Puisi, puisi, oh puisi. Hari ini aku berteman akrab dengan puisi, mengakrapi puisi, becengkrama dengannya. Dan lihatlah gaya tulisanku sekarang seolah aku adalah sahabat karib dari jenis sastra imajinatif yang mengutamakan unsur fiksionalitas, nilai seni, dan rekayasa bahasa ini. Hahaha. Sok puitis mungkin.Tapi inilah kenyataannya. Sepertinya saya mulai suka berpuisi-puisi ria.
Kajian Sastra Indonesia, itu adalah nama mata kuliah yang mengakrabkanku dengan puisi hari ini. Empat jam duduk di kursi "panas" pasti melelahkan. Dua jam pertama hoooaaa, mengantuk sekali rasanya. Apalagi Pak Tengsoe, dosen pengampuh mata kuliah ini asyik berceramah menjelaskan kajian-kajian sastra. Mataku sepertinya tinggal lima watt, aku berkali-kali menjatuhkan bolpen dan buku secara bergantian. Teman-temanku pasti sudah tahu aku ngantuk berat. Mbak Dy, teman sebelahku menyuruhku membasahi tisu dengan air dan mengusapkannya ke mataku. Aku lakukan tapi masih belum bisa mengusir kantukku. Memang kantukku sudah parah, masuk stadium empat.
Tiba-tiba pak Tengsoe menyuruh kami mengamati satu benda di dalam kelas. Hoooa, dengan mata lima wattku, aku malas-malas menunjuk kipas angin sebagai benda yang akan kuamati. Ternyata Pak Tengsoe menyuruh kami untuk membuat empat definisi dari kipas angin dan menjadikannya puisi. Mataku tiba-tiba menyala menjadi sepuluh watt, 15 watt, 25 watt,sampai yang paling terang 100 watt. Empat definisi pun telah kubuat. Setelah itu Pak Tengsoe menyuruh kami mengembangkan empat definisi itu menjadi empat baris. Wah aku semakin tertarik. Tiba-tiba, aku teringat seseorang, Adikku, kalau dia ada di sini dia pasti senang sekali karena bisa menyalurkan hobi galaunya dengan puisi. Setelah selesai pak Tengsoe menyuruh kami membaca puisi yang telah dibuat. Bagus-bagus sekali ternyata puisi yang dibuat oleh teman-temanku. Ada yang dalem banget, jenaka, bahkan ada yang terkesan nggak nyambung. Aku tidak menyangka ternyata mereka bisa berpuisi-puisi ria ternyata.Dan, inilah pusi yang aku hasilkan dalam waktu 15 menit. Judulnya "Kipas Angin". Enjoy!
Kipas angin adalah kantuk
Diam terduduk sambil kepala terangguk-angguk
Kipas angin adalah kenikmatan
Ketika baling-baling berputar, hujani badan dengan sepoinya
Nikmat
Kipas angin adalah nafas
Nafas-nafas guru yang berbagi ilmu
Nafas-nafasku yang haus ilmu
Kipas angin akan selalu jadi kerinduan
Rindu buku, rindu dia, rindu kamu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar