Senin, 22 Juli 2013

Mengenal Karakteristik Anak-anak



 
Lala, my student. It was taken when she was 7 yo.


Unpredictable adalah salah satu kata untuk menggambarkan karakter anak-anak selain lugu, lucu, dan polos. Tingkah laku anak-anak memang selalu tak terduga, hari ini mereka berbuat ini, di lain waktu mereka akan berbuat itu. Lihat saja murid les saya yang bernama Noval, anak yang sering rangking satu di kelasnya ini selalu mengolok-olok temannya yang bernama Kiki karena dalam bidang akademik Kiki tergolong anak yang lambat dalam belajar walau akhirnya bisa dengan pengulangan berkali-kali yang saya lakukan. Noval, tentu saja dengan gayanya yang sengak tidak mau satu kelompok dengan Kiki, apalagi duduk berdekatan dengan Kiki. Noval lebih memilih untuk duduk di samping Elang (anak yang satu ini ganti nama menjadi “Ilang” hehe), Tegar, Dicky, Faiz atau siapapun di dalam kelas selain Kiki. Diapa-apakan, si Noval ini tetap tidak mau bergabung dengan Kiki. Tapi suatu hari hal yang sangat mengejutkan saya terjadi, Noval tanpa beban mengajari Kiki cara mengerjakan soal yang ada di buku paket. Saya sangat terharu melihatnya. Untuk Noval, akhirnya saya memberikan poin tambahan.

Lain Noval di les saya, lain pula Noval yang ini. Noval yang ini adalah anak yang saya ajar beberapa tahun yang lalu di sebuah SD swasta di Gresik. Pada saat jam istirahat, temannya yang usil, Zidan tanpa sengaja menjepit jempol Noval di besi pintu sampai berdarah dan mengelupas kulitnya. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana pedih dan sakitnya luka yang dialami Noval. Saya segera membawa Noval ke ruang UKS, dibelakang kami beberapa anak termasuk Zidan mengikuti. Selama perjalanan ke UKS, tak henti-hentinya Zidan mengucapkan kata maaf pada Noval yang hanya dijawab Noval dengan isakan tangis. Untunglah setelah lukanya diobati, Noval berhenti menangis. Zidan kembali minta maaf pada Noval dan langsung dimaafkan oleh Noval, setelah itu mereka berdua sudah kembali tertawa bersama, lupa peristiwa beberapa menit yang lalu. Saya tertegun.

Walaupun sifat anak berbeda tetapi sebenarnya karakter mereka pada umumnya adalah sama. Berikut ini adalah karakter anak –anak dan bagaimana cara mengajar mereka agar pembelajaran bahasa Inggris di kelas lebih maksimal dan efisien. Dua poin ini saya rangkum dari buku “Teaching English to Children” karangan Wendy A. Scott dan Lisbeth H. Ytreberg. Menurut Scott dan Ytreberg anak-anak dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah anak yang berusia lima sampai tujuh tahun dan kelompok kedua adalah anak yang berusia delapan sampai sepuluh tahun.

Anak yang berusia lima sampai tujuh tahun sudah dapat menceritakan apa yang mereka lihat, dengar, dan rasakan pada orang lain. Mereka juga telah dapat merencanakan sebuah kegiatan dan menggunakan alasan yang logis. Selain itu anak-anak dengan rentang usia ini telah mengetahui bahwa di dunia ini terdapat peraturan yang harus ditaati. Mereka tidak sepenuhnya mengerti tentang peraturan-peraturan itu, namun mereka tahu kalau peraturan itu harus ditaati agar setiap orang merasa aman dan nyaman.

Di dalam kelas, untuk siswa dengan rentang usia ini, guru harus memberikan peraturan yang jelas dan tegas tentang bagaimana mereka bersikap dan bertindak di dalam atau di luar kelas. Di Bimbel saya, peraturan jelas dan tegas itu dimulai ketika siswa berbaris sebelum masuk kelas sampai mereka pulang. Sepertinya, semua hal sudah sangat teratur. Saat masuk kelas mereka harus berbaris terlebih dahulu, masuk kelas pun mereka sangat teratur. Masuk satu persatu. Sebelum masuk guru bertanya tentang materi yang telah mereka pelajari sebelumnya seperti “What are you wearing today” atau “ Mention three names of fruit”. Kalau siswa bisa menjawab pertanyaan, maka boleh masuk ke dalam kelas, namun kalau masih belum bisa menjawab pertanyaan kembali ke belakang. Siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan sampai semua temannya masuk ke dalam kelas akan dibantu oleh guru. Di dalam kelas anak pun sudah dibiasakan untuk disiplin seperti berdoa sebelum dan sesudah memulai pelajaran, merapikan meja setelah selesai belajar, membuang sampah di tempat yang telah disediakan ketika mereka selesai menggunting, dan lain sebagainya. Dalam melatih siswa untuk mematuhi peraturan ini, peran atau role guru sangat dominan.

Anak-anak dalam rentang usia ini juga lebih mengerti situasi dari pada bahasa yang digunakan. Maksudnya adalah ketika kita sebagai guru bahasa Inggris menjelaskan atau memberikan perintah kepada kepada siswa tidak cukup hanya dengan kata-kata, tetapi kita juga harus menggunakan gestures atau gerakan. Saya pribadi menghindari menggunakan mother tongue untuk menjelaskan perintah Bahasa Inggris yang saya berikan pada anak-anak. Misalnya saya menyuruh anak untuk berdiri, saya akan bilang “Stand up, please” tidak lupa tangan saya mengayun ke atas. Semua kata yang kita ucapkan alangkah baiknya bila guru juga menggunakan mimik dan gestures, supaya anak lebih mudah menangkap apa yang kita maksudkan. Jangan lupa gunakan kata-kata yang sederhana. Bila menjelaskan sesuatu lebih baik menggunakan kalimat yang berpola SPOK saja, jangan sampai menggunakan complex sentences.

Selanjutnya, anak-anak ini juga sangat logis maksudnya apa yang guru pertama katakan akan mereka lakukan, tanpa menghiraukan kata “sebelum”. Contohnya “Sebelum ke kantor pos pergi ke pasar dulu”, maka, mereka akan pergi ke kantor pos dulu baru ke pasar. Jadi dalam kelas, usahakan bila menyuruh anak-anak dengan rentang usia ini katakan dengan jelas, apa pekerjaan yang guru inginkan pertama, kedua, dan seterusnya. Kemudian, dalam mengerjakan sebuah pekerjaan, mereka juga kurang bisa berkonsentrasi secara penuh, jadi guru harus membantu dan memberi semangat agar siswa dapat menyelesaikan pekerjaannya.

Anak-anak dengan rentang usia ini juga masih belum bisa membedakan fakta dan imajinasi, tidak selalu mengerti apa yang orang dewasa katakan (jadi ingat iklan telfon seluler “jadi orang dewasa itu menyenangkan tapi susah dimengerti, hehhe), jarang untuk mengakui bahwa mereka belum bisa, tidak bisa menentukan apa yang mereka ingin pelajari, selalu melakukan sesuatu dengan serius walaupun itu hanya permainan. Mereka juga sangat antusias dan bersikap positif terhadap pembelajaran.

Kelompok kedua adalah anak dengan rentang usia delapan sampai sepuluh tahun. Anak-anak dengan rentang usia ini sudah bisa mengenal konsep hidup, dapat menceritakan fakta dan imajinasi, sering bertanya, bisa menentukan keputusan tentang sesuatu yang ingin dipelajari, mereka telah memiliki pandangan tentang apa yang mereka sukai atau tidak sukai, mereka telah dapat bekerja sama dan belajar dari orang lain. Anak-anak ini juga telah dapat mengerti abstrak dan simbol (yang dimulai dengan kata), generalise dan systematise.

Ini berarti dalam pembelajaran di dalam kelas seorang guru harus memperhatikan beberapa hal yaitu:

1.      Word are not enough
Maksudnya seorang guru bukan hanya dituntut untuk menjelaskan saja, lebih dari itu seorang guru untuk anak-anak juga harus merancang aktivitas yang membuat anak bergerak dan menggunakan semua indera mereka. Guru juga dituntut untuk menyediakan gambar-gambar atau benda yang mungkin sesuai dengan tema pembelajaran. Guru juga harus bisa mendemonstrasikan kegiatan yang ia ajarkan. 

2.      Play with the language
Guru juga dapat menyuruh siswa berbicara dengan dirinya sendiri lewat rima, puisi, lagu, dan bercerita. Ini adalah hal yang biasa digunakan dalam pembelajaran bahasa ibu namun ini juga efektif dalam pembelajaran bahasa asing.

3.      Language as language
Intinya, mengajarkan anak empat kemampuan berbahasa. Kalau untuk spoken guru harus menggunakan expressi wajah juga gerakan. Membaca dan menulis juga penting dalam pertumbuhan anak-anak ini.

4.      Variety in the classroom
Karena anak-anak masih lemah dalam hal konsentrasi guru harus bisa memberikan variasi dalam kegiatan, variasi step atau langkah kegiatan, variasi perencanaan kelas, dan juga variasi suara.
5.      Routines
Dalam hal ini maksudnya kita menggunakan situasi dan kegiatan yang familiar dengan siswa. Maksudnya mungkin ada pakem dalam setiap kegiatan yang membuat siswa tahu harus bagaimana di setiap pembelajaran.

6.      Cooperation not competition
Di dalam kelas adalah hal yang sangat natural bila siswa berebut untuk menjadi nomor satu dalam menyelesaikan tulisan atau tugas dari guru, tapi yang perlu diingat adalah menumbukan kebersamaan di dalam kelas. Bukan berarti mereka harus terus menerus belajar dengan cara berkelompok, namun anak-anak biasanya suka bila ada teman-temannya ada di sekeliling mereka. Intinya tumbuhkan kebersamaan antar siswa di dalam kelas.

7.      Grammar
Intinya, pembelajaran bahasa untuk anak kecil jangan terlalu berpusat pada aturan tata bahasa. Biarkan mereka berbahasa tanpa merasa terbebani dengan grammar. Untuk anak kecil gunakan aturan bahasa yang sederhana. Di Bimbel saya (promosi terus), untuk anak dengan level rendah saya hanya menggunakan present tense dan present continous, baru untuk anak-anak dengan level lebih tinggi saya menggunakan aturan bahsa yang sedikit lebih rumit.

8.      Assessment
Dalam assessment atau penilaian, guru dapat mengambil nilai bagaimana perkembangan siswa dari waktu ke waktu. Guru dapat memberitahu wali murid tentang perkembangan siswa ini. Selain itu guru juga dapat memberitahu mereka bagaimana perkembangan pembelajaran mereka. Hal ini untuk memotivasi mereka untuk lebih baik dalam pembelajaran.

Tujuan dari mengenal karakteristik anak-anak adalah supaya guru dapat memberikan kegiatan pembelajaran yang efektif di dalam atau di luar kelas. Anak-anak adalah anak-anak, mereka bukan manusia dewasa berukuran mini. Oleh sebab itu, pembelajaran untuk anak-anak juga berbeda dengan pembelajaran untuk remaja dan dewasa. Semoga dengan tulisan sederhana saya ini, bisa memberikan pengetahuan tentang karakteristik anak-anak pada guru dan calon guru. Selamat membaca. Semoga berguna.

Minggu, 21 Juli 2013

Film Korea VS Sinetron Indonesia


 
salah satu adegan sinetron intan (picture taken from:kanpanlagi.com)

salah satu adegan drama Korea Princess Hours (picture taken from: movie.lintas.me)


Full House, Princess Hours, Love Story in Harvard, Wedding, Heartstring, Endless Love. Ah, itu semua drama Korea favoritku.
  
Dengan kepribadian lembut, tidak suka kekerasan atau dikerasi baik fisik atau emosional, aku akan lebih memilih menonton drama Korea dibandingkan dengan film-film action. Drama Korea sesuai dengan kepribadianku, heheheh. Lihat saja, film Korea jarang menampilkan adegan kekerasan, kebanyakan adalah adegan romantis yang mungkin bukan hanya aku sukai tetapi juga banyak orang Indonesia sukai. Buktinya, ada salah satu stasiun TV yang menampilkan drama-drama Korea sebagai program unggulannya. Lagi, banyak blog orang Indonesia yang kini menampilkan tulisan-tulisan yang berisi informasi tentang drama atau artis Korea. Tidak percaya? coba search di google dengan mengetik Drama Korea, pasti akan bermunculan tulisan-tulisan dari blog orang Indonesia tentang Korea. Ini membuktikan bahwa Korea dan berbagai hal tentangnya ternyata disukai oleh masyarakat Indonesia.

Kemunculan film Korea tak lepas dari Korean Wave. Korean Wave atau Hallyu adalah penyebaran budaya Korea ke seluruh dunia. Karena Korean wave ini, banyak orang ingin mempelajari bahasa dan budaya Korea. Korean Wave mulai dikenal di negara Cina dan Asia Tenggara pada tahun 1990-an. Drama Korea sendiri mulai menyebar pertama kali ke wilayah Cina, kemudian ke Vietnam, Thailand, dan kemudian ke Indonesia. Tampaknya pemerintah Korea ingin menghadirkan budaya Korea dalam drama-dramanya, dan sepertinya itu berhasil. Dulu orang tidak peduli dengan hal-hal berbau Korea, sekarang orang-orang terutama orang Indonesia seakan berburu atau meniru hal-hal yang berbau Korea mulai dari gaya rambut, pakaian, sampai dunia industri entertainmentnya, lihat saja di boybands dan girlbands banyak bermunculan di Indonesia.

Di Indonesia, drama Korea yang pertama kali tayang dan mendapatkan respon yang bagus adalah Winter Sonata. Film ini diputar di stasiun televisi swasta Indonesia pada tahun 2002. Dengan mengembangkan kearifan budaya lokal, Winter Sonata memberikan setting tempat yang apik seperti Pulau Jungdo, yaitu salah satu dari tiga pulau yang terbentuk sebagai hasil dari pembangunan bendungan Uiam dan Gongjicheon, tempat dimana Joon-sang dan Yu-Jin turun dari bus bersama-sama setelah mereka sadar bahwa mereka telah tertinggal jauh dari pemberhentian mereka. Kita lihat lagi drama Korea klasik Jewel in the Palace, wah kalau film ini jangan ditanya pastinya banyak tempat yang mengenalkan kita akan budaya Korea. Yang pertama adalah Istana Changdeokgung. Ini adalah salah satu dari Lima Istana terbesar yang dibangun oleh raja-raja dari Dinasti Joseon. Tempat yang kedua adalah Korean Folk Village. Yaitu sebuah museum hidup suatu desa asli masyarakat Korea yang merupakan objek wisata di kota Yongin. Disini ada beberapa replika rumah tradisional dari kelas sosial yang berbeda. Tempat yang ketiga adalah Istana Hwaseong Haenggung. Tempat ini adalah puri yang terbesar dari tempat penampungan. Ini adalah istana sementara dimana raja Jeongjo tinggal pada saat perjalanan panjang dan juga dimana dia mengadakan pesta indah di Hyegyeonggung Hong, yaitu ulah tahun ibunya ke 60. Sepertinya suatu saat saya akan berada di tempat-tempat indah tersebut...Aamiin.

Film Televisi (FTV) yang setiap siang dan sore ditayangkan di salah satu stasiun televisi swasta Indonesia ternyata juga sering memunculkan budaya lokal, sama seperti drama Korea, setting tempat yang apik dan indah seperi Bali, Bandung, Semarang, Solo, dan Jogja menjadi latar tempat yang menarik bagi cerita FTV. Namun, sinetron Indonesia tampaknya masih belum tertarik untuk mengambil tempat-tempat apik dengan kearifan lokal seperti itu. Mungkin masalah budget yang membuat mereka enggan atau bahkan tidak mau mengambil lokasi-lokasi seperti itu. Lokasi syuting, setahu saya, hanya berpusat di Jakarta. Jangan heran kalau melihat sintetron-sinetron Indonesia terutama yang ditayangkan saat petang sangat miskin setting tempat. Bayangkan saja, bila setting sedang mengambil tempat di jalan, maka jalanan akan terlihat sangat sepi, seolah-olah tidak ada pengguna jalan lain selain si aktor saja, padahal jalanan kan milik umum ya. Selain itu kalau mengmbil setting tempat di jalan, pasti yang terlihat jalan itu lagi, jalan itu lagi. Apa jalan hanya ada satu ya itu yah mungkin.

Lagi, mengapa sinetron Indonesia atau FTV Indonesia tidak bisa mendunia?Ah, tidak usah terlalu jauh dulu sebaiknya, Ok, bagaimana kalau saya katakan mengapa sinetron Indonesia tidak bisa menjadi raja di Asia Tenggara. Ah, saya lagi-lagi salah, maaf, saya ubah sekali lagi, Mengapa sinetron Indonesia tidak bisa menjadi raja di negerinya sendiri? Mungkin jawabanya sudah terfikir dalam benak masing-masing kita, tapi untuk mengungkapkannya. Ah, saya tidak sampai hati menulis di sini. Sama saja membongkar keburukan bangsa sendiri. Jawabannya, silahkan tonton sinetron Indonesia

Saya sebenarnya tidak mau munafik atau sok suci, karena pada dasarnya saya juga masih suka sinetron Indonesia. Bedanya, saya suka sinetron Indonesia hanya pada cerita awal. Cerita awal sinetron Indonesia ketika rating belum tinggi, penonton belum banyak, dan masih belum populer. Bisa dipastikan, saya akan sedikit menikmati jalan dan ide cerita yang coba ditampilkan oleh sineas persinetronan Indonesia, tetapi setelah itu? silahlan dilihat sendiri. Jalan cerita akan semakin berputar putar, masalahnya pun selalu sama anak yang ditukar, hilang ingatan, kecelakaan. Tiga tema itu tampaknya sering menghiasai persinetronan Indonesia. Saya meraba-raba mungkin karena dulu tahun 2002, ada drama Korea Endless Love, yang ceritanya tentang anak yang tertukar. Dari ide tersebut mungkinkah sinetron-sinetron banyak yang mengadaptasinya? Mungkin. Saya tidak tahu pasti.

Memang, saya bisa dibilang bahwa saya OD alias Omong Doang. Tapi semoga karena omong doang saya ini bisa membuka sedikit mata para sineas persinetronan Indonesia tentang pembuatan sinetron Indonesia. Sinetron Indonesia sebenarnya menunjukkan kepribadian dan karaketer suatu bangsa. Bagaiamana karakter suatu bangsa ini bila ide cerita,adegan sinetron, dan kostum yang digunakan oleh pemainnya seperti itu. Sungguh-sungguh memilukan. Saya bahkan pernah mendapati sebuah sinetron yang terang-terangan menghalalkan suap untuk melepaskan seseorang yang dicintainya. Padahal, tokoh yang mengahalalkan suap itu masih tergolong tokoh protagonis.

Sebagai seorang guru, bagaimana anak-anak kita bisa disuguhi hal-hal semacam itu. Ketika orang tua mereka menonton sinetron, kemudian anak-anak juga akan menontonnya. Apa yang akan anak-anak dapatkan? Model yang sangat tidak patut ditiru. Kita selalu melarang anak untuk berbuat jahat. Namun dengan melihat sinetron dengan banyak adegan kekerasan bukannya mengajarkan anak-anak untuk belajar tentang bagaimana memulai sebuah kekerasan itu? Silahkan dipikirkan sendiri saja lah. Saya pernah membaca, di sebuah daerah terpencil yang listrik hanya menyala antara jam 6 sampai jam 8. Dan televisi sebagai hiburan hanya dapat dilihat pada jam-jam tersebut. Apakah kita harus mengajarkan hal seperti itu sampai pada pelosok-pelosok daerah?

Dulu ketika saya kecil, saya suka melihat sinetron berjudul Keluarga Cemara. Saya suka sekali sinetron itu, bahkan sampai sekarang pun saya tidak bisa melupakan beberapa adegan dalam film itu. Saya juga masih ingat lho nama-nama pemain dalam tokoh tersebut ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil yang baik, ada juga pipin dan tante plesir yang jahat. Dalam sinetron itu, banyak sekali nilai moral yang bisa diambil. Sekarang bandingkan anak-anak yang tumbuh dengan sinetron apik yang mendidik moral mereka atau sinetron yang hanya menunjukkan kekerasan dan hedonisme?

Sekarang coba kita tengok adegan di drama Korea. Silahkan anda menyebutkan drama Korea yang ada adegan seorang anak berteriak-teriak dan berkata tidak sopan pada kedua orang tuanya? Carilah dan anda mungkin  jarang sekali Anda mendapatkannya. Dalam sinetron Korea, ternyata adat-adat ketimuran masih dipegang

Bila korea punya Seoul, Bussan, dan Jeju, tenang saja Indonesia masih punya Lombok, Bali, Jogja, Bandung, dan tentu saja masih banyak lagi kota-kota indah lainnya. Bila di Korea punya kuliner kimchi, tidak usah berkecil hati Indonesia juga punya rendang, gado-gado, raon,balado dan berbagai macam kuliner lain. Jadi, apa sih yang tidak Indonesia punya. Semua kita punya, tinggal bagaiamana kita mengembangkannya dalam bentuk ide cerita. Kalo Korean punya Korean Wave, semoga suatu saat Indonesia punya Indonesia Wave. Sedikit berhayal, bila suatu saat kelak saya keluar negeri, dan orang asing menanyakan asal saya. Saya dengan bangga saya berasal dari Indonesia. Dan orang asing yang bertanya tersebut menganguk tahu dan menghargai. Semoga.

NB: Ini tulisan suka-suka, dibuat ketika kelas KKT A sedang sepi tugas, sebenarnya saya bingung harus berbuat apa, sudahlah dari pada bengong lebih baik saya menulis saja.

210312012
AZ

Jumat, 19 Juli 2013

Senyum



picture taken from: kanggowardi.blogspot.com

Senyum dan ceria selalu memberi kekuatan. Apapun yang terjadi tetaplah tersenyum, karena senyum itu membahagiakan. Senyum mendatangkan banyak kebermanfaatan, selain dari segi kesehatan. Hidup sesulit apapun tetaplah tersenyum.

Saya sedang bersyukur dengan hidup, mencoba berdamai dengan diri sendiri dan menjadi pribadi yang lebih baik. Saya yakin bagaimana keadaan saya tergantung pada apa yang saya pikirkan, tergantung apa yang saya lakukan. Karena apapun keadaannya saya tidak bisa menyalahkan orang lain atau lingkungan. Saya sadar semuanya tergantung internal saya.

Karena itu, saya mencoba untuk tidak menyalahkan keadaan, saya mencoba bangkit dan tentu saja tidak kecewa dengan apa yang terjadi. Saya akan terus belajar dan mempelajari banyak ilmu pengetahuan, karena saya tidak tahu kapan kesempatan akan datang. Kesempatan untuk dapat menikmati indahnya dunia ini. Saya yakin Tuhan memeluk mimpi-mimpi hambaNya.

Yang jauh lebih penting saat ini adalah memenuhi segala target-target yang telah tertulis rapi di dinding kamar. Semangat Ita, semoga dengan semangatmu hidup ini akan menjadi lebih baik. Selalu bersyukur dan bermanfaat bagi orang lain. Jangan lupa tersenyum, karena senyummu mengalihkan dunia hahahhaha. Tetep....

Gresik, 27 Juni 2012
 Ie-th@

Rabu, 17 Juli 2013

I Like English Mam



picture taken from: genk-remaja.blogspot.com

Mungkin, bagi saya dan mungkin kebanyakan orang yang tentu saja pernah memikirkannya atau terlintas dalam pikiran, setelah itu mungkin kita bertanya-tanya. Bagaimana mungkin anak yang katakanlah dari SD kelas I sudah diajari Bahasa Inggris, dua belas tahun kemudian tepatnya saat dia mungkin kelas XII masih belum bisa berbicara dan menulis bahasa Inggris dengan baik dan benar?

Jawabannya mungkin ada dalam lintasan pikiran yang saya padukan dengan pengalaman dan kenyataan di lapangan. Alasan pertama adalah text book only. Walaupun dalam kurikulum sudah ada empat kemampuan yang harus diajarkan, yaitu listening, speaking, reading, dan writing, namun tampaknya para guru bahasa Inggris kita yang mungkin juga termasuk saya hanya text book only atau katakanlah lebih parahnya LKS only saja. Jadi pengajarannya dalam kelas, guru hanya berfokus pada pemahaman materi kemudian untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa-siswanya, sang guru menyuruh siswa untuk mengerjakan LKS. Tidak ada latihan listening atau speaking, semua masih berpusat pada reading dan writing. Dua kemampuan yang mungkin saja juga belum optimal diberikan pada siswa-siswanya.

Sebenarnya hal ini juga tidak bisa disalahkan juga, saya tidak mencari pembenaran dalam hal ini. Namun bagaimana ketika saya sebagai guru baru dihadapkan pada situasi anak didik saya kelas IX yang akan mengahadapi Ujian Nasional(UN) tidak memiliki kemampuan yang diharapkan? Saya sebagai guru harus realistis, bahwa saya tidak mungkin hanya memaksakan keinginan saya supaya mereka bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris dengan baik dan benar dan kemudian menghancurkan nilai UN Bahasa Inggris mereka. Bagi saya mungkin ini seperti makan buah simalakama. Ini salah itu juga tidak dapat dibenarkan. Akhirnya saya memilih jalan tengah. Saya mengupayakan mereka untuk bisa berkomunikasi dasar bahasa Inggris. Sisanya? Tentu saja beragam materi untuk persiapan UN. Oleh karena itu, alangkah baiknya ketika seorang siswa menengah pertama masih duduk di kelas 7 dan 8, guru dapat lebih mengembangkan kemampuan berkomunikasi mereka lebih dari hanya sekedar memberikan materi yang tercantum dalam kurikulum.

Alasan kedua adalah jumlah murid dalam satu kelas. Practice makes perfect. Sebagai guru, saya, melihat jumlah murid yang 40-50 anak dalam satu kelas terlalu banyak. Karena banyaknya jumlah murid ini, para guru Bahasa Inggris pasti akan mencari kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan seluruh kelas, jadilah banyak kegiatan classical dari pada kegiatan yang melibatkan kemampuan individu seperti presentasi individu misalnya. Setiap anak harus mendapatkan kesempatan untuk menggunakan bahasa Inggris terutama kemampuan oralnya. Apa mau dikata, banyaknya anak dalam satu kelas tentu saja bukan hanya menimbulkan masalah dalam kegiatan pembelajaran tetapi juga manegemen kelas. Saya yakin di jaman sekarang, kelas yang jumlahnya 40-50 siswa akan kacau sekali, kecuali kalau guru punya trik untuk membuat kelas ini menjadi tertib (Untuk tema managemen kelas akan dijelaskan pada tulisan selanjutnya).

Banyaknya murid di kelas, sebenarnya bagi saya pribadi masih bisa diajarkan untuk menggunakan bahasa Inggris, baik oral atau tulis, namun perlu diingat bahwa untuk pengajaran aktif berbahasa Inggris, kelas harus dalam keadaan tertib. Salah satu cara yang bisa digunakan dalam pengajaran bahasa Inggris adalah gab information. Dalam gab information, setiap siswa akan memiliki informasi yang berbeda. Mereka akan berkeliling kelas untuk melakukan interview dengan temannya. Untuk melakukan interview, mereka akan dipandu dengan sebuah tabel. Misalnya, sebuah kelas akan melakukan kegiatan gab information tentang makanan dan minuman favorit, berikut ini adalah contoh tabelnya:

No
Name
Favourite Food
Favourite Drink
1.



2.



3.



4.



5.




Dalam tabel di atas, seorang siswa akan setidaknya melakukan interview dengan lima orang anak, berarti anak tersebut akan lima kali mempraktekkan ekspresi dalam bahasa Inggris. Dalam kegiatan ini, guru hanya memantau kegiatan anak didiknya. Yang perlu diingat guru sebelum melakukan interview adalah mendrill ekspresi yang akan digunakan. Selain itu, guru juga perlu untuk memberikan rule atau aturan yang harus dilakukan oleh siswa salah satunya adalah No English, No Service agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Yang ketiga adalah persepsi siswa bahwa bahasa Inggris adalah mata pelajaran yang sulit dan membosankan. Kenapa? Mungkin kita sebagai guru kurang mengeksplor kegiatan pembelajaran  siswa. Setiap pertemuan hanya itu-itu saja kegiatan pembelajaran yang kita ajarkan. Jadilah siswa kita mengantuk, bermain, dan berbicara sendiri di depan kelas ketika kita menjelaskan pelajaran. Bukankah kadang-kadang sebagai guru bahasa Inggris kita juga mengalami hal ini? Jujur saja saya pernah. Oleh karena itu sebagai guru bahasa Inggris, kita harus memberikan variasi dalam kegiatan pembelajaran kita.

Variasi kegiatan dapat dilakukan dalam empat kemampuan yang telah disebutkan di atas. Untuk kegiatan listening misalnya kegiatan dapat berupa mendengarkan monolog, mendengarkan cerita, atau mendengarkan dialog. Dalam speaking, variasi kegiatan bisa lebih banyak diantaranya presentasi, interview, telling story, dan dialog. Dalam reading, ada dua jenis reading yaitu aloud reading dan silent reading. Aloud reading berfokus pada kemampuan siswa dalam membaca text dengan pronunciation, intonation, dan stress yang tepat, sedangkan dalam silent reading yang ditekankan adalah kemampuan siswa dalam menangkap isi bacaan.  Dalam reading, kegiatan pembelajaran dapat diarahkan guru dengan latihan membaca text dengan pronunciation, intonation, dan stress. Dalam silent reading, pembelajaran diarahkan guru dengan strategi-stretegi reading yang dapat membantu siswa cepat dan tepat dalam mengisi jawaban. Melanjutkan kalimat yang membentuk sebuah cerita, kalimat berantai, dan membuat cerita bebas adalah kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam writing.

Selain itu, beberapa hal dia atas ada beberapa cara untuk mengembangkan kemampuan siswa. Salah satunya adalah membentuk sebuah club bahasa Inggris di sekolah. Menurut saya pribadi, kita tidak bisa hanya mengharapkan siswa kita bisa berkomunikasi dengan baik hanya dengan pembelajaran di dalam kelas. Perlu ada spesialisasi kegiatan yang berfokus pada pengembangan kemampuan itu. Dalam sebuah club bahasa Inggris anak-anak yang memiliki ketertarikan dalam bahasa Inggris akan berkumpul, hal ini akan memotivasi mereka untuk lebih bersemangat dalam menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa untuk melakukan komunikasi.

Selanjutnya, kita juga bisa membuat kursus bahasa Inggris di rumah. Banyak anak bisa berkomunikasi bahasa Inggris bukan dibentuk di sekolah tetapi di tempat kursus bahasa Inggris. Di dalam sebuah kursus bahasa Inggris, tentu saja jumlah murid, materi, dan kemampuan apa saja yang diajarkan dapat kita atur. Kurikulum dapat kita sesuaikan dengan apa yang kita inginkan, kalau kita ingin anak les kita bisa berkomunikasi dengan bahasa Inggris, maka setting saja kurikulum seperti itu. Dalam kursus bahasa Inggris, anak-anak yang tertarik pada bahasa Inggris juga akan berkumpul. Kumpulan anak-anak yang tertarik pada bahasa Inggris akan lebih memotivasi anak dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Pangeran Charles ini. Guru yang membuat Bimbel atau kursus bahasa Inggris selain dapat bermanfaat bagi masyarakat, ternyata juga dapat memberikan pendapatan tambahan. Bisnis bimbingan belajar atau kursusan bagi pelajar atau mungkin mahasiswa dan umum adalah bisnis yang selalu diminati, tidak pernah sepi.

Last but not least, sebagai guru bahasa Inggris kita juga sebagai duta. Jadi, gunakanlah bahasa Inggris sesering mungkin baik dalam berkormunikasi dengan murid atau sesama guru. Kita dapat menggunakannya di kelas atau dimanapun kita berada. Selain melatih kemampuan bahasa Inggris kita, ini juga sebuah cara untuk menunjukkan kepada murid-murid tentang sebuah model atau contoh percakapan dalam bahasa Inggris.

Seperti sebuah hobby dan kegilaan. Saya pun ingin melihat murid-murid saya memunyai hobbi dan kegilaan pada bahasa Inggris. Mendengarkan lagu-lagu bahasa Inggris, menonton film dengan subtitle bahasa Inggris, atau menenggelamkan diri mereka dengan berbagai aktifitas yang menggunakan bahasa Inggris akan banyak membantu mereka dalam mempelajari bahasa inggris. Tidak ada yang salah ketika pintar berbicara dan  menulis dalam bahasa Inggris karena pada akhirnya para kompetitor yang bisa bersaing dan memunyai kemampuanlah yang akan menang. Salah satu kemampuan itu adalah menguasai bahasa internasional. Saya ingin sepuluh tahun dari sekarang lagi, saya mendengar “Mam Ita, saya diterima beasiswa ke Australia, atau Mam Ita saya diterima beasiswa ke Amerika”. Dan untuk saat ini, saya hanya ingin mendengar “ Mam Ita, I like English”. 

Alfanita Zuraida