Picture taken from: www.cs.duke.edu |
“You can sit wherever you wanna sit, you
can stand wherever you wanna stand, you can go wherever you wanna go, because
you are dandelion (Princess Hours)
Dandelion atau sering disebut Randa Tapak adalah
sejenis tumbuhan yang memiliki bunga kecil-kecil dan terbang bila ditiup angin.
Tumbuhan ini kecil tapi dapat terbang kemanapun yang dia suka. Asalnya dari
Asia dan Eropa, tapi saya yakin bunga ini mungkin sudah melintasi berbagai
benua, menyinggahi berbagai negara yang disukainya. Mungkin dia sudah melihat
berbagai keajaiban dunia dan pemandangan alam di luar sana yang memesona.
Pertama kali mendengar kata “Dandelion” adalah ketika
saya melihat film Korea kesukaan saya, Princess Hours. Entah sudah berapa kali
saya melihat film itu, lebih dari lima kali mungkin, tapi saya tidak pernah
bosan dan tidak pernah berhenti mengagumi akting, dialog, kostum, bahkan
properti yang ditampilkan di film yang sudah beberapa kali ditayangkan di TV
Indonesia itu. Dalam film ini, kata Dandelion muncul ketika sang crown princess merasa tidak tahan hidup
di istana. Ia mendapatkan apa yang diinginkannya, bahkan cinta sang crown prince, tapi tetap saja hidup di
dalam istana tidak membuatnya bahagia. Ketika sang puteri mahkota ini curhat pada
sahabatnya, sahabatnya pun menganalogikan dirinya dengan Dandelion ini.
Mungkin sebenarnya ketika saya mendengar kata
Dandelion dan mencari kata Dandelion dalam mesin pencari otomatis, saya
membayangkan diri saya seperti Dandelion. Membayangkan diri saya dapat pergi
bebas kemanapun saya suka, membuat diri saya melakukan apa yang saya inginkan,
dan mungkin bertemu dengan orang-orang yang saya ingin temui. Membayangkan
menjadi Dandelion membuat saya tersenyum dengan mata terpejam.
Saya iri pada Dandelion. Benar-benar iri. Hidup saya
sepertinya cuma selingkup ini saja antara rumah, toko, kamar tidur, buku,
sekolah, tempat les, televisi, jejaring sosial, musik, apalagi? Benar-benar
membosankan. Saya berhenti di sini. Keberhasilan saya hanya diukur dari uang
yang saya terima. Sepertinya saya butuh angin untuk menerbangkan saya dari
berbagai rutinitas yang menjemukan setiap hari. Saya butuh angin untuk
menerbangkan mimpi-mimpi saya. Saya butuh angin untuk membuat hidup saya
berbeda. Seperti Dandelion.
Tapi, akhirnya saya harus menerima kenyataan bahwa
saya bukan Dandelion. Saya tidak punya angin, saya tidak punya keberanian, dan
saya masih punya pikiran waras terhadap jalan hidup saya. Yah, ternyata saya
memang benar-benar bukan Dandelion. Saya juga tidak pernah tahu kapan saya akan
menjadi Dandelion. Tapi saya harap, saya akan bisa menjadi Dandelion dalam
hidup saya sendiri. AZ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar