Senin, 31 Maret 2014

Investasi Kaum Muda



taken from: pengertianbahasa.blogspot.com
“There is only one success: To be able to spend your life in your own way.
-Christoper Marley-

Bagi para artis muda, investasi adalah hal penting ketika karier mereka menanjak dan mendapatkan penghasilan lebih. Investasi juga merupakan salah satu cara untuk menyeimbangkan roda ekonomi ketika karier dalam industri entertainment meredup. Sekarang, bukan hanya artis muda saja yang menginvestasikan uang mereka untuk jaminan masa depan, seiring perkembangan zaman, banyak orang di bawah umur 35 tahun yang memilih menginvestasikan penghasilan mereka untuk jaminan hidup di hari tua. 

Di Indonesia, kini, investasi dipandang bukan hanya untuk para orang tua ketika pensiun, namun juga sebagai sumber penghasilan utama bagi kaum muda. Dengan investasi, kita dapat mengatur alur kerja kita dan mendapatkan waktu yang berharga untuk keluarga tanpa keluar rumah. 

Sebenarnya apa itu investasi? Berdasarkan teori ekonomi, investasi adalah pembelian dari modal barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang. Menurut wikipedia, ada empat macam jenis investasi yaitu investasi tanah, investasi pendidikan, investasi saham, dan investasi mata uang asing. 

Bagi orang yang berinvestasi tanah, ia berharap dengan adanya populasi dan penggunaan tanah, harga tanah akan melonjak di masa depan. Bagi yang berinvesatsi pendidikan, dengan bertambahnya pengetahuan dan keahlian, diharapkan pencarian kerja dan pendapatan lebih besar. Investor yang mendapatkan keuntungan dari menguatnya nilai tukar uang asing terhadap uang lokal adalah jenis investasi mata uang. Dan bagi yang berinvestasi saham, akan mendapatkan keuntungan dari hasil kerja atau penelitian.

Merry Riana, milyader yang juga penulis buku, dalam bukunya A Gift from a Friend mengatakan bahwa banyak orang berpendapat bahwa hanya ada satu jenis pendapatan yaitu pendapatan dari gaji, tapi sebenarnya ada tiga jenis pendapatan yaitu pendapatan umum, pendapatan investasi, dan yang ketiga adalah pendapatan dari income generator. Yang akan dibahas di sini adalah pendapatan umum dan pendapatan investasi.

Pendapatan umum adalah pendapatan yang diberikan perusahaan atau instansi di akhir atau di awal bulan. Jenis pendapatan ini adalah pendapatan rutin yang selalu diberikan perusahaan atau instansi ketika si karyawan masih bekerja atau memberikan kontribusi kepada perusahaan. Biasanya waktu berkerja mereka ditentukan oleh perusahaan atau instansi, begitu juga dengan penentuan gaji mereka. Untuk pendapatan kedua, pendapatan dari hasil investasi telah kita bahas dibagian awal.

Sebagai kaum muda, tentu saja kita tidak bisa langsung berinvestasi setelah lulus SMA atau kuliah, karena investasi itu sendiri membutuhkan modal. Salah satu cara menurut saya adalah bekerja terlebih dahulu untuk mendapatkan modal investasi. 

Salah satu karakteristik kaum muda menurut pengamatan saya adalah gemar menggunakan uang untuk kesenangan pribadi. Alasan bahwa mereka masih muda, belum berkeluarga, dan belum memunyai tanggunggan memang tidak salah. Namun, bila sudah memutuskan untuk berinvestasi maka kebutuhan-kebutuhan yang tidak perlu dan tidak penting sebaiknya dipangkas atau dihilangkan.

Menurut saya, karena masih muda, badan dan tenaga masih kuat, masih belum memiliki tanggungan, jadi sebisa kita harus bekerja keras dan cerdas untuk mendapatkan pendapatan yang digunakan sebagai modal investasi. Kita bekerja keras sekarang untuk kehidupan kita di masa depan. Ketika kita berinvestasi, at least, bila tidak bisa menjadi pendapatan utama, mungkin bisa menjadi pendapatan tambahan yang bisa dipertimbangkan untuk kehidupan kita.

Bagi kaum muda yang sudah berpenghasilan, tak ada salahnya mulai sekarang menyisihkan penghasilan untuk membeli aset yang dapat digunakan untuk berinvestasi di masa depan. 

Bagi kaum muda yang belum berpenghasilan, tentu saja investasi bukan hanya tentang uang tetapi juga waktu dan ilmu. Misalnya saja mahasiswa yang cepat menyelesaikan tugas akhirnya, waktu yang berharga adalah jenis investasi terbaik. Dengan menyelesaikan pendidikan tepat waktu, maka tenaga, uang, dan pikiran dapat diminimalkan. 

Membaca juga merupakan salah satu bentuk investasi masa depan, membaca hari ini, maka yakinlah bahwa esok masa depan kita akan lebih baik karena kita sudah berinvestasi ilmu.

Jadi, yang masih muda, yang sudah berkerja, tidak ada salahnya untuk menyisihkan penghasilan kita setiap bulan untuk berinvestasi. Ingat investasi juga untuk kaum muda, bukan hanya untuk orang tua :)

Alfanita Zuraida

Sabtu, 15 Maret 2014

Kamu (Pasti) Pergi

Picture taken from: nurzarifahrosli.blogspot.com


“Maaf, aku tak bisa menemanimu dalam sangkar ini lagi, aku butuh terbang, aku butuh bebas”, katamu di suatu malam. Seperti biasa, kau datang di bawah temaram sinar bulan, berjingkat-jingkat mendekati jendela kamarku, mengetuknya pelan. Tepat tiga kali ketukan, aku membuka jendela, aku sudah tahu itu kamu. Tak ada orang yang setiap malam mengetuk jendela kamarku. Hanya kamu.

Tak seorang pun tahu, kalaupun mereka tahu mereka takkan peduli. Mereka lebih menikmati alunan musik mendayu-dayu dari radio tua yang terus digoyang-goyangkan untuk mencari gelombang atau ikut bergoyang koplo, oplosan atau apalah namanya dari sebuah program televisi yang katanya terfenomenal. Barangkali, mereka juga sedang menyaksikan sinetron Indonesia yang lain dari pada yang lain karena cerita hanya berkutat pada harta, tahta, wanita, dan anak yang ditukar. 

Biarlah mereka tak tahu, biarlah mereka tak peduli. Dengan begitu, aku lebih leluasa bicara denganmu sambil memandang wajahmu. Kau berbicara tentang mimpi-mimpimu dan mendengarkan keluh kesahku. Begitu saja, hampir setiap malam.

Aku tertegun, tak berkata apapun tentang pernyataanmu. Memandangi wajahmu yang sayu. Kesayuan wajahmu tak mengurangi daya pikatmu. Hari itu kau tampak begitu memesona dengan baju berkerah biru dan celana abu-abu. Ku tatap wajah rupawanmu, berharap di sana akan kutemukan kebohongan atau permainanmu. Tapi sia-sia, kau tak pernah berbohong apalagi mempermainkan perasaanku. Bersasi-sasi bersamamu, aku sadar bahwa kau lelaki petualang dalam arti sesungguhnya. 

Tak terhitung berapa banyak gunung yang kau daki dan tempat-tempat baru yang kau jelajahi di negeri ini. Ternyata kau tak puas dengan semua itu. Yang kau inginkan sekarang adalah melintasi samudra dan benua, melompat lebih tinggi, dan terbang sebebas-bebasnya.

“Jangan Pergi”, jeritku padamu. Ku tampakkan wajah tersedihku. “Kau tak boleh pergi, kau tak bisa meninggalkanku. Aku tak bisa hidup tanpamu.”, ku coba meneteskan air mata dukaku di hadapanmu, berharap airmataku melunakkan hatimu. 

Kau bangkit, tiba-tiba saja tangan kokohmu sudah berada di pipiku, menghapus laraku. Ingin aku berlari ke arahmu, memelukmu, namun jendela ini terlalu kuat untuk diterobos.

“Ikutlah denganku. Berapa lama kau di sana? Hanya menatap kepergian teman-temanmu meraih asanya, lepaskan saja semua. Ikut denganku, kita pergi bersama, aku tak bisa tanpamu. Ikutlah, apakau tak ingin menjelajah samudra, benua, dan melihat indahnya dunia? tanyamu berharap.

Aku tercengang, tak biasanya kau memintaku pergi. Selama ini, aku yang selalu memintamu untuk tinggal. 

“Ikutlah denganku, akan ku tunjukkan pada dunia bahwa kau kekasihmu. Ayo ikutlah denganku”, katamu masih terus merajuk.

Aku menggeleng. “Tak bisa, aku tak bisa meninggalkan sangkar ini. Ada sebuah kepatuhan yang tidak bisa ditukar dengan kebebasan”, kataku.

Kamu memandangku dan berkata “Aku tahu, tapi kau tak harus sepatuh itu, kau berhak menentukan pilihanmu sendiri. Kau berhak memilih, kau berhak bebas”, kau masih mencoba meyakinkanku untuk ikut bersamamu. 

Tiba-tiba kau menarik tanganku, sedikit keras, sehingga membuatku tersentak. Kau menggengam tanganku dan menatapku tajam seperti elang yang akan menukik mangsanya. Aku takut melihatmu seperti ini.

“Kamu tahu bahwa aku ingin bahagia, bukan hanya di sini tetapi juga di sana. Aku ingin melihat para bidadari bermata jeli yang menemaniku setipa hari. Minum dari mata air susu jernih yang selalu mengalir. Memetik sendiri buah-buahan yang aku suka. Dan semua itu harus kutebus dengan sebuah kepatuhan”, kataku menahan tangis.

Mendengar perkataanku, kau melepaskan genggaman tanganmu pelan-pelan. Tangan dan hatiku gemetar, selama ini kau tak pernah sekalipun melepaskan tanganku dalam genggamanmu. Kau selalu ada untukku. Hatiku berkata bahwa akan ada perpisahan tak berujung.

“Aku sudah tahu kau akan memilih ini, aku yang bodoh terus mengharapkanmu seperti ini. Maafkan aku sayang, aku tak lagi bisa tinggal. Aroma tanah-tanah kebebasan dan bau udara dunia luar memaksaku pergi.”,katamu.

“Tapi kau mencintaiku, tak bisakah kau tinggal?”, Kali ini aku yang memintamu menuruti keegoisanku.

“Tidak”, kau berkata sambil menggelengkan kepalamu. Lewat lubang besi kecil jendela, kau tarik tubuhku sampai berhadapan denganmu, wangi keringatmu yang setiap malam kurengkuh akan kurindu. Aku menatapmu, ada perasaan takut kehilangan di wajahmu.

Dengan tanganmu kau mendekatkan wajahku dengan wajahmu. Deru nafasmu terdengar jelas di telingaku. Ketika kau akan menempelkan bibirmu di bibir tipisku, ku beringsut menjauh.

“Ciuman ini mungkin adalah ciuman pertama dan terakhir kita. Kamu tahu? Mungkin setelah ciuman ini perasaan kita akan menjadi lebih dalam, dan kita tak akan pernah bisa saling meninggalkan,” kataku.

Sekilas aku melihat kekecewaan dari raut wajahmu. “Pergilah kalau kau ingin pergi, kejarlah apa yang ingin kau kejar. Namun, aku tak bisa pergi bersamau”, kataku seakan tak mau larut dalam kesedihan yang akan kita miliki.

Kau tak menjawab, hanya menatapku lekat-lekat. Aku tahu kau ingin mendengar pernyataanku sekali lagi. 

“Aku tak bisa ikut denganmu”, kataku padamu terakhir kali. Aku melihat perasaan terluka dalam matamu yang masih menatapku tanpa kata. Tiga detik berikutnya kau beringsut dari tempatmu berdiri. Aku melihatmu pergi menjauh dari jendela kamarku, menatap punggungmu sampai lenyap di ujung jalan.

Itu adalah hari terakhir aku melihatmu.

Alfanita Zuraida