wetan, Gedangan, Dharmahusada, Teratai, dan Kawung. Selain itu sarana dan prasarana yang ada di Unesa juga tergolong lengkap. Sarana dan prasarana itu terdiri atas ruang laboratorium, perpustakaan dengan layanan jurnal on-line, bahkan Unesa juga punya sarana-prasarana olahraga bertaraf nasional dan internasional. Selain itu masih banyak potensi lain yang dapat ditumbuhkembangkan universitas yang berkomitmen menuju World Class University (WCU) ini.

Unesa juga harus mampu meraih kesempatan emas yang ada di depan mata. Dengan sigap Unesa juga harus meraih opportunity itu antara lain kebijakan Dikti yang memberlakukan hibah kompetisi untuk meraih dana dari pemerintah yang memberikan Unesa berpeluang bagi Unesa untuk berkompetisi di tingkat nasional guna pengembangan diri. Hal ini juga didukung dengan semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap Unesa yang memberikan peluang bagi universitas LPTK ini dalam memantapkan tridarmanya. Selain itu akan diberlakukannya program-program sertifikasi bagi pengajar di tingkat pendidikan dasar dan menengah juga memberikan peluang bagi Unesa untuk berperan sebagai lembaga sertifikasi yang ditunjuk oleh pemerintah. Peluang-peluang lain juga akan terus ditangkap Unesa untuk memantapkan keberadannya.

EMPAT TRADISI UNGGUL UNESA

Berdasarkan Renstra Unesa 2005-2015 ada empat tradisi yang menjadi dasar pengembangan dan perencanaan Unesa pada masa depan. Empat tradisi itu adalah keunggulan kependidikan (meliputi unggul dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan secara mandiri, transparan, dan akuntabel, unggul dalam penelitian dan implementasi pengembangannya, unggul dalam pengembangan pendidikan dan non-kependidikan di bidang Ipteks, unggul dalam bidang pengembangan pendidikan dasar dan menengah, dan unggul sebagai pembaharu dalam dunia pendidikan); keunggulan kerja keras; keunggulan akademi dan ketenagaan; serta keunggulan sosial kemasyarakatan madani.

Menurut Pembantu Rektor II, Dr. Nurhasan, M.Kes. sarana dan prasarana pendukung telah banyak disediakan dalam peningkatan kualitas pendidikan diantaranya dengan peningkatan kualitas laboratorium, pengembangan buku ajar, modul-modul pembelajaran, pengembangan model pembelajaran, serta pemembangat IT dalam proses belajar mengajar. Selain itu keunggulan pendidikan yang meliputi empat hal yang telah disebutkan di atas juga telah dikembangkan sarana dan prasarananya.

Untuk meraih keunggulan kerja keras, pria berperawakan tegap ini berkata, “Bukan hanya kerja keras namun juga cerdas. Civitas akademika Unesa harus mau bersyukur, sabar, dan ikhlas dalam membangun Unesa lebih baik. Dengan slogan REKK (rasional, energik, kreatif dan kompetitif), mereka diharapkan mampu menghadapi berbagai situasi. Rasional artinya setiap sivitas akademika harus mampu berpikir rasional dalam semua hal, energik berarti sehat jasmani sehingga bisa melakukan berbagai kegiatan, kreatif artinya membuat inovasi atau terobosan baru, dan kompetitif yang berarti civitas akademika Unesa mampu dan berani menghadapi kompetisi baik di kancah nasional maupun internasional,”jelasnya.

Dalam Keunggulan akademik dan ketenagaan merupakan sebuah komitmen bersama karena secara resmi dalam statuta Unesa ditegaskan bahwa Unesa sebagai institusi dengan multi misi (multi-mission institution). Namun diakui oleh pria murah senyum ini bahwa “Dalam hal ini Unesa masih belum maksimal, namun ke depan layanan terhadap civitas akademika unesa akan lebih ditingkatkan,” sambungnya.

Keunggulan dalam sosial kemasyarakatan madani dibuktikan dengan kentalnya nuansa kebersamaan, kekeluargaan, keagamaan, dan kependidikan sejak universitas ini masih bernama IKIP Surabaya. Dalam hal ini civitas akademika Unesa harus bersama-sama mengembangkan citra Unesa, bersama-sama menyejajarkan diri dengan universitas-universitas yang sudah mapan.

UNESA SIAP HADAPI HAMBATAN DAN TANTANGAN

Ada banyak tantangan dan hambatan yang harus dijalani ketika seseorang ingin maju, begitu juga dengan Unesa. Tantangan dan hambatan itu seperti pelecut Unesa untuk maju, berkarya, dan lebih baik. Contoh hambatan-hambatan itu seperti gedung yang sudah tua, sumber belajar yang berbasis multimedia masih kurang, layanan kepada stakeholder yang berupa layanan administrasi umum dan akademik belum sepenuhnya memanfaatkan teknologi informasi komunikasi elektronik dan beberapa hambatan lain.

Bagi sebuah perguruan tinggi, semakin bertambahnya usia, semakin banyak tantangan yang dilalui, bagi Unesa, tantangan-tantangan itu diantaranya paradigma baru Dikti menyebabkan block grant disalurkan melalui hibah-hibah kompetisi (PHK). Berkaitan dengan kompetensi lulusan, kompetisi dengan lulusan perguruan tinggi lain semakin ketat sehingga lulusan perguruan tinggi harus memunyai kemampuan bahasa asing. Selain itu kompetisi dan persyaratan kerja di masyarakat juga semakin ketat. Berbagai tantangan lain pun muncul, yang tentunya dengan gagah berani dihadapi oleh Unesa. “Kita harus mampu menghadapi hambatan dan tantangan, dua hal itu seharusnya kita hadapi dengan ikhlas,” lanjut Pembantu Rektor II Unesa.

Akhirnya, empat tradisi tersebut harus ditumbuhkembangkan dengan kokoh di atas aset dan potensi yang dimiliki Unesa. Karena tradisi inilah yang menjadi ciri khas Unesa dengan universitas-universitas lain. Hal ini juga sebagai langkah untuk memantapkan peran Unesa di era globalisasi baik di kancah nasional maupun internasional.

(Alfanita Zuraida)

KOLABORASI SENI: Wujud Apresiasi Kreativitas Anak Bangsa

Sebagai perguruan tinggi berbasis pendidikan, sains, teknologi, dan seni, Unesa ingin menunjukkan karya-karya terbaiknya, terutama bidang seni. Kolaborasi Seni 2009 ini merupakan kolaborasi seni dari berbagai jurusan di Unesa. Acara ini dihadirkan sebagai bentuk apresiasi karya seni produk civitas akademika Unesa dan para peserta lomba. Selain itu, acara ini juga menjadi pembelajaran seni bagi para pengunjung SPI.

Tiga tari karya mahasiswa jurusan Seni Drama, Tari, dan Musik (Sendratasik) Unesa yakni Tari Payung, Merak, dan Kembang Pulus secara resmi membuka hari pertama rangkaian acara Kolaborasi Seni. Sesaat setelah itu, 132 siswa SMP-SMA se-Surabaya mulai menggerakkan tangannya di atas kertas gambar. Sore itu (23/10) guratan asa di tengah kompetisi tanpa lelah siswa peserta lomba tampak nyata. Seusai lomba, pukul 19.00 WIB, suara tabuhan gong tiga kali menggema di atrium mall terluas di Surabaya itu. Acara ini dibuka Rektor Unesa, Prof. Dr. H. Haris Supratno. Dalam pidato pembukaan acara berhadiah total 9 juta rupiah ini, Rektor mengatakan bahwa kolaborasi seni merupakan sebuah wadah bagi mahasiswa untuk meningkatkan potensi di bidang seni. Pak Haris (panggilan akrab Rektor Unesa, red.) juga menambahkan bahwa seni dapat dikembangkan dan menghasilkan uang.

Kolaborasi Seni pada (23-25/10) ini menggelar lomba lukis, lomba tari, demo produk unggulan Unesa seperti produk busana, boga, rias, seni rupa, teknologi pendidikan, poster, dan foto majapahit. Selain itu juga disajikan pagelaran seni drama, tari, dan musik mahasiswa Unesa. Lomba lukis bagi siswa SMP/SMA itu dimenangkan Nancy Elisabeth (SMPK Petra 5 Surabaya) sebagai juara I, Linda Dwi P. (SMPN 18 Surabaya) sebagai juara II, dan Gita F. E. (SMPN 1 Tuban) sebagai juara III. Lomba tari dimenangkan oleh Sanggar Tari Gita Maron Surabaya sebagai juara I, SMKN 9 Surabaya sebagai juara II, dan Sanggar Tari Sangra Lakshta Mojokerto sebagai juara III.

(Alfanita Zuraida)

Teladani Jiwa Kepahlawanan, Giring Unesa menuju WCU


Picture taken from: unesa.ac.id
Sepuluh November setiap tahunnya selalu diperingati sebagai hari pahlawan, dalam acara tahunan ini banyak acara disuguhkan untuk menyemarakkannya seperti upacara, gerak jalan, dan karnaval. Namun itu hanya sebatas even untuk mengenang jasa-jasa pahlawan. Lantas, adakah hal nyata yang membuat kita sebagai sivitas akademika Unesa meneladani apa yang sudah diperjuangkan oleh para pahlawan itu sehingga jasa-jasa pahlawan tidak hanya sebagai kerangka sejarah yang segera dilupakan dan dibuang ke dalam selokan lahat yang gelap?

Banyak istilah pahlawan yang beredar di masyarakat. Mulai dari pahlawan revolusi, pahlawan pergerakan, pahlawan nasional, sampai pahlawan tanpa tanda jasa yang disematkan pada guru. Pada zaman pergerakan, Rektor Unesa, Prof. Dr. H. Haris Supratno mendefinisikan pahlawan sebagai pejuang gagah berani, panglima perang yang berjuang dalam peperangan untuk membela bangsa dan tanah airnya dengan mengorbankan segenap jiwa dan raganya. Dalam konteks kekinian, orang nomor satu di Unesa ini mendefinisikan pahlawan sebagai orang yang menonjol di bidang tertentu karena keberaniannya dalam berkorban untuk memperjuangkan kebenaran.

Pak Haris (panggilan akrab Rektor Unesa, red.) mengatakan “Tidak mudah ketika seseorang disebut sebagai pahlawan. Beberapa kriteria harus dipenuhi ketika atribut pahlawan disematkan pada seseorang di antaranya, yang pertama seorang pahlawan harus memunyai jiwa keberanian untuk membela kebenaran. Selain itu keperkasaan juga menjadi salah satu kriteria ketika seseorang disebut pahlawan, keperkasaan yang dimaksud adalah keperkasaan dalam hal fisik dan semangat. Pahlawan sejati juga harus memunyai rasa rela berkorban baik jiwa, raga, maupun harta yang dimiliki. Pengorbanan itu juga harus dilakukan dengan tulus ikhlas tanpa pamrih,” jelas pria murah senyum ini.

Jabatan, kedudukan, dan harta seseorang bukan merupakan dasar seseorang disebut pahlawan, semua itu hanya efek ketika seseorang berjuang tanpa pamrih demi sesuatu. Dihubungkan dengan jasa dan prestasi, dua hal tersebut juga bukan merupakan tolak ukur untuk seseorang disebut sebagai pahlawan. Belum tentu semua orang berjasa dapat disebut pahlawan, sedangkan dalam prestasi, Unesa sangat menghargai prestasi sivitas akademikanya namun ini juga bukan merupakan sebuah tolok ukur seseorang dapat dikatakan sebagai pahlawan.

Pahlawan Tak Harus Berprestasi

Banyak pameo atau ungkapan dalam penyebutan kata pahlawan, misalnya penyebutan pahlawan tanpa tanda jasa untuk guru dan pahlawan devisa negara untuk para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri. Kedua contoh itu hanya ungkapan, bukan pahlawan secara formal. Untuk diabadikan sebagai pahlawan secara formal inilah yang butuh proses yang panjang, misalnya ketika pada 2006 Unesa dan tim pengkaji sejarah mengusulkan Trunojoyuo sebagai pahlawan nasional. Unesa sebagai instansi pendidikan mengusulkan pria asli Madura itu sebagai pahlawan nasional kepada WaliKota Surabaya yang kemudian diteruskan pada Gubenur dan Presiden. Namun sayangnya, menurut tim Nasional, Trunojoyo masih belum bisa dikatakan sebagai pahlawan nasional karena beberapa hal.

Dalam sebuah lembaga terkadang ada juga pameo atau ungkapan tentang pahlawan, begitu pun di Unesa. Di Unesa ada istilah pahlawan Unesa yang berarti orang yang melakukan sesuatu pada Unesa seperti berjasa atau berprestasi pada lembaga. Namun Pembantu Rektor 1 Unesa, Prof. Dr. Budi Jatmiko, M.Pd berkata “Yang dapat disebut pahlawan Unesa adalah mereka yang benar-benar berjuang untuk kemajuan Unesa, menjaga citra baik Unesa, dan mengharumkan nama Unesa. Mereka pun tidak harus ada di Unesa, walaupun mereka sudah lulus atau pensiun, mereka yang menjaga citra dan nama baik Unesa merupakan pahlawan Unesa. Pahlawan Unesa juga tidak harus orang yang berprestasi, karena prestasi hanya sebuah indikator. Pengabdian yang dalam pada universitas inilah yang menempatkan orang-orang ini menjadi pahlawan Unesa,”kata pria ramah ini.

Jiwa Kepahlawanan Giring Unesa menuju WCU

Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menuju World Class University (WCU), cita-cita ini merupakan sebuah cita-cita besar, luhur, dan mulia. Cita-cita ini tidak akan terlaksana tanpa adanya peran serta segenap sivitas akademika Unesa. Sivitas akademika Unesa harus bekerja keras tak lekang waktu, berjuang, berproses untuk menuju sebuah keinginan yang kuat. Jadi peran serta sivitas akademika akan sangat mendukung percepatan proses Unesa menjadi WCU.

Kini sivitas akademika Unesa sedang berbenah menuju WCU. Beberapa hal pun disiapkan Unesa di antaranya menumbuhkan semangat kerja keras tanpa pamrih yang merupakan jiwa dan karakter kuat seorang pahlawan sehingga citra lembaga dapat dinaikkan. Selain itu, karya monumental baik keilmuan atau sosial yang bertaraf nasional dan internasional yang merupakan salah satu ukuran suatu lembaga disebut WCU pun perlu digalakkan.

Untuk bisa lebih mengabdikan diri pada lembaga, dosen-dosen muda yang telah bergelar doktor terus didorong dapat menjadi profesor pada usia kurang dari lima puluh tahun, sehingga masa pengabdian pada lembaga relatif lebih panjang, karena usia pensiun seorang profesor, tujuh puluh tahun. Rintisan FMIPA membuka kelas internasional juga merupakan salah satu usaha Unesa dalam menuju WCU.

Dengan atribut pahlawan, seseorang bukan hanya tampil dan menjadi terkenal namun lebih dari itu sosok pahlawan sejati hanya ada pada diri mereka yang benar-benar berjuang tanpa pamrih, sosok yang hanya mendambakan kebahagian sejati dan hakiki. 

(Alfanita Zuraida)

SEBUAH KAJIAN BUDAYA: MAKNA KEMATIAN PELAKU KAMIKAZE DITINJAU DARI FILOSOFI ESTETIKA BUNGA SAKURA


Picture taken from:neckrolz.clanteam.com
Gugurnya bunga sakura menyiratkan satu pesan akan ketidakkekalan semua hal yang bersifat duniawi. Keindahan dan keagungan yang melabeli semua bentuk kehidupan duniawi tidak ada yang abadi. Hal ini seperti keindahan dan keagungan bunga Sakura yang dipandang dan dimaknai dalam filosofi Mo no Aware. Seperti yang dikatakan oleh Onhuki-Tiemey bahwa bangsa Jepang menikmati bunga sakura dengan filosofi Mo no Aware, yang menunjukkan filosofi mereka tentang bunga sakura sebagai suatu lambang keindahan yang tidak berlangsung lama.

Sakura dan filosofi Mo no Aware merupakan salah satu hal yang diungkapkan Dr. Subandi, Sp.d MA. dalam pidato ilmiahnya dalam Rapat Senat Terbuka Unesa dalam Rangka Dies Natalis 45 pada (23/12). Pidato ilmiah yang juga Kajian Budaya berjudul “Makna Kematian Pelaku Kamikaze Ditinjau dari Filosofi Estetika Bunga Sakura” itu merupakan sebuah wacana budaya yang erat kaitannya denga kondisi sosial budaya Jepang.

Pria berkacamata ini mengungkapkan bahwa para pelaku kamikaze (pasukan serangan khusus di kalangan dunia) yang rata-rata berusia muda menunjukkan kepribadian, budaya dan cara pandang orang Jepang (pelaku kamikaze)terhadap kematian. Bagi mereka mati dengan menabrakkan diri ke kapal-kapal perang musuh bukan merupakan tindakan bunuh diri tetapi langkah prajurit yang sempurna. Perbedaan dua bentuk kematian ini terletak pada kepentingan yang diemban. Bunuh diri lebih memenuhi kepentingan diri sendiri sedangkan kamikaze mengarah pada kepentingan bangsa dan negara Jepang.
Akhirnya, pidato ilmiah ini bukan untuk memaknai suatu kematian dari aspek kepercayaan atau religius karena pemaknaan ini hanya terbatas pada logika berpikir ilmiah dengan berdasarkan pada fakta-fakta duniawai yang bersifat real tanpa melibatkan unsur-unsur yang bersifat gaib. Hidup dan mati hanya milik Sang Maha Tinggi dan akan kembali padaNya. (Alfanita)

UNESA BERKOMITMEN MENUJU WORLD CLASS UNIVERSITY

Dengan adanya globalisasi, pendidikan menjadi salah suatu hal yang penting keberadaannya. Berbagai negara berlomba bahkan bersaing dalam meningkatan pendidikannya. Begitupun universitas, sebagai lembaga pendidikan juga berlomba, bergerak menuju universitas yang bukan hanya berkelas nasional tetapi juga dunia (world Class University). Sebagai universitas berkelas internasional tentunya akan banyak manfaat yang diterima oleh universitas tersebut, salah satunya adalah peningkatan kualitas dari universitas itu sendiri.

World Class University (WCU) ialah suatu ukuran yang dipakai untuk menentukan peringkat perguruan tinggi di dunia. Penentuan peringkat ini menggunakan survei yang dikenal dengan The Times Higher Education Supplement (THES), yang setidaknya 13.000 perguruan tinggi masuk dalam survei ini. Survei ini merupakan suatu survei dengan kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria-kriteria tersebut ialah academic peer review dengan bobot 40 %, employer review dengan bobot 10%, faculty student ratio dengan bobot 20%, citations per faculty dengan bobot 20%, international faculty dengan bobot 5%, dan international student dengan bobot 5%. Academic peer review dilakukan dengan survei secara online yang disebar ke akademisi-akademisi di seluruh dunia. Employer review dilakukan sama seperti academic peer review yaitu dengan survei online ke para pekerja. Perbandingan mahasiswa dan pengajar, penghargaan yang diperoleh oleh para pengajar di suatu universitas, serta faktor internasional seperti banyaknya pengajar dan mahasiswa.
Di Indonesia mungkin semua Perguruan Tinggi (PT) bercita-cita agar menjadi universitas bertaraf internasional (WCU). Pemerintah pun akan giat mendorong lima puluh perguruan tinggi baik negeri ataupun swasta yang telah diseleksi untuk menuju universitas bertaraf internasional. Dan Unesa tak mau ketinggalan, universitas pencetak tenaga guru ini kini tengah berbenah dan berproses menuju WCU. Berbagai usaha pun dilakukan untuk menjadikan Unesa menjadi universitas yang terdepan, bukan hanya secara nasional tetapi juga internasional. Percepatan Unesa menjadi WCU merupakan sebuah peningkatan kualitas Unesa pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.

UNESA LEBIH TINGKATKAN KUALITAS

Berbagai cara untuk menjadi WCU dilakukan oleh universitas yang merubah namanya menjadi Unesa di tahun 1999 ini. Menurut Rektor Unesa Prof. Dr. H. Haris Supratno ”Ada beberapa hal yang dilakukan Unesa sebagai prosesnya menuju WCU”

Dalam bidang ketenagaan, Unesa telah membuat kebijakan agar seluruh dosen yang masih berkualifikasi S1 untuk melanjutkan study ke S2. Bagi dosen yang sudah menempuh S2 dianjurkan untuk dapat ke S3. Pengambilan program study para dosen baik yang sudah S1 atau S2 harus sesuai dengan keahlian S1nya. Begitupun dengan program S3, yang harus sesuai dengan program S2nya. Kebijakan tersebut diambil dalam rangka pengembangan bidang keilmuan yang dimiliki agar setiap dosen dapat bermanfaat utuk pengembangan program studi atau jurusannya. Dosen-dosen muda pun yang telah bergelar doktor terus didorong agar dapat menjadi profesor pada usia kurang dari lima puluh tahun, sehingga masa pengabdian pada lembaga relatif lebih panjang, karena usia pensiun seorang profesor, tujuh puluh tahun.

Selain itu, rintisan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) yang kini tengah membuka kelas internasional juga merupakan salah satu usaha Unesa menuju WCU. Jurusan yang kini tengah membuka kelas internasional adalah matematika. Sebagai permulaan, kelas internasional untuk angkatan 2008 akan dibuka pada semester genap. Kelas internasional permulaan ini dinamai S1-Plus. Prosentase kelulusan yamg diberlakukan pada mahasiswa baru meliputi IPK dengan bobot 40%, kemampuan bahasa inggris 40%, ICT 15%, dan 5% untuk minat.

Peran sivitas akademika Unesa pun tak kalah penting dalam proses perubahan Unesa menjadi WCU. Sebagai pencitraan lembaga, sivitas akademika harus membuat karya monumental baik keilmuan atau sosial yang bertaraf nasional dan internasional. Dalam menaikkan citra lembaga, sivitas akdemika pun harus berjuang. Perjuangan ini tentunya perjuangan yang tak kenal lelah dan pantang menyerah, perjuangan ikhlas dan tanpa pamrih.

UNESA GAET INSTITUSI LUAR NEGERI

Kerjasama dengan institusi luar negeri adalah sebuah hal penting yang harus dilakukan ketika suatu universitas ingin disejajarkan dengan universitas-universitas yang ada di dunia. Berkaca pada universitas di luar negeri, universitas-universitas di sana sudah memiliki sarana dan prasarana yang lengkap. Dibandingakan dengan Unesa memang masih jauh. Namun, keteguhan tekad universitas yang merayakan ulang tahun ke- 45 untuk menjadi yang terdepan di tingkat dunia ini patut diacungi jempol.

Di lain kesempatan Pak Haris (panggilan akrab Rektor Unesa, red.) memaparkan bahwa salah satu langkah unesa menuju WCU adalah mengadakan kerjasama dengan berbagai institusi pendidikan di luar negeri. Bersama Tsukuba University ( Jepang), Unesa mengembangkan proses pembelajaran yang dikenal dengan lesson study. Dengan University of Pittsburgh, Amerika, USAID, dan konsorsium Rektor sejumlahLPTK, Unesa ikut serta dalam program Decentrilized Basic Education (DBE). Unesa juga mengembangkan pembelajaran matematika realistik bersama University of Utrecht Belanda dan menjadi pusat matematika realistik Indonesia pada tahun 2008.

Dalam bidang olahraga, Unesa bekerja sama dengan Beijing Sport University, China dalam mengembangkan Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK). Dalam pembukaan program pendidikan double degree bahasa mandarin Unesa bekerja sama dengan Huazhong Normal University. Kini Unesa juga sedang merintis kerja sama dengan Curtin University, Australia dalam rangka peningkatan kualifikasi guru RSBI jenjang S1 menjadi S2. Selain itu, dengan University Kebangsaan Malaysia dan Nagoya University pun Unesa Unesa menjalin kerja sama yang erat.

Pak Haris menambahkan “Untuk menjadi sebuah WCU memang sulit namun bila ada niat semua itu akan bisa terwujud,” jelasnya dalam Rapat Terbuka Senat Unesa pada (23/12). 

(Alfanita Zuraida)

UNESA MASUK PROGRAM SERATUS HARI MENDIKNAS

Unesa merupakan bagian tak terpisahkan dari dunia pendidikan Indonesia. Perkembangan kualitas pendidikan Indonesia sedikit banyak dipengaruhi peran Unesa sebagai kampus pencetak guru. Bagaimana tidak, selama 45 tahun ini Unesa telah mencetak puluhan ribu guru yang kini bertugas di berbagai pelosok negeri. Tak hanya itu, besarnya peran strategis Unesa dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan membentuk karakter bangsa dilihat Prof. Dr. M. Nuh, DEA., Mendiknas dengan melibatkan pakar pendidikan Unesa dalam program 100 hari kerja Mendiknas Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II. Menurut Prof. Dr. Budi Jatmiko, M.Pd., Pembantu Rektor I, Unesa memiliki peran strategis dalam peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
Peran strategis pertama adalah meningkatkan mutu pendidikan Indonesia melalui academy recharging, yakni peningkatan kualitas dosen dengan menstudilanjutkan dosen baik di dalam maupun luar negeri. Selain itu, peningkatan manajemen institusi pendidikan tinggi melalui Program Hibah Kompetisi Institusi (PHKI), Dana Insentif Akreditasi Better Education through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading (Dia Bermutu), dan Indonesian Managing High Education Relevance and Efficiency (IMHERE).
Kampus guru bangsa ini juga meloloskan beberapa proposal misalnya proposal Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI), world class untuk post doctoral dan study lanjut, dan lesson study. Unesa juga dipercaya dalam Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang berperanmemberikan pendidikan profesi guru bagi calon guru yang telah memenuhi kualifikasi S1 untuk memperoleh sertifikat pendidik. Selain Unesa juga menyelenggarakan S1 PGSD berasrama dan berikatan Dinas .
Tak ketinggalan, Unesa juga ikut aktif dalam proses sertifikasi guru baik yang guru yang berasal dari Depdiknas ataupun Depag. Dalam hal ini Unesa adalah institusi yang melakukan penilaian melalui jalur potofolio maupun pendidikan profesi. Selain itu peran yang tidak kalah penting menurut pria murah senyum ini adalah peran Unesa sebagai kampus penggagas perubahan Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) menjadi Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), kampus prima olahraga selama tiga tahun berturut-turut (2006-2008) dan kampus yang ikut serta dalam pembuatan soal Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang bekerja sama dengan pemkap/pemkot.
Bukan hanya kualitas pendidikan yang perlu ditumbuhkembangkan, namun juga pembentukan bangsa yang berkarakter kuat. Dalam pidatonya di Gedung Serba Guna (GSG) Unesa pada (23/12), Rektor Unesa, Prof. Dr. H. Haris Supratno mengatakan “Dalam kaitannya dengan pembentukan karakter mahasiswanya, Unesa menyediakan fasilitas layanan kesejahteraan dan kerohanian yang salah satunya adalah pembinaan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Agama Islam, Katolik, Kristen, dan Hindu). Pembinaan ini berbentuk Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang meliputi Unit Kegiatan Kerohanian Islam (UKKI), Unit Kegiatan Kerohanian Kristen Protestan (UK3P), Unit Kegiatan Kerohanian Kristen Katolik (UK4), dan Unit Kegiatan Kerohanian Hindu (UKKH),” jelasnya.
Akhirnya, peran Unesa dalam peningkatan pendidikan dan karakter mahasiswanya adalah sebuah bagian dari peningkatan pendidikan dan karakter bangsa Indonesia. Tanpa kenal lelah Unesa akan tetap berusaha memantapkan perannya dalam peningkatan pendidikan dan karakter bangsa karena Universitas LPTK ini memang bisa dan luar biasa.(Alfanita Zuraida)

UNESA: SEWINDU DI BAWAH KENDALI L-15

Ada seseorang di balik mobil L-15 itu
Pria ramah kelahiran Salatiga
Sewindu sudah dia berkiprah
Demi kemajuan Unesa
Ah, siapakah dia?


Prof. H. Haris Supratno adalah sosok di balik kendali mobil L-15 itu. Pria ramah dan bersahaja ini dilahirkan di kota Salatiga pada 28 Agustus 1955. Ia menamatkan Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Salatiga pada tahun 1969. Pada tahun 1975, ia melanjutkan sekolahnya di Pendidikan Guru Agama (PGA) di Magelang. Setelah itu fakultas syariah Universitas Islam Indonesia (UII) Jogyakarta menjadi pilihannya melanjutkan sekolah. Ia pindah ke fakultas sastra Universitas Jember (Unej) pada 1981. Ketua Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2009 ini mendapatkan gelar doktornya di Universitas Airlangga (Unair) dan gelar profesornya di Unesa.

Tak terasa sewindu sudah kampus prima olahraga di bawah kepemimpinannya. Bulan Juni ini, masa jabatannya akan berakhir, namun kiprah dan perjuangannya selama delapan tahun tak akan mungkin terlupakan begitu saja. Singsingan lengan baju dan tetesan keringatnnyalah yang membuat Unesa menjadi salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang dipandang oleh masyarakat. Kiprah dan perjuangannya tak akan lekang oleh sang waktu.

Wider Mandate di Pundak Pemimpin Baru

Saat itu, Pada 1980 sampai 1990 minat masyarakat untuk belajar di IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Surabaya dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Puncaknya, 1997-1998, jumlah mahasiswa hanya sekitar 6.000 mahasiswa. Anggapan generasi muda bahwa profesi guru tidak menjanjikan seperti Oemar Bakri telah melekat kuat di benak mereka. Dan itu tak lepas dari kenyataan yang ada saat itu. Wider mandate merupakan salah satu alternatif untuk mengubah citra IKIP tersebut. Dengan wider mandate IKIP diberi tugas ganda yakni untuk menyelenggarakan prodi ganda, pendidikan dan nonkependidikan.

Tahun 1999 menjadi tahun bersejarah bagi Unesa. Di tahun itulah universitas yang memenangkan lomba Kontes Robot Cerdas Indonesia (KCRI) 2009 di Jogyakarta itu mengubah namanya dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) menjadi Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Perubahan ini berdasarkan SK Presiden RI Nomor 93/1999 tertanggal 4 Agustus 1999 dengan sebuah kepercayaan untuk menyelenggarakan perluasan mandate (wider mandate). Nama universitas pada waktu itu disesuaikan dengan nama kota tempat IKIP itu berada sehingga IKIP Negeri Surabaya menjadi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) karena letaknya di kota Surabaya. ”Alhamdulillah, setelah berubah menjadi Unesa, minat masyarakat untuk masuk Unesa semakin tinggi. Dari 6.000 peminat naik menjadi 8.000, 1200, 1400, 1800, 20.000, dan 24.000 peminat setiap tahun. Hal ini berakibat pada keketatan masuk Unesa, sehingga input (mahasiswa baru) yang masuk ke Unesa pun semakin berkualitas. Nilai mahasiswa baru yang masuk melalui jalur SNMPTN pun tidak kalah dengan PTN besar lainnya.” jelas rektor Unesa dua periode ini.

Sebagai universitas baru, Unesa dituntut proaktif dalam mempersiapkan rencana pengembangannya. Rencana pengembangan Unesa inilah yang ada di pundak sang pemimpin baru. Pak Haris diangkat menjadi rektor Unesa pada tahun 2002 menggantikan Prof. Toho Cholik. Saat pengangkatan Pak Haris (Panggilan Prof. H. Haris Supratno, red.) menjadi rektor, usia Unesa baru memasuki tahun ketiga. Karena itu, suami dari Ibu Endah itu pun bekerja keras untuk memajukan Unesa. “Saya mengawal wider mandate dengan penuh rasa senang, syukur, penuh tanggung jawab. Saya bekerja dengan tenang dan ikhlas, tanpa mengaharapkan imbalan materi, hanya balasan dari Allah.” tambahnya.
Tingkatkan profesionalisme Tenaga Pendidik

Murid terbaik dihasilkan oleh guru terbaik. Dari kalimat itu dapat disimpulkan bahwa profesionalitas seorang guru dapat dijadikan tolok ukur dalam kualitas pendidikan, terutama pendidikan Indonesia. Kini, semua guru dituntut untuk memiliki sertifikat pendidik yang menunjukkan seorang guru benar-benar memiliki kualifikasi seorang pendidik atau dalam pengertiannya penulis kualifikasi guru profesional. Dalam Pasal 8 UU No.14 tahun 2005 dinyatakan bahwa karakteristik seorang guru profesional adalah “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi sertifikat lulusan, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.

Prof. Dr. Soedijarto, M.A. dalam bukunya “Landasan dan arahan Pendidikan Nasional kita” memandang bahwa Guru harus memiliki empat kompetensi (kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional) sebagai sumber tolok ukur dalam dalam penilaian dan pengujian sertifikasi pendidikan, maka perlu menjadikan kemampuan: (1) merencanakan program pembelajaran; (2) mengelola proses pembelajaran: (3) menilai proses dan hasil pembelajaran; (4) mendiagnosis kesulitan belajar; dan (5) menyempurnakan program pembelajaran secara terus-menerus; sebagai wilayah yang dijadikan obyek penelitian bagi guru untuk memperoleh sertifikat pendidik.

Karena profesionalitas guru merupakan sebuah tolok ukur dalam kemajuan pendidikan Indonesia, maka sebagai LPTK yang mencetak calon guru, Unesa memiliki serangkaian kebijakan untuk mewujudkannya. Di Unesa, serangkaian kebijakan dilakukan pria dua putra ini. Kebijakan itu antara lain meningkatkan kualitas pembelajaran dengan melengkapi ruang kuliah dengan AC, media TI, komputer, laptop, dan laboratorium komputer di setiap gedung fakultas dan pasca sarjana; membekali mahasiswa dengan bahasa Inggris, kewirausahaan, dan TI; peningkatan kualitas dosen dengan study lanjut S2 dan S3, serta guru besar bagi yang sudah S3; peningkatan etika, moral, dan religi bagi mahasiswa dengan berbagai kegiatan keagamaan, baik melalui proses pembekalan dan ekstrakuler. Di tingkat nasional, Unesa juga ikut serta memperjuangkan kualitas dan kesejahteraan guru, perlindungan profesi guru melului program sertifikasi guru dan dosen. Di sini, Unesa ikut berperan sebagai penyusun undang-undang guru dan dosen.
Selaraskan Visi Unesa dan Program Kerja Rektor

Sebagai sebuah universitas, Unesa memiliki sebuah amanah yang tetap menjadikan Unesa sebagai universitas kependidikan (teaching university), dan selalu mendasarkan setiap aktifitasnya pada hasil-hasil penelitian/kajian/study kelayakan yang berkualitas (Research Based Activity). Visi Unesa dirumuskan dengan “Universitas mandiri berbasis penelitian dan pengembangan IPTEK serta tenaga kependidikan dan nonkependidikan yang profesional”.

Mandiri artinya pada tahun 2015 Unesa menjadi universitas berbadan hukum, yakni Badan Hukum Pendidikan Tinggi (BHPT) yang memiliki organisasi yang sehat, mampu melaksanakan otonomi PT, dan mampu mengelola manajemen internal berdasarkan LRAISE.

Berbasis penelitian berarti semua kegiatan di Unesa yang meliputi kegiatan tridarma, manejemen administrasi dan keuangan, pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), pengembangan IPTEK, kebijakan menghasilkan tenaga kependidikan/non kependididkan, dalam setiap pengambilan keputusan, harus didasarkan pada suatu hasil penelitian atau kajian mutakhir, baik yang bersumber dari dalam lembaga sendiri maupun dari pihak lain agar tujuan yang telah ditetapkan dengan maksimal.
Sedangkan profesional berarti lulusan Unesa mempunyai kompetensi sesuai dengan bidang keahliannya, memiliki bekal kewirausahaan, serta memiliki kemampuan daya saing secara komparatif dan kompetitif di tingkat nasional maupun internasional.

Visi Unesa ini selaras dengan berbagai program kerja rektor Unesa 2002-2009. Prof. Haris Supratno membuat berbagai program kerja berdasarkan visi Unesa tersebut. Program kerja tersebut antara lain pembinaan etika moral, dan religi sivitas akademika; peningkatan kualitas pembelajaran berbasis TI; peningkatan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran; peningkatan labolatorium pembelajaran; pengadaan laboratorium komputer semua fakultas dan Program pascasarjana; peningkatan SDM baik dosen maupun karyawan melalui studi lanjut S2 dan S3, dan mendorong dosen yang sudah S3 ke guru besar; pengharagaan kepada sivitas akademika berprestasi; peningkatan kebersamaan dan persaudaraan; peningkatan kerjasama dalam dan luar negeri; serta berbagai program kerja lain yang tentunya selaras dengn visi Unesa.

Bentuk Moral Bangsa dengan Pendidkan Karakter 

Pendidikan karakter bangsa di Indonesia bukanlah hal yang baru dalam tradisi pendidikan Indonesia. Doni Koesoema A dalam bukunya “Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global” mengatakan bahwa pendidik modern seperti R. A Kartini, Ki Hadjar Dewantara, Soekarno, Hatta, Tan Palaka, dan Moh.Natsir telah mencoba menerapkan semangat pendidikan karakter sebagai pembentuk kepribadian dan identitas bangsa sesuai konteks dan situasi yang mereka alami. Membentuk wajah bangsa merupakan keprihatinan pokok para cendekiawan kita. Dengan caranya masing-masing, mereka mencoba dan membayangkan serta menggagas sebuah bangsa yang memiliki identitas.

Karakter berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Elmubarok menyatakan bahwa pendidikan karakter ibarat mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa sehingga membentuk pribadi yang unik dan menarik, selain itu pendidikan karakter memerlukan disiplin tinggi dan pembiasaan. Ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter menurut Foesrster yaitu keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasarkan nilai; koherensi yang memberikan keberanian, membuat seorang teguh dalam prinsip, dan berani mengambil resiko; otonomi yaitu penghayatan aturan-aturan dari luar menjadi nilai-nilai yang berlaku bagi pribadi; dan keteguhan serta kesetiaan.

Dalam pemaparannya pada seminar di gedung Serba Guna (Gema) beberapa waktu yang lalu. Pak Haris menyatakan bahwa sebagai seorang pemuda diharapkan dapat menjadi generasi insan kamil yaitu generasi yang memiliki empat kompetensi penting yaitu kompetensi religi, emosional dan sosial, profesional, serta kinestetik.

Dalam kompetensi religi, seseorang diharapkan mampu menguasai ilmu agama serta mampu mengimplementasikannya nilai-nilai agama dalam berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan beragama. Dalam kompetensi emosional dan sosial, seseorang dituntut untuk dapat mengendalikan diri, sabar, ikhlas, dan menjadi teladan. Dalam kompetensi profesional seseorang harus mampu menguasai ilmu berdasarkan keahliannya serta mengamalkannya untuk meningkatkan kesejahteraan dirinya dan masyarakat. Dalam kompetensi kinestetik, sesorang dituntut untuk memiliki kesehatan, bukan hanya jasmani, tetapi juga rohani.

Di Unesa, pembinaan kepribadian telah menjadi program yang dicanangkan sejak tahun 1998. Dalam prosesnya pembelajaran bukan sekedar proses transformasi atau perpindahan ilmu pengetahuan dari dosen pada mahasiswa namun lebih dari itu proses pembelajaran juga meliputi pembelajaran etika, moral, dan religius.

Sewindu memimpin Unesa bukanlah waktu yang singkat. “Selama sewindu memimpin Unesa saya merasa senang karena mendapat dukungan dan dapat bekerja sama dengan semua pihak baik dari senat, dosen, karyawan, mahasiswa, dan organisasi kemahasiswaan. Dalam memimpin, saya selalu mengedepankan kebersamaan dan persaudaraan dengan dilandasi niat ibadah, keikhlasan, dan kesabaran. Dengan berbagai perasaan itulah pekerjaan tidak terasa berat dan dapat terhindar dari stress.” aku pria yang pernah menjadi dekan FBS ini.

Setelah meletakkan masa jabatannya, pria dengan dua putra ini akan lebih berkonsentrasi mengurus keluarganya. “Setelah ini saya akan lebih konsentrasi mengurus keluarga, karena saya ingin keluarga saya menjadi keluarga yang sakinah, mawardah, dan warohmah. Selama ini saya merasa kurang memperhatikan keluarga karena pekerjaan sebagai rektor dan pekerjaan berskala nasional seperti pengurus inti MRPTN (2003-2009) ketua umum SNMPT 2009, kordinator nasional pengawas ujian nasional SMA dan MA.” jelas pria yang masih melaksanakan tugas sebagai dosen ketika sewindu menjabat.

Terselip harapan Pak Haris pada rektor Unesa selanjutnya. “Semoga pimpinan baru dapat melaksanakan target-target yang belum tercapai karena kendala birokrasi; dapat membuat terobosan dan inovasi baru untuk memajukan Unesa agar Unesa lebih berkualitas dan lebih terkenal baik di tingkat nasional dan internasional; lebih menekankan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang menyeimbangkan antara penguasan Imtaq dan IPTEK; menekankan kebersamaan dan persaudaraan; mengembangkan proses pembelajaran yang berbasis Imtaq, IPTEK, pembelajaran budi pekerti dan karakter mahasiswa sehingga menjadi generasi insan kamil.” harapnya.

Tak ada gading yang tak retak dan tak ada manusia yang sempurna, begitulah kata pepatah. Prof. H. Haris Supratno pun hanyalah manusia yang tak luput dari salah. Namun janganlah kita memandang orang dengan kelemahan dan kesalahannya saja, hendaklah kita juga menghargai perjuangannya yang tak kenal lelah. Dengan tetesan keringatnyalah, kita bangga dengan Unesa yang ada di depan mata kita. Unesa sebagai kampus guru bangsa dan prima olahraga. Semoga sang penerus perjuangan bisa melanjutkan perjuangan sang pengendali L-15 ini, seperti salah satu bait pantun di bawah ini:
Merah putih warna pusaka
Berkibaran di atas angkasa
Siapa juga punya kuasa
Jujur adil demi Unesa.

(Alfanita Zuraida)

Minggu, 22 Mei 2011

Menjadi Hebat dalam sebuah Kesederhanaan



Pengalaman baru selalu menjadi hal tak terlupakan bagiku, apalagi sebuah pengalaman yang datang dari rutinitasku bergelut dengan dunia pendidikan yang bak surga dengan segala fasilitas yang disediakan. Di sini, di tempat yang mungkin jauh dari hingar-bingar kehidupan kota, pengalaman baru itu ada. Di sebuah pesantren bernama Al-Fatah di desa Temuireng Blandong, Ndawar, Mojokerto inilah pengalamanku berawal.

Dimulai dari sebuah sms bernada ajakan untuk menjadi panitia acara sebuah youth camp oleh seorang teman yang ‘sedikit gila’ membuat kegiatan, aku pun mengiyakan untuk datang bila tidak mengajar. Aku pikir tempatnya akan sangat jauh dari rumah dan sudah tebak-menebak bahwa badanku akan sakit semua setibanya di sana. Maklum rumahku berada di kota Gresik, sedang tempat acara berada di kota Mojokerto, cukup jauh menurut perkiraanku saat itu. Ternyata perkiraanku meleset, Mojokertonya ternyata tidak berada jauh di sana, hanya beberapa kilometer saja dari kota Gresik.

Awalnya sempat tidak menyangka dengan tempat yang akan dijadikan lokasi youth camp, wah ternyata lokasi youth campnya saja membuatku sampai terbelalak mata. Setelah beberapa kali melintasi hutan jati akhirnya tiba di sana, itupun setelah acara nyasar di lapangan sepak bola. Maklum, sang Empunya acara hanya bilang di sebelah selatan lapangan sepak bola. Jadi ketika melihat lapangan sepak bola, kukira itu adalah lokasi acara, ternyata salah. Hhehe.

Tiba di sana, wah lokasinya ternyata sangat jauh dari bayanganku. Aku membayangkan bahwa lokasinya akan seperti acara youth camp dengan tenda-tenda seperti pas aku ikut pramuka di SMA dulu, wah ternyata sangat sederhana. Semua kegiatan di lakukan di masjid dekat pesantren. Namun sepertinya ini akan menjadi kegiatan yang menarik. Beberapa orang panitia sudah di sana ketika aku datang, acara pun sudah dimulai.

Acara dimulai dengan games perkenalan yang dipandu oleh sie acara. Oh ya aku ternyata juga dimasukkan dalam sie acara, Alhamdulillah sie yang paling ku sukai heheh. Dengan games-games menarik sang pembawa acara yang merupakan juniorku di kampus itu pun memandu peserta yang terdiri dari remaja anak-anak untuk bergabung dan tidak malu-malu untuk memperkenalkan diri. Beberapa tehnik pun dilakukan untuk membuat para peserta yang masih malu-malu ini mengeluarkan suaranya. Akhirnya, dengan suasana ceria para panitia ini berhasil untuk membuat anak-anak dan remaja-remaja itu untuk membuka mulut dan mengeluarkan suara emasnya.

Setelah acara perkenalan dan ishoma, acara dilanjutkan dengan pelatihan IT pada peserta. Panitianya adalah mas-mas dari Hoshi-family. Acara yang seharusnya bisa berjalan tepat waktu harus molor beberapa menit karena sang mas-mas Hoshi belum makan siang. Aslinya sih mau datang pas waktu makan siang, ternyata jadwal makan siang kiat dimajukan. Hihihi kasihan jauh-jauh ke sini kelaparan. Setelah para mas-mas Hoshi makan, acara pelatihan IT pun dimulai. Ternyata susah juga mengajari anak-anak ini belajar menggunakan laptop. Jari-jari mereka masih kaku dan agak terlihat takut-takut ketika memegang laptop, seperti memegang benda magic saja. Jadi ingat anak-anakku di sekolah yang sudah sangat mahir memainkan laptop dengan berbagai program plus internet. Bahkan banyak diantara mereka yang sudah punya account pribadi sendiri. Walaupun tidak bisa disamakan, tapi tetap saja ada persamaan. Mereka sama-sama anak-anak yang bersemangat ketika melihat hal baru di depan mata. Walaupun masih agak malu-malu dan takut-takut akhirnya bisa juga peserta ini melakukan arahan Mas hakim dari Hoshi-family.

Hari kedua dimulai dengan jalan-jalan melintasan hutan. Harena sudah kelaparan, aku dan beberapa teman baruku memutuskan berjalan melewati hutan dan mencari makanan. Tak lupa sebelum mencari makan, narsis dulu di hutan jati. Pose. Hehehheh. Ternyata agak terpencil juga ya tempat untuk mencari makanannya. Kalau malam bagaimana ya, pasti tempat ini gelap gulita karena hanya ada satu lampu yang menyinarinya, hih jadi merinding, jangan sampai ketemu Mbak Kunthi, tapi semoga ketemu mas Edward Cullen. Sebenarnya jam delapan pagi is my time to have breakfast. I can’t wait for. Tapi sayang Sie konsumsi belum menyelesaikan menu masakan. Sedang untuk membeli nasi pecel kesukaanku, tidak diijinkan ya kerena memang sudah memasak. Sedangkan gorengan pun tak ada di sini. Ah, willy nilly, kita pun makan kerupuk, lumayan buat camilan lah. Pulang dan sampai di depan masjid ternyata ada gorengan bikinan santriwati yang dijual, mantab untuk mngisi perut. Tapi jangan lupa bayar lo ya!

Ada beberapa hal baru yang aku pelajari setelah dua hari berda di tempat ini, sayang aku tidak bisa melanjutkan sampai akhir acara. Ada amanah di hari minggu yang tidak bisa ditinggalkan. Yang pertama adalah kesederhanaan. Semua serba sederhana di sini. Mulai dari tempat, sarana, dan prsasarana, dan lain sebagainya. Tapi semangat untuk memnuntut ilmu sangat tinggi. Ingat lagi pada anak-anak tersayangku di sekolah yang kadang begitu manja padahal segala fasilitas sudah terpenuhi. Ingin ini dan itu, tak mau belajar kalau belum lihat video, atau mogok belajar kalau tanpa games. Kalau di Trans TV ada jika aku menjadi yang biasanya untuk mahasiswa, sepertinya harus ada Jika aku menjadi yang diperuntukkan untuk anak-anak supaya juga bisa merasakan bagaimana belajar dengan fasilitas sederhana. Yang kedua adalah rasa hormat. Di sini rasa hormat pada yang lebih tua masih bisa dilihat. Antara santri dan santriwati kepada Pak Yai, Bu Yai serta guru-gurunya. Yang ketiga adalah bahasa yang digunakan, masih suka malu sendiri ketika mendengar para santriwati itu bisa berbicara bahasa jawa secara halus. Coba aku disuruh berbicara seperti itu, pasti lidahku ini kelu dan sudah pasti banyak salahnya daripada benarnya

Setelah dua hari di sana ada sebuah keinginan yang muncul yaitu mengajar di tempat terpencil yang minim dengan fasilitas. Apa aku bisa ya? tidak usah jauh-jauh harus ikut Indonesia Mengajar di daerah terpencil yang ada di Halmahera, Sulawesi, atau Kalimantan. Cukup di sekitar temapt tinggalku yang masih bisa dijangkau dengan mengendarai sepeda motor. Kalau Sun Go Kong dari Gua Hua Kwo bisa mengajar di hutan. Aku, Alfanita Zuraida juga pasti bisa. Semoga kesempatan itu datang. Aamiin. Tapi nggak mau di hutan, cukup di sekolah yang minim fasilitas. Hhhehhe.

The last, I want to say thank you very much to the leader of Temuireng Youth Camp, Kang Shobikan Ahmad (It was so strange when they called you ‘Kang Sobi’ heheh) and all the commitee of Temuiremg Youth Camp: Hoshi Family, Virma (We haven’t met yet), Teguh (The funniest and craziest person I met), Rahma (friendly person), Fitri (funny face), Wildan (Sorry, I just knew your name), Lia (you are so narsis Girl), Ratih (nice girl), Ula ( Nice and strong girl), Aida (patient girl in teaching), Eny (she’s not only teach but also touch), Susi (Sorry, not helping you in the kitchen ), Cindy (I really like your style), Muza and Pifa (friendship never ends), Evi (Don’t forget to invite me, I want to meet ‘Itu’) and every single person that I cannot mention their names here. Thanks for the inspiration.

Seperti misi Super Teacher Comunity, mari kita mencetak para pendidik yang kreatif, inovatif, motivatif, dan inspiratif menuju pendidikan Indonesia yang super. Yah, mari kita mulai dari diri sendiri dan saat ini.



Random time (April and May 2011)

-Ie-th@-