Kamis, 17 Januari 2013

Curcol-curcol




Okay. Hari ini saya ogah pake yang namanya tata bahasa. Suka suka saya mau nulisnya gimana. Walaupun sebenarnya tata bahasa saya juga tidak bagus-bagus amat sih hehheh

Sebenarnya saya selalu berpikir simple, menjalani hidup dengan baik dan bahagia, satu lagi saya sekarang tidak peduli lagi dengan pikiran orang, omongan orang. Terserahlah semua. Suka-suka Anda. Whatever you want to do just do, whatever you want to think just think. And I’ll ignore what U do and think.

Sekarang, saya lebih berpikir tentang diri saya. Apa yang akan saya lakukan setelah ini. Rencana-rencana masa depan, dan hal-hal yang saya inginkan dalam hidup. Saya berfokus terutama pada kebingungan dan kegamangan saya selalu menentukan kemana arah hidup ini. Okay, let’s say that saya selalu menulis apa yang selalu menjadi keinginan saya, tapi kadang entah saya malas atau apa akhirnya rencana hanya tinggal rencana. Bagian diri saya yang paling saya suka adalah saya mudah sekali untuk move on walaupun dengan hal terburuk, terpahit, dan ter, ter apalah.

Saat ini saya mulai lagi mengatur rencana, strategi, dan impian dalam diri saya yang sempat hilang sementara dalam pikiran saya setelah kepergian orang yang paling saya cintai di dunia. Semoga Ayah mendapat tempat terbaik di sisNya. Aamiin. Impian, harapan, dan keinginan saya tentu saja tidak ada Ayah di dalamnya. Karena kata Adik saya. Kita harus berbahagia walau dengan kata “tanpa”. Saya harus bisa menjadi mandiri, pandai mengatur bisnis, dan mengerjakan pekerjaan yang dulu biasa dikerjakan oleh Ayah saya.

Di tulisan ini, sekalian saja saya juga ingin menjelaskan sesuatu yang harus dijelaskan walaupun bagi saya, sebenarnya ini tidak dijelaskan juga tidak papa. Tapi kata sahabat saya lebih baik dijelaskan.

Saya tidak akan minta maaf, karena selama ini saya juga tidak merasa bersalah. Saya tidak tahu apa yang dipikirkan ketika membaca blog ini, tulisan yang mana yang dibaca karena setahu saya ada beberapa tulisan yang saya buat jauh sebelum saya punya blog, dan tentu saja kapan membacanya. Jadi saya juga tidak bisa menjelaskan sedetail-detailnya tentang itu semua. Mungkin tulisan itu sudah sangat lama saya buat, jadi silahkan dihitung sendiri. Sebenarnya saya malas juga menjelaskan hal ini. Karena kok kesannya saya menderita sekali gitu yah heheheh. Padahal dari dulu sampai sekarang, saya kok merasa bahagia-bahagia saja, kecuali kepergian Ayah saya yah. Kalau dulu saya segitunya, pasti dong prestasi belajar saya ancur-ancuran banget. Saya akan ikut kemana dia pergi, ikut organisasi yang dia ikuti. Tetapi buktinya saya lebih memilih kegiatan yang saya sukai. Intinya saya lebih mencintai diri saya sendiri. Saya lebih berpikir tentang masa depan saya. Kalau saya memilih diam. Ada kalanya ada sesuatu yang memang tidak tepat untuk dinyatakan atau dikatakan, entah karena waktu, tempat, dan kondisi.

Saya adalah orang yang baik (menurut saya), jadi saya yakin saya juga tidak akan melakukan hal-hal yang tidak baik. Jadi, saya minta dengan sangat (muka saya ini melas banget lohhh hehhe), untuk tidak membahas hal-hal yang tidak bisa diubah di masa depan. Saya jadi kepikiran apakah saya sudah menyakiti perasaan orang atau nggak. Saya sudah banyak pekerjaan, tanggung jawab, dan pikiran. Jadi terima kasih untuk tambahan satu pekerjaan untuk menjelaskan ini. Semoga semua hidup berbahagia seperti kisah Cinderella. Aamiin.

Sambil jaga toko, ditemani suara freak adikq yang bernyanyi
17-01-13
Ie-th@

Sahabat


Orang yang paling kita andalkan dalam hidup setelah keluarga adalah sahabat....

Sahabat membuat kita selalu percaya bahwa saya punya orang-orang yang selalu diandalkan, dalam suka atau duka. Sahabat memang bukan orang yang selalu berada di sebelah kita seperti keluarga. Namun, sahabat adalah orang yang selalu mendukung kita tentang apa yang ingin kita lakukan, impikan, dan harapkan, membela kita, memberikan nasehat-nasehat ketika kita salah arah, dan memberikan semangat setiap kali kita gagal.

Sahabat adalah sahabat....
Yang selalu mendengarkan curahan hati kita, cerita-cerita yang kadang tidak penting keluar dari mulut kita, omelan-omelan terhadap hal yang tidak kita anggap pantas, serta hal-hal lainnya. Sahabat selalu mendengarkan tanpa keluhan. Tersenyum ketika mendengar cerita kita yang lucu atau kadang juga mungkin terprovokasi untuk memberikan kecaman terhadap orang-orang yang kita anggap tidak sejalan dengan pikiran kita. Itulah sahabat.

Saya punya beberapa sahabat. Sahabat curhatan saya, sahabat jalan bareng, sahabat seprofesi, dan lain-lain. Mereka sangat sejalan pikirannya dengan saya (tidak mungkin juga saya bersahabat dengan orang yang tidak sejalan dan sejalur dengan pikiran saya) hehehhe. Saya bukan tipe orang yang sejalan dengan kata-kata ini "Kalau berteman jangan pilih-pilih". Tentu saya pilih-pilih. Saya pilih yang baik, yang memotivasi, yang baik pokoknya. Berteman dengan siapapun saya tidak akan melihat wajah, kepintaran, atau kekayaan. Saya akan berteman dengan orang yang memiliki kebaikan hati dan kecantikan perilaku tanpa melihat tiga hal tersebut. Kalau untuk sahabat saya juga sangat selektif sekali. Saya tidak akan bercerita kehidupan pribadi saya, kecuali pada sahabat saya. 

Saya ya saya.
Walaupun saya sering dikecam oleh banyak orang karena hanya mau berteman pada orang-orang yang baik. Ya tidak papa. Berteman adalah hak saya. Dan saya mempergunakan hak saya itu dengan cara saya sendiri





Selasa, 08 Januari 2013

Curhat (Bagian dua)



Rasa yang tidak enak dalam hidup, tidak nyaman, banyak keluhan, tidak bersyukur adalah sebuah tanda bahwa kita tidak melibatkan Allah dalam kehidupan ini. Kita tidak mengundang Allah untuk menyelesaikan segala keluhan kita, memperbaiki kondisi, atau memilihkan yang terbaik untuk kita. Mungkin kita lupa, dibalik usaha yang kita jalani, dibelakang mimpi, ada satu hal yang tidak boleh terlupakan campur tangan Allah. Bolehlah jadi kita punya mimpi yang tinggi, usaha keras yang tak kenal menyerah, tapi percuma saja bila kita tidak melibatkan Allah. Semua itu hanya omong kosong. Dua hal tadi seperti hanya berbentur tembok, tak realistis.

Saya menulis ini bukan berarti saya selalu melibatkan Allah dalam setiap keputusan, tapi untuk sekarang dan seterusnya saya ingin melibatkan Allah dalam semua bagian dan detail kehidupan yang saya jalani. Pahit manisnya hidup ini mungkin tak akan berarti tanpa kehadiratNya. Allah maha kaya. Apa sih yang tidak bisa diberikan pada hambanya? Dia hanya menyuruh kita meminta padaNya. Hanya padaNya. Dia memberikan waktu lima kali sehari dalam untuk berdo’a. Bila masih merasa kurang masih ada shalat duha, tahajjud, hajat, dan shalat sunnah yang lain.

Apakah kita mau sombong? Allah sudah begitu baiknya. Terkadang kita saja sebagai manusia sering lalai. Tak menyertakanNya dalam segala urusan kita. Padahal, bila kita minta InsyaAllah Allah akan mengabulkan. Apalagi yang hanya untuk urusan dunia. Mudah sekali bagi Allah karena dia yang menggenggam dunia beserta isinya.
Bemimpi, berdoa, dan berusaha. InsyaAllah.

Gresik, 03-01-2013
Ie-th@

Tanpa Ayah



Saya selalu merasa bahwa hidup saya sempurna, bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang Maha Kuasa (dulu). Saya punya keluarga yang lengkap, rumah nyaman, dan kamar yang selalu terjaga privasinya, tak sembarang orang bisa masuk ke kamar saya karena setiap saya keluar rumah saya kunci dan hanya saya yang punya kuncinya. Saya juga bersyukur bahwa saya masih punya sahabat-sahabat yang menyayangi dan memperhatikan. Saya sibuk sekali menghitug nikmat Allah pada saya, dan hasilnya sudah bisa ditebak, tak terhitung.

Tiba-tiba saja sebagian kebahagian itu hilang, karena Allah mengambil satu bagian penting dari hidup saya. Ayah. Seperti mimpi rasanya, sampai sekarang. Hampir saya tidak percaya, kalau dibilang percaya, susah percaya. Setiap terbangun dari lelapnya tidur, saya selalu menyadari sesuatu, hidup ini sudah tak sempurna. Di kehidupan nyata Ayah memang tidak ada, tapi di mimpi-mimpi saya, di alam bawah sadar, Ayah masih hidup, mungkin ada suatu kekeliruan dari dokter. Dokter salah mendiagnosa, menyatakan Ayah meninggal. Padahal itu bukan Ayah. Ayah hanya pergi ke suatu tempat, ke luar kota. Dia pasti kembali. Seperti di mimpi hari itu, Ayah belum meninggal, Ayah hanya belum pulang haji. Lihatlah dia datang tepat di depan rumah, membawa oleh-oleh banyak sekali. Dalam mimpi, saya cubit sebelah tangan, sakit sekali. Berarti benar, Ayah belum meninggal, dia masih hidup. Tiba-tiba terbangun, sakit sekali di ulu hati, sakit, perih, hampir tak tertahankan.

Ayah,
Yang selalu bekerja di rumah setiap hari. Setiap hari menemani Ibu belanja. Ayah yang baik. Ayah yang sayang pada anak-anaknya. Ayah yang menyukai kucing putih bernama Molly. Yang selalu berteriak memanggil namaku dari bawah ketika maghrib dan isyak menjelang. Yang selalu shalat dhuha pukul 07.30 (tak pernah kurang dari jam ini). Yang suka makan telur. Yang suka bercanda. Yang selalu khusuk dalam shalatnya. Yang menjanjikan aku banyak hal setelah pulang haji. Yang sangat aku sayangi. Yang .............

Orang bilang sabar, orang bilang ikhlas. Bukannya mereka tidak merasakan? Bukannya itu butuh proses? Atau aku saja yang terlalu mendramatisir kisah hidup ini. Merasa diri paling menderita, padahal di luar sana masih banyak yang lebih menderita. Bukannya banyak yang ditinggalkan dalam usia yang mungkin masih lebih muda atau masih anak-anak. Bagaimana dengan mereka? Tentu lebih susah, apalagi bila tidak ditinggali harta benda. Bukannya hidup yang sempit ini terasa lebih sempit. Bukankah jauh lebih sulit dan tentu saja menderita. Mungkin saya saja yang terlalu lebay menjalani ini, padahal di dunia ini sudah banyak juga, bahkan ada yang lebih parah. Benar kata sahabat saya, kita tidak bisa menggenggam keluarga kita terlalu erat, karena pada akhirnya kita akan tetap berpisah dengan mereka.

Kata adik semata wayang saya, kita harus berbahagia walau dengan kata “tanpa”. Tanpa Ayah aku harus tetap menjadi anak baik, tanpa Ayah aku harus sukses dalam hidup ini. Akhirnya, mungkin semua ini tidak terlepas dari kata “takdir’, bukankah ini semua sudah digariskan. Tak akan pernah ada yang salah dan tertukar karena yang mentakdirkan itulah yang Maha Kuasa atas segalanya.
Gresik, 02-01-2013