Kamis, 28 November 2013

Students Performance Part-1

Drama : In the Restaurant

The student and the teacher

Sabrina is telling a story

They are singing a beautiful song

The best performance

Hockey Pockey2 song

Penampilan perdana anak-anak dalam students performance pada 5-6 Sepetember 2013 kemaren. Not bad. Banyak cerita seru dibalik penampilan perdana mereka ini. Mulai dari anak-anak yang terlambat karena ada yang salah jadwal, anak-anak yang masih malu-malu, sampai anak-anak yang sangat serius dalam memersiapkan penampilan. Ada juga lho anak kelas II yang menangis saat tampil gara-gara nggak hafal lagu dan gerakannya karena masih baru. Walaupun sangat sederhana, tapi ini adalah ajang bagi anak-anak untuk menunjukkan kemampuan mereka di depan umum.

Salah satu yang juga disukai anak-anak juga dalam students performance ini adalah permen dan coklat gratis yang diberikan. Ketika tahu ada coklat dan permen gratis anak-anak saling berebut karena takut tidak kebagian. Intinya, dalam acara ini kami para guru Bimbel Bahasa Inggris ALFA hanya ingin mengembangkan bakat anak-anak serta membahagiakan mereka. Maklum, kami tahu bagaimana beban belajar anak sekarang, bukan hanya di sekolah tapi juga di berbagai tempat les yang mengembangkan kemampuan akademik. Karena itu, kami bertekad untuk tidak hanya mengembangkan kemampuan akademik, namun juga kemampuan berbahasa, bersosialisasi, dan juga softskill mereka, salah satunya adalah tampil di depan umum.

Alfanita Zuraida

Belajar dari Lala


 Tulisan tentang Lala hampir tiga tahun yang lalu ketika si anak manis ini masih duduk di kelas I SD. Sekarang Lala sudah duduk di kelas IV SD, dan masih belajar Bahasa Inggris di Bimbel Bahasa Inggris ALFA. Lala yang  mulai beranjak dewasa, kini adalah anak yang sangat bersemangat dalam menuntut ilmu. Tidak ada capeknya dan selalu ceria, begitu aku mengistilahkannya. Yang kutahu dia les di berbagai tempat, tapi tak pernah terdengar mengeluh, bahkan sangat menikmati masa-masa dalam menuntut ilmu tersebut. Dalam hal kemampuan, sekarang dia juga lebih terlihat menonjol dari pada teman-temannya, bahkan dengan penuh rasa percaya diri dia bisa membawakan acara berbahasa Inggris dengan apiknya. Saya yakin dengan kemampuan akademik, kemampuan berbicara, dan kemampuan bersosialisasi dengan apik, Lala dewasa bisa menjadi orang sukses di bidangnya. Semoga dia bisa menemukan jalannya, ke luar negeri mungkin? Aamiin. Dan inilah tulisan saya ketika Lala masih berusia enam tahun. Enjoy reading everybody!


When Lala was six years old

Lala (the left) is reading book with her friend, Alicia.



Kahila Ramadhani namanya, akrab disapa Lala. Kulit pulit, agak gendut, dengan rambut berponi yang selalu dikuncir dua menambah manis penampilannya. Mungkin karena terlalu manisnya ditambah dengn pipi gembulnya, temannya, Adam, sering mencubit pipi Lala disertai ucapan "Iiiih Gueemessss....". Mungkin bagi kebanyakan orang Lala seperti anak-anak pada umumnya suka bermain, nonton film, dan membaca, yang terakhir adalah hobi barunya setelah aku membuka Mini Library yang menyediakan buku anak-anak. Namun ada satu hal yang ada pada diri anak berusia enam tahun itu yang kadang membuatku berkaca diri yaitu sikap rendah hati, suka menolong, dan mudah memaafkan. Tiga sifat itu mungkin selalu banyak dinasehatkan pada anak-anak, namun sepengamatanku masih sedikit sekali anak-anak yang bisa berlaku seperti itu. Jangankan anak-anak, aku saja yang termasuk orang dewasa kadang masih belum bisa bersikap seperti itu apalagi mudah memaafkan bila tersakiti. Namun melihat Lala, kadang rasanya aku menjadi malu sendiri, anak sekecil itusudah mampu menerapkan berbagai sikap baik dalam dirinya. Aku bangga pada Lala juga pada orang tua yang mendidiknya.

Lala gemar sekali meminjamkan barang pada temannya apalagi pada temannya yang lupa tidak membawa perlengkapan tulis. Bila melihat temannya tidak membawa alat tulis dan dia membawa alat tulis itu dengan cepat dia akan bilang “Aku punya” dan meminjamkannya. Pada teman barunya dia juga terlihat lebih ngayomi dari pada teman-temannya yang lain. Bila ada teman baru dengan cepat dia akan mendekat dan bilang “My name is Lala”, bila temannya masih belum bisa memperkenalkan diri dalam Bahasa Inggris dengan senang hati dia akan mengajarinya “ My name is...sebutkan namamu”. Dengan senang hati Lala juga membawa pulpen untuk dipinjamkan paaku, padahal untuk anak SD kelas satu pulpen tidak dibutuhkan karena mereka menulis menggunakan pensil. Bila aku terlihat akan menulis sesuatu dengan cepat lala akan bilang “mis Ita ku pinjami. aku menolak karena aku sudah menyiapkan pulpenku sendiri tapi hari ini melihat senyum tulusnya untuk meminjamiku pensil aku tak tega menolaknya. Dan jadilah pulpennya yang kupakai, dia terlihat puas melihat aku menulis menggunakan pulpennya.

Lala bukan anak yang pintar, namun karen sering mendengarkanku dia selalu bisa bila ditanya. Dia tidak termasuk murid yang 'wah' dalam sisi akademik tapi dia juga bukan anak yang 'low'. Tapi yang paling kuperhatikan adalah soft skill yang ada pada dirinya kepiawaiannya menjaga emosi dan keluwesannya dalam bergaul. Pernah, teman-temannya mengejeknya karena dia lupa siapa teman yang harusnya memimpin berdoa. Tiba-tiba saja air mata deras mengalir di pipinya. Cepat-cepat aku menyuruh teman-teman yang mengejeknya untuk minta maaf. Tanpa berpikir panjang Lala lalu membalas uluran tangan teman-temannya dan menyudahi tangisnya. Bila Lala adalah aku mungkin dan pasti aku akan menunda uluran tangan mereka beberapa saat sebelum memaafkan mereka.

Belajar dari Lala, kini hatiku sungguh tersentuh. Lala bukanlah orang dewasa dengan berbagai pikirannya, Lala hanya seorang anak berusia enam tahun. Namun lebih dari itu Lala telah membuktikan pada kita para orang dewasa untuk selalu bersikap rendah hati, suka menolong, dan mudah memaafkan. Semoga kita adalah Lala-Lala dalam ukuran dewasa yang selalu baik pada semuanya.

Alfanita Zuraida

My Little Angels

Tulisan lama nih hehehhe. Enjoy reading!

My Lovely little Angels (Vina, Eka, n Dinda)

Selalu datang tepat waktu dan pinjam buku perpus, inilah mereka.

Pernah berimajinasi tentang malaikat? Bagaimana bentuknya? Seperti manusia tapi bersayap? Kalau malaikat yang satu ini berbeda. Sangat berbeda. Malaikat satu ini bukan manusia dewasa berukuran mini. Malaikat satu ini suka bermain, belajar, dan bernyayi. Malaikat satu ini juga suka coklat dan ice cream hingga tak jarang banyak diantara mereka punya gigi berwarna hitam. Malaikat satu ini juga punya dua sisi yang berbeda, kadang menyenangkan namun juga suka menyebalkan. Sudah punya gambaran siapa mereka?

Mereka adalah anak-anak, dengan kecerian dan kepolosannya. Di dunia ini tak ada satu pun yang tidak cemburu pada anak-anak. Cemburu? Ya siapa yang tak cemburu pada mereka. Setiap hari kerjanya hanya belajar dan bermain, tak ada beban pekerjaan. Bila mereka salah, semua penuh dengan pemakluman ”Maklum masih anak-anak” begitu mungkin kilah orang tua dan guru saat sang malaikat kecil sedang ingin jahil. Tak ada beban, semua dibuat santai. Enak sekali bukan.

Yang paling kusukai dari para malaikat-malaikat kecilku adalah senyumnya kala melihatku. “Mis Ita” sapa mereka. Langsung berjabat tangan, tak peduli aku baru turun dari sepeda dan masih memakai sarung tangan atau ketika keluar dari kamar mandi dan tangan masih basah. Pokoknya intinya bila melihatku adalah menyapa dan bersalaman. Senyum itu sering menentramkan hati, senyum malaikat-malaikat kecil yang gigi depannya sudah mulai tanggal. Denagn senyum itu aku merasa lebih berarti, entah apa yang sudah kulakukan pada mereka, padahal aku merasa masih belum bisa berbuat banyak untuk masa depan mereka yang indah nantinya.

Semua tempat adalah tempat bermain yang asyik bagi para little angels, tak perduli itu di kelas, di halaman ataupun di tangga, tempat yang terakhir itu sering membuatku was-was, takut-takut kalau mereka jatuh dan berdarah. Berbagai permainan pun akan menjadi asyik bila dimainkan. Apalagi bila sang malaikat kecil sudah bertemua malaikat-malaikat kecil lainnya. Wah-wah akan seperti arena bermain dan baru akan berhenti bila bel tanda masuk sudah berbunyi. Dengan badan bau dan berkeringat akhirnya mereka masuk kelas.

Tapi ada juga yang kadang membuatku jengah. Tak mau belajar sebelum ada video. Harusa ada games di setiap pembelajaran. Susah diaturnya, sudah capek-capek menjelaskan sampai mulut berbusa, tapi tidak diperhatikan sama sekali. Lebih asyik dengan buku-buku yang sengaja ditempatkan di dalam laci untuk dibaca atau lebih suka menggambar beraneka rupa sesuai kreativitas mereka. Yah, biarlah akupun masih membuat pemakluman “Maklum masih anak-anak”. Sudah dibuat sedisiplin mungkin tapi kadang juga masih ada yang lebih suka bergelut dengan imajinasi mereka.

Itulah para little angels, berada di dekat mereka seperti ada di surga, karena mereka bagaikan malaikat-malaikat manis dengan senyumnya. “Sesama muslim itu bersaudara” kataku ketika dua orang malaikat kecil bertengkar dan salah satunya menangis. “Aku minta maaf” kata sang littel angels dengan tersenyum langsung jabatan tangan itu dijabat erat. Hah, dasar little angels.

Rasanya senang melihat mereka tumbuh menjadi dewasa, menjadi bagian dari dunia. “Tantanglah dunia anakku. Kau akan lihat dunia ini begitu indah. Dapatkan berbagai pengalaman. Masa depanmu masih panjang. Bergelutlah selalu dengan ilmu supaya kamu semua maju.”

Alfanita Zuraida

Rabu, 27 November 2013

Nostalgila Kita Kawan

With Mbak Vi2

PPL 2

Tulisan Lama Nih, but enjoy reading!

"Perpustakaan FBS, Kantin FBS, Musholla FBS, Gedung Bahasa Inggris, Lorong Cinta, semua itu adalah tempat favoritku di kampus dulu"

Tak terasa enam bulan sudah tak bersua dengan gedung tercinta, ada rasa kangen menganga dalam dada. Rindu udara dan suasana di sana.

Ingat lari-lari di kampus sambil ngos-ngosan takut terlambat. Sampai di sana, ah ternyata sang dosen tercinta belum ada. Semuanya ternyata sedang sibuk bergosip ria. Akupun dengan suka cita ikut bergabung juga. Ingat juga waktu masih di kos yang lama. Gara-gara takut tak diabsen sama Pak Fahri di Listening II, dengan penuh duka cita, kami sekelompok anak di kosan Pak Muraji datang tidak mandi, bahkan Maria masih memakai baju Baby doll, untung tidak terlihat karena ditutupi jaket.

Atau yang paling seru, pas waktu kelas Dramanya Pak Ali. Dengan muka percaya diri bahwa aku bisa, Rika memilihkan lagu untukku dalam drama kita "A Doll House". Lagunya Rihanna, aku lupa judulnya dan sekarang aku juga sudah lupa liriknya. Di hari H, semuanya berjalan lancar, tak ada kendala. Ellen, yang jadi my husband di drama itu juga membawakan apik perannya, nyanyiannya bisa dibilang okelah. Tiba giliranku, sang istri yang akan pergi karena merasa hanya dijadikan boneka di rumah mewahnya oleh sang suami harus membawa koper dan menyanyikan lagunya Rihanna. Bismillah, semoga tidak ada yang tertawa melihatku menyanyi. Geeeeeeer, meleset. Begitu awal aku menyanyi anak-anak semua sudah bersorak-sorak bukan karena suaraku yang indah, tapi karena ketidakindahannya. Ada salah satu juga yang nyeletuk "Oh jadi drama ini itu intinya adalah Ita menyanyi hahahahha". Malu aku. sampai sekarang aku masih tidak kuat melihat penampilanku di video yang direkam salah seorang temanku di kelas dramaku. Alasannya, aku tidak sanggup mendengar suaraku. Hahahah

Ingat juga di kelas Bu Lies Amin yang penuh perjuangan. Gara-gara cerita Kakak kelas yang bilang susah dapat nilai A di kelas Bu Lies Amin dengan semangat '45 aku mencoba berusaha mendapatkan nilai A. Mulai dari mencari referensi buku, internet, diskusi, sampai rajin konsultasi dengan beliau. Pernah juga terkena omelan karena sering minta nasehat untuk tulisanku. yah tidak papalah namanya juga usaha. Itu di kelas Academic Writing. Di kelas Speaking IV beliau, dengan penuh percaya diri, aku berlatih di depan kaca asrama sambil cas-cis-cus ngomong bahasa Inggris. Godaan dari berbagai mahluk penghuni kos pun datang silih berganti. ah tak papalah, khan juga usaha. Akhirnya tak terduga, dari tiga mata kuliah, surprise, aku dapat dua A dan satu B. Subhanallah. Rasanya sudah mengeluarkan kemampuan terbaikku di tiga mata kuliah itu.

Kangen juga ikut organisasi, ngerumpi, dan diskusi dengan mahluk warna-warni. Tak bisa terganti di sini.

Semoga suatu hari kita bisa bersua lagi kawan, tentunya setelah kita bisa mencerdaskan kehidupan bangsa ini. Mencerdaskan generasi muda ini, membangun negeri ini dengan pendidikan. Karena kita semua adalah pendidik-pendidik muda yang kaya. kaya ilmu, kaya hati. Kini kini sedang sibuk menggali potensi, bukan hanya potensi diri tetapi juga potensi murid-murid kita yang kita yakini mampu menjadi sesuatu kelak.
Jangan putus asa mendidik, ikhlaskan hati. Allah akan mengganti keikhlasan hati kita dalam mengabdi, bukan hanya berbetuk materi, mungkin juga rejeki dari berbagai sisi.


Yang sedang bernostalgila

Alfanita Zuraida

Reflection

Picture taken from :weheartit.com


Sometimes, we need a reflection of our life, thinking what we have done or something that we want.
Maybe reflection means thinking about something that we haven't done in our life. Maybe. I don't know exactly.
Sometimes I do not have time to reflect what I have done in my life, so life is like a water in the river, allowing it to go wherever it wants. I ever write the reflection in a piece of paper, then doing my routines. After that, it is forgotten, just be a useless writing in my diary.
Can I reflect something in my life?
Reflecting that I still have a  big dream that I don't know how  to reach it
Reflecting that I am not a useless person in this word
Reflecting that I am still young
Reflecting that actually I am a smart person Hmmmm maybe
Reflecting that what I really want will I get
Reflecting that I still have a nice family
Reflecting that I can do it

There is no time anymore, reflect now or never...

Alfanita Zuraida

Life Must Go on


Picture taken from: melodies-of-lOve.blogspot.com

No matter what I feel now, life must run well
No matter what I did in the past, I'm forgetting now

Coz life must go on, whatever happens
I can't be stopped, although you want
It can't be repeated, although you hope

I don't care, whatever happens
I still have my thumb to show the world that I'll be fine no matter how hard life is..
I have my little finger to make promise to my best friends to be here when I need them
Maybe life is hard now
But, Sun shines everyday
There is a hope for future..

Crazy Little Things Called Love

Tulisan lama saya yang belum saya post, kira-kira tahun 2011. Enjoy reading!

Taken from: sinopsis-boxoffice.blogspot.com

Can you hear that?
My heart...
Is telling you I love you
But it cannot reveal my true feeling to anyone
Can you hear that?
My heart...
Is still waiting here for you to open
And, I can only hope you will know it
That I’m the one here to love you
I’m begging you please know it
“Some Day”
(A little thing called love)

Pernah punya Kakak kelas di SMP atau SMA yang cute, pintar, dan bintang lapangan kemudian jatuh hati dan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan simpati dan cintanya? Mungkin jawabannya bisa ya atau tidak. Namun inilah yang dialami oleh Nam, siswa M1 yang jatuh cinta pada sang Kakak kelas dari M5, P-Shone. P-shone yang rupawan, pintar, bintang lapangan, dan banyak penggemar adalah sosok yang berbanding terbalik dengan Nam, gadis berkacamata, hitam, tidak terlalu pintar, dan tidak fashionable. Di sekolah Nam hanya mempunyai tiga teman, Cherry,.... (yang dua aku tidak ingat).

Nam yang polos akhirnya melakukan berbagai cara untuk mendapatkan sang pujaan hati. Hal pertama yang dilakukannya adalah mempraktekkan berbagai trik untuk mendapatkan cinta P-Shone lewat buku yang dibaca oleh teman-temannya. Satu persatu trik pun dipraktekkannya. Banyak hal yang juga telah dilakukannya untuk menarik perhatian sang Kakak kelas yang ganteng dan ramah. Demi melihat sang Kakak, kelas dia rela dipaksa menjadi Snow White dalam sebuah opera oleh guru Bahasa Inggrisnya. Demi P-Shone juga dia rela menjadi Pemimpin marching band meskipun dia harus berlatih ekstra keras untuk ini. 
Klimaks film ini terjadi ketika P-Top, sahabat P-Shone sejak kecil ternyata menaruh hati pada Nam. P-Top yang juga tak kalah ganteng dan populer. Akhirnya, Nam dekat dengan P-Top. Namun Nam masih menaruh hatinya hanya untuk P-Shone. Dengan kedekatannya dengan P-Top, akhirnya Nam juga dekat dengan P-Shone. Nam jadi tahu apa alasan P-Shone bermain sepak bola dan keinginannya untuk menjadi pemain sepak bola. Suatu hari Nam berkomitmen untuk tidak dekat lagi dengan P-Top karena perasaannya hanya untuk P-Shone. Dia bertekad untuk menyatakan perasaan yang telah lama ia pendam pada P-Shone. Sayang ternyata P-Shone sudah jadian dengan P-Pin teman sekelasnya. Betapa hancur hati Nam saat itu.

Beberapa adegan membuat saya tertawa terbahak-bahak adegan sang Guru Bahasa Inggris yang lucu dan sok cantik yang selalu saja kalah denagn sang guru tari. Disaat semua ingin mendaftar ekstrakurikuler tari, tak seorangpun antri untuk mendaftar kelas opera sang Guru Bahasa Inggris, akhirnya tak ayal Nam dan teman seggangnya pun menjadi korban dari Sang Guru. Berbagai trik juga dilakukan untuk mendapatkan perhatian sang guru olah raga yang membuat saya tertawa. Secara natural, wajah sang guru Bahasa Inggris benar-benar memancarkan bahwa dia adalah seorang komedian ulung. Mungkin hanya melihat wajahnya saja Anda pasti sudah ingin tertawa.
Hal paling menarik dalam film ini adalah perubahan Nam dari gadis jelek yang hitam dan tidak menarik menjadi gadis cantik yang putih dan menarik. Saya samapai tidak percaya dengan perubahan yang terjadi. Seperti ada dua orang yang memerankan tokoh Nam padahal aslinya hanya satu. Benar-benar dua jempol untuk penata riasnya. Saya dibuat penasaran bagaimana sang penata Rias menjadikan Phicanok (Tokoh Nam) yang aslinya sangat cantik menjadi Nam jelek, hitam, dan buruk rupa. Sangat natural, tak terlihat seperti dibuat-buat. 

Selanjutnya adalah cerita yang ada dalam drama komedi ini, saya tidak menyangka bahwa ternyata P-Shone juga menyukai Nam. Dari awal sampai hampir akhir film, saya pikir P-Shone tidak menaruh hati pada Nam, wah ternyata saya salah, P-Shone ternyata  juga menyukai Nam. Untuk Pak Sutradara, Putthiphong Promsakha saya acungi dua jempol kaki, mengangkat dua jempol kaki untuk kepiawaiannya membuat film ini.

Pesan moral dalam film ini adalah ketika cinta pada seseorang di usia remaja bukan untuk mengancurkan diri tetapi memacu diri untuk kian berprestasi. Biarlah cinta pada orang yang kitra sukai di usia remaja mengingatkan kita bahwa jalan kita masih panjang, jangan biarkan cinta menghalangi prestasi kita. Biarlah kuncup mekar pada waktunya, biarlah kita melihat apakah orang yang kita sukai di usia remaja benar-benar akan menjadi soulmate kita, orang yang dipilihkan Tuhan untuk mengisi hari-hari kita di dunia dan di JannahNya.

Alfanita Zuraida

Senin, 25 November 2013

Melatih Kepekaan Bersosialisasi dengan Kerja Kelompok

Ini merupakan foto anak-anak Bimbel Bahasa Inggris ALFA ketika melakukan kerja kelompok. Bekerja berkelompok memberikan banyak manfaat seperti melatih kepekaan anak dalam bersosialisasi dan mengembangkan kemampuan interpersonal mereka. Untuk anak-anak dibawah delapan tahun yang memiliki sifat individualis, bekerja berkelompok awalnya memang tidak akan mudah. Tekankan pada anak bahwa bekerja berkelompok akan membuat pekerjaan yang berat menjadi ringan juga manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Enjoy the photos!







Alfanita Zuraida
Owner and Teacher of Bimbel Bahasa Inggris ALFA

Minggu, 24 November 2013

I’m Beautiful, No Matter What They Say

Tulisan jaman dahulu..Lupa kapannya...

Picture taken from:kembaraqolbu.wordpress.com




Apakah kamu merasa cantik setiap hari?

Atau kamu sering tidak percaya diri?

Melihat sekelilingmu, di berbagai media televisi ataupun majalah, tentang sosok-sosok kurus, tinggi, dan langsing serta putih yang membuatmu iri. Rambut panjang berkilau yang membuatmu ingin memililiki sesuatu yang seperti itu?

Kamupun mulai rajin pergi ke salon untuk manicure, pedicure, serta cure-cure yang lain. Untuk membuat wajah berjerawatmu menjadi bersih tanpa noda. Diet yang mengharamkan nasi dan harus makan sayur-sayuran selama beberapa hari sampai bulan. Menghindari berbagai makanan yang banyak mengandung kolestrol. Menahan diri untuk tidak makan coklat dan es krim. Ke mal untuk membeli berbagai model baju yang membuatmu akan terlihat cantik di depan semua orang. Menghabiskan berjuta-juta uang hanya untuk belanja.

Apakah kamu seperti itu kawan? Aku harap tidak.

Kecantikan diukur bukan hanya sebuah kecantikan fisik, kecantikan yang terlihat nyata padahal hanya abstrak. Kecantikan sebenarnya terletak pada sesuatu yang sangat lecil namun sangat berarti. Kecantikan yang membuatmu akan selalu dihargai, dipercaya, bahkan disayangi semua orang. Kecantikan itu adalah kecantikan hati.

Namun kita tidak berarti mengabaikan kecantikan fisik, sebagai seorang wanita tentunya menjadi cantik adalah sebuah keharusan namun alangkah indahnya bila diikuti dengan kecantikan hati, biarkan hati cantik dan fisikmupun terbawa aura cantik. Jadi, kecantikan hati lebih penting. Sekarang rasakan bahwa kalian terlahir cantik, tak peduli apa kata orang terhadap kecantikanmu. Karena kecantikan berasal dari hati.

Kini pandanglah dunia dan berkata “ I’m beautiful, no matter what they say”.

Hasil Karya Anak-anak Bimbel Bahasa Inggris ALFA

Setiap orang butuh penghargaan atas kreativitas yang telah dilakukan, begitu pula anak-anak. Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh guru dalam hal penghargaan kepada siswa ini adalah memajang hasil karya mereka. Dan inilah hasil karya anak-anak Bimbel Bahasa Inggris ALFA.

Transportation Mind mapping by Fifth Graders





Anak Istimewa

Kelasnya Abi (Bukan nama sebenarnya)



Kemarin saya upload artikel tentang karakteristik anak-anak. Saya pikir saya sudah menguasai tentang karakteristik anak-anak, tapi mungkin saya salah. Saya baru mengetahui karakteristik anak-anak secara umum saja, belum karakter spesialnya. Jadi ceritanya, seperti biasa saya sore ini mengajar anak kelas tiga SD. Secara umum, mereka pintar dan cerdas tapi tingkahnya kadang bikin saya geleng-geleng kepala. Ada saja, kadang saya pusing dibuatnya. Contohnya kalau bertanya sampai ke akar-akarnya (ini namanya cerdas apa godain gurunya sih?), suka manjat-manjat tangga, suka lari-lari dan berkelahi di ruang tamu(dikiranya ruang tamu itu arena sumo), dan yang terakhir adalah suka menirukan suara saya yang merdu ini hahahha (tabok).

Setiap tahun ajaran baru pasti ada yang namanya anak baru dong, nah nih ada anak baru, panggil saja namanya Abi. Menurut keterangan dari Ibunya, si Abi ini anak yang aktif dan banyak tingkahnya. Saya sih bilang dalam hati “Saya pasti bisa menaklukkannya hahah”. Ternyata awal-awal pikiran saya memang benar. Dia tidak terlalu banyak tingkah, cenderung manis dan pintar di kelas. Hanya kalau pulang saya harus ekstra menjaganya karena ternyata diluar kelas tingkah aktifnya sedikit kambuh. 

Okay, jadi ceritanya pas sore itu, sore sebelum kejadian yang bikin tangan saya sakit, orang Gresik bilang kemeng, ada anak namanya Silvi (teman sekelasnya) yang bilang bahwa Abi Bapak-bapak karena memakai baju batik. Terus mereka kejar-kejaran, ketawa-tawa. Seingat saya pas waktu itu ada adegan Abi pura-pura pukul Silvi tapi kayaknya sih cuma bercanda. Nah pas di hari yang lain, Silvi bilang pada teman-temannya di kelas tiga kalau si Abi itu kayak Bapak-bapak. Nah, di sini nih adegan ini dimulai.

Jadi anak-anak cowok itu pada bilang kalau Abi itu Bapak-bapak. Ramelah itu seisi kelas. Tapi pas masuk kelas habis baris keadaan sudah kondusif kembali. Nah, keadaan yang paling bikin hati saya cenat-cenut, gag kuat kalau lihat anak wataknya keras kayak gitu. Pas waktu itu khan listening section, setelah melingkari jawaban yang benar anak-anak pada nulis apa yang mereka dengar di buku latihan. Setelah selesai mereka biasanya saya suruh untuk berbaris satu-satu untuk membaca hasil pekerjaan mereka di ruang tamu.

Pada waktu itu, saya melihat  Abi udah mau baris mengikuti temannya, tapi kok kembali lagi. Ya sudah mungkin ada apa, nggak berfikir ke arah sana pokoknya. Tiba-tiba Noval bilang kalau Abi ngamuk di kelas. Saya segera ke kelas. Di sana saya melihat Abi udah berdiri seperti nantangin Silvi untuk berkelahi. Dan Silvi dengan tenangnya malah membaca buku dengan Nisa (mungkin itu kali yah yang bikin Abi tambah sebel). Saya tanya kenapa. Inilah jawaban versi mereka:

Abi: Silvi bilang kalau saya seperti kakek-kakek.
Silvi: Saya bukan bilang kalau kamu kakek-kakek, saya bilangnya Noval yang seperti kakek-kakek.

Saya pikir ini adalah perkelahian biasa antar teman, paling sebentar lagi juga berakhir. Saya segera menyuruh Abi untuk kembali ke mejanya, soalnya saya lebih percaya versi Silvi. Pikiran saya, Silvi biasanya mengolok-olok Abi Bapak-bapak dan noval diolok-olok Kakek-kakek. Tapi apa yang terjadi saudara-saudara? Abi tidak mau berpindah sedikitpun dari depan Silvi. Dia melihat Silvi sepertinya dia dendam sekali dengan Silvi. Diapa-apakan dia tidak mau berpindah tempat. Teman-teman yang tadi mengolok-oloknya saya minta untuk minta maaf, tetapi segera ditepis tangannya oleh Abi, begitu juga Silvi. Badannya Abi waktu itu kaku sekali, kelihatannya dia maunya memukul Silvi. Anak-anak seisi kelas rame banget. Saya lalu menyuruh anak-anak untuk memanggil Miss Lely di atas. Setelah ada Miss Lely, saya segera menyeret Abi keluar dengan susah payah untuk menenangkan dirinya sedangkan anak-anak di kelas sementara dihandle oleh Miss Lely.

Di luar kelas, si Abi ini masih meronta-ronta untuk kembali ke dalam kelas. Saya sampai kewalahan memegangnya. Berkali-kali saya membujuknya untuk memaafkan Silvi saja, tetapi tidak berhasil. Pokoknya dia maunya itu dia ke Silvi terus memukul Silvi. Saya tentu saja tidak tega pada Silvi. Udah kurus gitu, kalau dipukul sama Abi jadi gimana dia? Akhirnya sayalah yang menghandle Abi supaya tidak masuk kelas dan memukul Silvi. Sampai sakit tangan saya soalnya dia tetap meronta-ronta saat saya pegangi. Pada waktu pulang, Silvi segera menemui Abi untuk minta maaf lagi. Tapi sayang Abi tetap tidak memaafkan  Silvi, bahkan dia masih berusaha menendang-nendang Silvi. Saya akhirnya menyuruh Silvi untuk pulang saja tanpa memerdulikan Abi. Akhirnya Abi pulang dijemput Ayahnya masih sambil menangis.

Jujur saja, saya tidak terlalu jago dalam menangani anak dengan watak seperti ini. Dulu, saat saya masih mengajar di salah satu SD swasta di Gresik, saya selalu mengamati bagaimana cara guru-guru menghandle anak-anak seperti itu. Ternyata mereka tidak menggunakan kata-kata yang halus seperti “Udah sayang jangan menangis” . Mereka malah menggunakan kata-kata tegas yang membuat si anak-anak itu tetap menangis tapi beberapa saat kemudian berhenti. Ketika menghadapi anak seperti ini, mungkin guru memang perlu bersikap tegas dan berstrategi. 

Ingat  acara “Nanny 911”? acara produksi Amerika yang beberapa waktu yang lalu ditayangkan di salah satu TV Indonesia. Dalam acara itu, si Nanny yang tinggal beberapa hari di rumah keluarga dengan anak-anak yang sangat aktif menerapkan beberapa strategi dalam menghandle kenakalan anak-anak. Seingat saya ada salah satu episode Nanny 911 yang memberikan reward and punishment pada anak-anak yang tingkahnya sangat ‘istimewa’. Jadi dalam episode itu ada tiga anak yang bandel-bandel. Tiga bersaudara ini diberikan kewajiban tugas rumah tangga seperti menyapu,mengepel, menyiram bunga, dan pekerjaan lain. Ketika anak ini berhasil mengerjakan satu pekerjaan, maka si Nanny akan memberikan satu bintang, begitu juga kalau mereka tidak mengerjakan hal yang menjadi tugasnya si Nanny tentunya juga memberikan hukuman yang mendidik. Ternyata cara ini sangat efektif dalam membuat anak yang tadinya nakal dan bandelnya luar biasa menjadi anak yang manis. 

Sebagai guru mungkin kita harus mengerti satu persatu karakter anak-anak kita, menganalisis karakter-karakter itu kemudian memberikan perlakuan sesuai dengan karakter anak-anak itu. Pengembangan karakter anak memang tidak mudah, namun tidak berarti itu mustahil dilakukan. Bagi anak-anak usia dini dan sekolah dasar pengembangan karakter baik bisa mudah dilakukan, namun bagi remaja mungkin hal ini sedikit sulit karena karakter dasar mereka sudah terbentuk. Percayalah menumbuhkan karakter butuh wkatu. Seperti batu yang ditetesi air setiap hari, pasti akan berlubang. Begitu juga hati murid-murid kita. Bila setiap hari kita memberikan nasehat dan teladan, suatu saat hati mereka akan terpanggil untuk berperilaku yang sesuai.


Alfanita Zuraida