Selama tiga hari saya ditugaskan oleh sekolah untuk
mendampingi anak-anak SMP di tempat saya mengajar untuk menjalani Latihan Dasar
Kepemimpinan Siswa (LDKS). Acara ini merupakan LDKS gabungan antara sekolah
saya yang notabenya swasta dan salah satu SMP negeri di Menganti. Hal ini
karena kepala sekolah di tempat saya mengajar juga merupakan guru di SMP negeri
tersebut. Jadi, untuk menekan biaya, jadilah LDKS tahun ini kami bergabung
dengan sekolah lain. Kepala sekolah mengharapkan dengan LDKS gabungan ini,
kami, para pembina OSIS dapat belajar bagaimana cara mengatur kegiatan LDKS
untuk selanjutnya, bila memungkinkan, kami dapat melaksanakan kegiatan LDKS
sendiri, tanpa bergabung dengan sekolah lain. Dalam penugasan LDKS pertama saya
ini, saya belajar banyak hal yang bermanfaat, baik bagi diri saya atau orang
lain. Tak rugi rasanya badan capek-capek beberapa hari dibanding hasil,
semangat, dan perubahan yang saya dapatkan dari LDKS ini.
Kerennya
Kelas Motivasi
Saya sudah
sering membaca buku-buku motivasi ketika saya mulai masuk kuliah. Saya sering
meminjam buku di sebuah perpustakaan Islam, namanya “Rumah Matahari. Dari
buku-buku tersebut, saya belajar bagaimana melejitkan potensi diri untuk meraih
prestasi. Saya juga sering mengikuti pelatihan-pelatihan motivasi sekedar untuk
memotivasi diri sendiri untuk menjadi lebih baik. Dari buku-buku dan
pelatihan-pelatihan itu saya mulai membenahi diri, membuat rencana dan target
hidup. Jauh sebelum saya tahu video motivasi seorang mahasiswa IPB, saya ingat-ingat
ternyata awal semester saya sudah pernah membuat target tertulis hehehe. Entah
dimana target-target itu sekarang.
Setelah menjadi guru, saya ternyata bukan hanya
dituntut untuk memotivasi diri sendiri, tetapi juga tentu saja murid-murid
saya. Bagi saya pribadi, memotivasi diri saya sendiri lebih mudah dari pada
memotivasi murid-murid saya. Tak ada yang mengerti pikiran orang lain, entah
apa juga yang ada dalam pikiran murid-murid saya. Yang jelas, mereka mungkin
masih belum mengerti bagaimana masa depan mereka kelak. Hari ini saja kompetisi
semakin ketat, dimana-mana orang-orang yang memunyai skilllah yang dibutuhkan. Saya tidak tahu apa jadinya bila
anak-anak ini hanya tahu gaul ke sana kemari, pacaran, dan hura-hura. Semoga
suatu saat mereka sadar kalau mereka tidak berusaha sekarang, mereka akan
dipaksa bekerja keras di waktu yang akan datang. Mungkin belajar memang
melelahkan, tapi masa depan jauh lebih melelahkan bila tidak belajar sekarang.
Dalam LDKS ini, banyak motivasi-motivasi yang diberikan
oleh trainer untuk memotivasi anak-anak dalam berorganisasi dan menjadi
pemimpin, khususnya untuk memimpin diri mereka sendiri sebelum memimpin dan dipimpin
oleh orang lain. Motivasi-motivasi itu disampaikan trainer dalam bentuk video
dan powerpoint yang dikemas secara
menarik, apalagi cara sang trainer membawakan materi motivasi keren deh
pokoknya. Oh ya, trainer ini adalah salah satu guru SMP Negeri. Kelihatan
sekali beliau sudah sering ikut seminar motivasi karena ada banyak video yang
pernah saya lihat dalam seminar dan training motivasi yang beliau tampilkan
untuk anak-anak. Mungkin selain menariknya materi, pembawaan sang trainer yang
santai, menyenangkan tapi tetap serius juga membuat anak-anak betah
berlama-lama. Saya kepikiran, kapan yah saya bisa menjadi seperti beliau.
Banyak materi motivasi yang diberikan untuk anak-anak
antara lain the power of words,
dimana kata-kata positif dapat memberikan perubahan yang baik dalam hidup kita.
Dalam aplikasi pelatihan ini, setiap orang harus mengucapkan kata-kata positif
setiap hari sehingga alam bawah sadarnya akan terbiasa. Intinya apa yang kita
inginkan harus kita katakan. Selain itu, ada juga materi tentang penggunaan
otak kanan yang ternyata lebih berperan dalam penentuan kesuksesan seseorang (bukan
berarti otak kiri tidak berperan apa-apa), selalu fokus dengan apa yang kita
kerjakan, patuh pada orang tua terutama Ibu, dan banyak materi lain. Semua anak
mengikuti materi dengan antusias tanpa rasa bosan sama sekali. Trainer juga
selalu meyelipi kata-kata, video, atau powerpoint
tentang motivasi sebelum, ditengah, atau sesudah materi LDKS yang diperuntukkan
bagi anggota OSIS ini. Anak-anak kelihatan sekali sangat menilkmati apa yang
disajikan oleh sang trainer.
Banyak Belajar
Seperti yang saya ceritakan di awal, tidak ada ruginya
ikut LDKS gabungan ini, banyak hal yang saya pelajari, tak pedulilah badan
capek-capek hingga saya pijit-pijit sendiri dengan menggunakan krim pijat. Yang
terpenting, saya dapat ilmu banyak yang nantinya dapat saya pergunakan dan
amalkan. Dari LDKS ini, saya jadi lebih memahami bahwa LDKS tidak harus seperti
militer. Pembentukan karakter tidak harus selalu dengan pemaksaan kedisiplinan.
Karakter itu berasal dari dalam diri, karena itu untuk menjadikan anak
berkarakter baik caranya adalah menumbuhkan karakter itu.
Karakter juga tidak bisa dibentuk satu dua hari, perlu
waktu juga proses yang panjang untuk membentuk karakter seseorang. Jadi, LDKS
tiga hari tidak akan mampu untuk membentuk karakter seseorang setelahnya.
Namun, LDKS adalah pengalaman berharga yang sedikit banyak akan memotivasi
mereka untuk menjalani hidup lebih baik, memotivasi mereka untuk belajar karena
belajar adalah wajib hukumnya bagi tiap-tiap muslim, juga membuat mereka
memahami bahwa organisasi tidak akan mungkin dapat berjalan tanpa dukungan dari
semua orang yang ada dalam organisasi tersebut.
Orang juga terdiri dari berbagai macam karakter.
Beberapa orang-orang itu kemudian menjadi guru termasuk saya, jadilah setiap
guru pun memiliki karakter yang berbeda-beda. Kita tidak bisa memaksa orang
lain harus seperti yang kita inginkan sebagaimana orang lain juga tidak bisa
memaksa kita menjadi yang mereka inginkan. Inilah karakter. Sejak kecil, saya
diajari untuk mengambil hal-hal baik dari diri seseorang untuk kemudian
diaplikasikan dalam hidup serta membuang dan tidak meniru hal-hal yang jelek.
Setiap guru tidak mungkin bagus seratus persen. Namun, inti dari itu adalah sebagai
guru kita harus bisa dijadikan teladan, panutan, bahkan mungkin idola bagi
murid-murid kita. Ini adalah perenungan mendalam saya.
Peluang
Usaha
Sejak kecil saya sudah diajari dagang oleh orang tua, dulu
Ayah dan Ibuk rajin memberi harga pada setiap barang dagangan di toko untuk
memudahkan saya dan Adik dalam melayani pembeli. Jadi, dalam usaha dagang-perdagangan
saya sudah lumayan ahli hahahha. Entahlah, sejak lulus kuliah saya cukup
tertarik dengan dunia enterpreneur, saya suka melihat para anak muda yang
sukses secara finansial dalam usia yang masih belia, ditambah Usatd Yusuf
Mansyur yang selalu ‘ngompori’ untuk jadi wirausaha. Hal ini juga di dukung
oleh lingkungan. Beberapa teman dan tetangga saya banyak yang sukses
berwirausaha dalam usia muda. Jadilah, pikiran saya adalah pikiran bisnis.
Kalau ada dalam sebuah kondisi dan ada peluang usaha, biasanya saya langsung
‘ngeh’ hehehe.
Ketika saya bergabung dengan LDKS ini, saya beberapa
kali berdiskusi dengan guru-guru pembina LDKS, ternyata tahun kemarin ada LDKS
yang trainernya mendatangkan dari luar, jadi semua sudah dikonsep dari sana. Acara
LDKSnya memang bagus namun kurang dalam materi organisasinya. Nah, dari sini
saya jadi ingin membuat program LDKS yang dapat dijual. Jadi konsepnya adalah
saya akan menyediakan tempat, trainer, acara, materi dan konsumsi. Intinya,
saya adalah sebagai Event Qrganaizer (EO) dalam LDKS tersebut, jadi sekolah
tinggal memtransfer uang untuk biaya pelatihan dan kami, EO LDKS yang akan
menjalankan LDKS. Bagaimana ide saya? Ada yang mau membantu? hehhehe.
Untuk ide wirausaha ini masih banyak yang harus
dipikirkan, apalagi kesibukan dan rutinitas saya setiap hari. Saya juga masih
harus berfikir tentang penyewaan tempat, modal juga personil. Saya berharapa
suatu saat saya bisa mewujudkan ide bisnis saya ini. Pokoknya bisnis di dunia
pendidikan itu sangat menyenangkan. Di satu sisi, kita bisa mencerdaskan
kehidupan bangsa, di sisi lain kita juga bisa mendapatkan keuntungan finansial.
Setelah LDKS ini, saya berharap OSIS baru yang saya
dan teman-teman guru rintis di SMP kami bisa menunjukkan produktivitas dan
prestasi mereka. Kadang melihat realita anak-anak yang saya hadapi, sebagai
manusia biasa rasanya ingin menyerah saja. Namun, tanggung jawab sebagai
seorang guru yang bukan hanya mengajar tetapi mendidik masih terpatri di pundak
saya. Karena itu mungkin kata “menyerah” harus saya hapus dulu dari kamus hidup
saya.
Alfanita
Zuraida
Tidak ada komentar:
Posting Komentar