Sabtu, 13 Juli 2013

With Mr. Santa n Miss Vivi

Oh..oh..

Mr. Gareng, Bon-bon, Rully, n me

Mr. Santa....





Few months ago, I went to Pacet with my big family of AMECC. There, we did many interesting things. We swam, played games, rode a horse, bought crackers, rode a difficult boat when moving. Alhamdulillah, I was so happy and my friends too. Happiness is our togetherness.

PAPAN TULIS KECIL: MEDIA MURAH TAPI BERMAKNA

Kartu selamat ulang tahun untuk mama made in third graders

Sebenarnya papan tulis kecil adalah hal yang murah dan sederhana namun kalau kita mengerti makna dan manfaatnya, kita pasti akan selalu menggunakannya di dalam kelas kita. Papan tulis ini fungsinya adalah sebagai papan pajangan hasil karya anak-anak. Kita pasti sangat bahagia bukan ketika tulisan atau hasil karya kita dimuat di media cetak? begitu pula dengan anak-anak. Mereka akan bangga dan tentu saja antusias melihat hasil karya mereka dipajang dan dilihat teman-temannya. Walaupun mereka masih kecil,  mereka mengerti akan makna penghargaan diri. Salah satu cara menghargai anak-anak adalah menghargai karya mereka. Caranya tentu saja memajang hasil karya mereka.

Alfanita Zuraida

Jumat, 12 Juli 2013

Ie-th@ VS Uchi

Kembar nggak sih kita? sering dikira anak kembar hahahha

My Best Friends in Humas

These pictures were taken before going to Malang, If I'm not mistaken it was new year of 2010. Putri brought two glasses. She gave one of her glasses to me. There was one left, Fithri. Sorry Fith. Check it out!


Iputz, Wahyu, n me

Iputz, me, n penampakan (itu Muhsin klo g salah heheh)

Mengawini Malam

Pas saya liat-liat file di FD, ada file "Mengawini Malam". Saya jadi ingat kalau ini adalah cerpen satu lembar saya untuk mata kuliah Keterampilan Berbahasa Tulis" pas saya kuliah KKT. Oh ya nama Yonghwa ini adalah nama personilnya CNBlue, leadernya gitu. Pas waktu itu saya sedang suka banget sama reality shownya dia "We Got Married". Check it out!


Mengawini Malam

Sudah enam hari tiada sesendok pun nasi yang melekat dalam perutku. Mustahil  menelan nasi pada saat seperti. Nyeri ini, sakit di dada ini. Rasanya, bahagianya hidup sudah tak berpihak lagi padaku. Hatiku tersenyum getir. Hidup ini seperti sebuah permainan. Rasanya baru kemarin aku seperti menjadi wanita paling bahagia di dunia, kini semua tak lagi sama. Cinta, rasa, indah kini berbalik menjadi marah, benci, dan gundah. Entahlah, jalinan rasa kini mulai memudar, tak tampak lagi oleh kasat mata.

Yongwa, nama lelaki itu. Pertama kali aku mendengarnya mengucapkan namanya, aku sudah tahu pasti dia salah satu penduduk negeri ginseng. Seperti orang dari ras Mongoloid lainnya perawakan tubuhnya tinggi, putih, dan bermata sipit. Pertemuanku dengannya bagai slow motion dalam drama. Kami bertabrakan tepat di depan pintu masuk sebuah mall. Tanpa sengaja dia menabrakku dan tumpahlah barang belanjaanku. Kami pun berkenalan dan makan di sebuah restoran. Dari pertemuan itu, aku tahu kalau dia adalah seorang seorang ekspatriat muda Korea yang sedang mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Bahasa Indonesianya cukup lancar walaupun kadang aku harus menjelaskan beberapa kata yang tak dimengerti olehnya. Pekerjaanku sebagai sekretaris rupanya banyak memberikan bekal untuk mengimbangi percakapannya tentang bisnis yang dijalaninya.

Setelah pertemuan itu, kami pun lebih sering bertemu. Makan, nonton film atau sekedar berjalan-jalan di taman menjadi hal yang rutin kami lakukan. Hati yang dulu sendiri, kini telah terisi. Caranya memperlakukanku bak seorang puteri melambungkan anganku. Tak perlu waktu lama untuk meyakinkan hatiku untuk menerimannya menjadi suamiku. Keputusanku menikahinya ditentang oleh keluarga besarku. Perbedaan agama, budaya, serta warga negara adalah alasannya. Aku yang saat itu sudah tidak peduli pada apapun akhirnya meninggalkan semua untuknya.

Petaka datang tepat tiga bulan pernikahanku. Petugas kepolisian berpakaian preman menjemput Yongwa. Mereka bilang kekasih hatiku itu telah melakukan bisnis ilegal, jual beli wanita dari Indonesia ke Korea. Dari polisi aku tahu bahwa jabatan ekspatriatnya di sebuah perusahaan hanya topeng untuk memuluskan usaha haramnya. Satu lagi yang membuat hatiku hancur tak bersisa, Yongwa rupanya telah menikah dan punya satu anak di Korea. Saat itu juga kaki kecilku rapuh tak dapat menahan berat tubuhku. Semua gelap, aku tak ingat apa-apa lagi.

Kata Ibuku, inilah akibat bila aku mengawini malam. Mengawini pekat-pekatnya yang mengeluncup menjadi nestapa. Inilah azab Tuhan bagi yang mengawini malam. Malam adalah pekat, gelap, dan berbatas. Tak baik aku mengawininya, tapi aku melakukannya Menikahi Yonghwa adalah menikahi malam. Agama dan budaya kami berbeda. Perkawinan malam akhirnya terjadi membuatku terjerembab dalam kehampaan. Kini, aku menyesal, tak mau aku mengawini sang malam.

My Bimbel Old Story


 This picture was taken in the second year of my Bimbel



They were the second graders boys in that time



Selasa, 09 Juli 2013

New Brochure for my English Course


Behind the Scene of My English Course Brochure

In the middle of first semester, I had an idea to make a good brochure for my English Course. If I have a creative idea, it can not be stopped. So, after finding this amazing idea (lebay), I tried to search the good, efficient, and creative brochure in internet. When searching, I found many creative brochures for my English course. I mixed the desain of the brochures I like, then I thought my own desain.

After choosing the desain, I collected the pictures. I think I have to learn about taking a good picture by using certain angle. I don't think that the pictures I took are good. I used digital camera to make those pictures. I think the most important thing to choose the pictures to the brochures is what is the teaching-learning we want to explore. In my brochure, I wanna explore abou the fun teaching, so the pictures I took showed about that. Sorry, because my internet connection doesn't support, so I can't upload the pictures.

After taking the pictures, I created the words used in the brochures. I tried to create the words that is simple and understandable. I asked a help from my friend. In the brochure, I gave some important information like address and phone number of my course, the advantages of joining my English course, and of course how to register. I also put the good comments from my students when joining my English course. Alhamdulillah, I was so satisfied with what I've done.

The last step to make this brochure is giving the idea and concept of the brochure to the brochure desainer. That is Faiz. Faiz was the one who desained and printed my brochure. After desaining, he emailed me. If I have fixed with the desain, he will print that. Finally, tam..tam my new brochure for my English course has finished. Alhamdulillah. Thanks to Allah