Sabtu, 02 November 2013

Oleh-Oleh LDKS


 
Picture taken from:www.insancendekiamandiri.sch.id
Selama tiga hari saya ditugaskan oleh sekolah untuk mendampingi anak-anak SMP di tempat saya mengajar untuk menjalani Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS). Acara ini merupakan LDKS gabungan antara sekolah saya yang notabenya swasta dan salah satu SMP negeri di Menganti. Hal ini karena kepala sekolah di tempat saya mengajar juga merupakan guru di SMP negeri tersebut. Jadi, untuk menekan biaya, jadilah LDKS tahun ini kami bergabung dengan sekolah lain. Kepala sekolah mengharapkan dengan LDKS gabungan ini, kami, para pembina OSIS dapat belajar bagaimana cara mengatur kegiatan LDKS untuk selanjutnya, bila memungkinkan, kami dapat melaksanakan kegiatan LDKS sendiri, tanpa bergabung dengan sekolah lain. Dalam penugasan LDKS pertama saya ini, saya belajar banyak hal yang bermanfaat, baik bagi diri saya atau orang lain. Tak rugi rasanya badan capek-capek beberapa hari dibanding hasil, semangat, dan perubahan yang saya dapatkan dari LDKS ini.

Kerennya Kelas Motivasi

Saya sudah sering membaca buku-buku motivasi ketika saya mulai masuk kuliah. Saya sering meminjam buku di sebuah perpustakaan Islam, namanya “Rumah Matahari. Dari buku-buku tersebut, saya belajar bagaimana melejitkan potensi diri untuk meraih prestasi. Saya juga sering mengikuti pelatihan-pelatihan motivasi sekedar untuk memotivasi diri sendiri untuk menjadi lebih baik. Dari buku-buku dan pelatihan-pelatihan itu saya mulai membenahi diri, membuat rencana dan target hidup. Jauh sebelum saya tahu video motivasi seorang mahasiswa IPB, saya ingat-ingat ternyata awal semester saya sudah pernah membuat target tertulis hehehe. Entah dimana target-target itu sekarang.

Setelah menjadi guru, saya ternyata bukan hanya dituntut untuk memotivasi diri sendiri, tetapi juga tentu saja murid-murid saya. Bagi saya pribadi, memotivasi diri saya sendiri lebih mudah dari pada memotivasi murid-murid saya. Tak ada yang mengerti pikiran orang lain, entah apa juga yang ada dalam pikiran murid-murid saya. Yang jelas, mereka mungkin masih belum mengerti bagaimana masa depan mereka kelak. Hari ini saja kompetisi semakin ketat, dimana-mana orang-orang yang memunyai skilllah yang dibutuhkan. Saya tidak tahu apa jadinya bila anak-anak ini hanya tahu gaul ke sana kemari, pacaran, dan hura-hura. Semoga suatu saat mereka sadar kalau mereka tidak berusaha sekarang, mereka akan dipaksa bekerja keras di waktu yang akan datang. Mungkin belajar memang melelahkan, tapi masa depan jauh lebih melelahkan bila tidak belajar sekarang.

Dalam LDKS ini, banyak motivasi-motivasi yang diberikan oleh trainer untuk memotivasi anak-anak dalam berorganisasi dan menjadi pemimpin, khususnya untuk memimpin diri mereka sendiri sebelum memimpin dan dipimpin oleh orang lain. Motivasi-motivasi itu disampaikan trainer dalam bentuk video dan powerpoint yang dikemas secara menarik, apalagi cara sang trainer membawakan materi motivasi keren deh pokoknya. Oh ya, trainer ini adalah salah satu guru SMP Negeri. Kelihatan sekali beliau sudah sering ikut seminar motivasi karena ada banyak video yang pernah saya lihat dalam seminar dan training motivasi yang beliau tampilkan untuk anak-anak. Mungkin selain menariknya materi, pembawaan sang trainer yang santai, menyenangkan tapi tetap serius juga membuat anak-anak betah berlama-lama. Saya kepikiran, kapan yah saya bisa menjadi seperti beliau.

Banyak materi motivasi yang diberikan untuk anak-anak antara lain the power of words, dimana kata-kata positif dapat memberikan perubahan yang baik dalam hidup kita. Dalam aplikasi pelatihan ini, setiap orang harus mengucapkan kata-kata positif setiap hari sehingga alam bawah sadarnya akan terbiasa. Intinya apa yang kita inginkan harus kita katakan. Selain itu, ada juga materi tentang penggunaan otak kanan yang ternyata lebih berperan dalam penentuan kesuksesan seseorang (bukan berarti otak kiri tidak berperan apa-apa), selalu fokus dengan apa yang kita kerjakan, patuh pada orang tua terutama Ibu, dan banyak materi lain. Semua anak mengikuti materi dengan antusias tanpa rasa bosan sama sekali. Trainer juga selalu meyelipi kata-kata, video, atau powerpoint tentang motivasi sebelum, ditengah, atau sesudah materi LDKS yang diperuntukkan bagi anggota OSIS ini. Anak-anak kelihatan sekali sangat menilkmati apa yang disajikan oleh sang trainer.

Banyak Belajar

Seperti yang saya ceritakan di awal, tidak ada ruginya ikut LDKS gabungan ini, banyak hal yang saya pelajari, tak pedulilah badan capek-capek hingga saya pijit-pijit sendiri dengan menggunakan krim pijat. Yang terpenting, saya dapat ilmu banyak yang nantinya dapat saya pergunakan dan amalkan. Dari LDKS ini, saya jadi lebih memahami bahwa LDKS tidak harus seperti militer. Pembentukan karakter tidak harus selalu dengan pemaksaan kedisiplinan. Karakter itu berasal dari dalam diri, karena itu untuk menjadikan anak berkarakter baik caranya adalah menumbuhkan karakter itu. 

Karakter juga tidak bisa dibentuk satu dua hari, perlu waktu juga proses yang panjang untuk membentuk karakter seseorang. Jadi, LDKS tiga hari tidak akan mampu untuk membentuk karakter seseorang setelahnya. Namun, LDKS adalah pengalaman berharga yang sedikit banyak akan memotivasi mereka untuk menjalani hidup lebih baik, memotivasi mereka untuk belajar karena belajar adalah wajib hukumnya bagi tiap-tiap muslim, juga membuat mereka memahami bahwa organisasi tidak akan mungkin dapat berjalan tanpa dukungan dari semua orang yang ada dalam organisasi tersebut.

Orang juga terdiri dari berbagai macam karakter. Beberapa orang-orang itu kemudian menjadi guru termasuk saya, jadilah setiap guru pun memiliki karakter yang berbeda-beda. Kita tidak bisa memaksa orang lain harus seperti yang kita inginkan sebagaimana orang lain juga tidak bisa memaksa kita menjadi yang mereka inginkan. Inilah karakter. Sejak kecil, saya diajari untuk mengambil hal-hal baik dari diri seseorang untuk kemudian diaplikasikan dalam hidup serta membuang dan tidak meniru hal-hal yang jelek. Setiap guru tidak mungkin bagus seratus persen. Namun, inti dari itu adalah sebagai guru kita harus bisa dijadikan teladan, panutan, bahkan mungkin idola bagi murid-murid kita. Ini adalah perenungan mendalam saya.
           
           
Peluang Usaha
Sejak kecil saya sudah diajari dagang oleh orang tua, dulu Ayah dan Ibuk rajin memberi harga pada setiap barang dagangan di toko untuk memudahkan saya dan Adik dalam melayani pembeli. Jadi, dalam usaha dagang-perdagangan saya sudah lumayan ahli hahahha. Entahlah, sejak lulus kuliah saya cukup tertarik dengan dunia enterpreneur, saya suka melihat para anak muda yang sukses secara finansial dalam usia yang masih belia, ditambah Usatd Yusuf Mansyur yang selalu ‘ngompori’ untuk jadi wirausaha. Hal ini juga di dukung oleh lingkungan. Beberapa teman dan tetangga saya banyak yang sukses berwirausaha dalam usia muda. Jadilah, pikiran saya adalah pikiran bisnis. Kalau ada dalam sebuah kondisi dan ada peluang usaha, biasanya saya langsung ‘ngeh’ hehehe.

Ketika saya bergabung dengan LDKS ini, saya beberapa kali berdiskusi dengan guru-guru pembina LDKS, ternyata tahun kemarin ada LDKS yang trainernya mendatangkan dari luar, jadi semua sudah dikonsep dari sana. Acara LDKSnya memang bagus namun kurang dalam materi organisasinya. Nah, dari sini saya jadi ingin membuat program LDKS yang dapat dijual. Jadi konsepnya adalah saya akan menyediakan tempat, trainer, acara, materi dan konsumsi. Intinya, saya adalah sebagai Event Qrganaizer (EO) dalam LDKS tersebut, jadi sekolah tinggal memtransfer uang untuk biaya pelatihan dan kami, EO LDKS yang akan menjalankan LDKS. Bagaimana ide saya? Ada yang mau membantu? hehhehe.

Untuk ide wirausaha ini masih banyak yang harus dipikirkan, apalagi kesibukan dan rutinitas saya setiap hari. Saya juga masih harus berfikir tentang penyewaan tempat, modal juga personil. Saya berharapa suatu saat saya bisa mewujudkan ide bisnis saya ini. Pokoknya bisnis di dunia pendidikan itu sangat menyenangkan. Di satu sisi, kita bisa mencerdaskan kehidupan bangsa, di sisi lain kita juga bisa mendapatkan keuntungan finansial.

Setelah LDKS ini, saya berharap OSIS baru yang saya dan teman-teman guru rintis di SMP kami bisa menunjukkan produktivitas dan prestasi mereka. Kadang melihat realita anak-anak yang saya hadapi, sebagai manusia biasa rasanya ingin menyerah saja. Namun, tanggung jawab sebagai seorang guru yang bukan hanya mengajar tetapi mendidik masih terpatri di pundak saya. Karena itu mungkin kata “menyerah” harus saya hapus dulu dari kamus hidup saya.

Alfanita Zuraida

Senin, 14 Oktober 2013

I'm not Dandelion

Picture taken from: www.cs.duke.edu

“You can sit wherever you wanna sit, you can stand wherever you wanna stand, you can go wherever you wanna go, because you are dandelion (Princess Hours)

 
Dandelion atau sering disebut Randa Tapak adalah sejenis tumbuhan yang memiliki bunga kecil-kecil dan terbang bila ditiup angin. Tumbuhan ini kecil tapi dapat terbang kemanapun yang dia suka. Asalnya dari Asia dan Eropa, tapi saya yakin bunga ini mungkin sudah melintasi berbagai benua, menyinggahi berbagai negara yang disukainya. Mungkin dia sudah melihat berbagai keajaiban dunia dan pemandangan alam di luar sana yang memesona.
Pertama kali mendengar kata “Dandelion” adalah ketika saya melihat film Korea kesukaan saya, Princess Hours. Entah sudah berapa kali saya melihat film itu, lebih dari lima kali mungkin, tapi saya tidak pernah bosan dan tidak pernah berhenti mengagumi akting, dialog, kostum, bahkan properti yang ditampilkan di film yang sudah beberapa kali ditayangkan di TV Indonesia itu. Dalam film ini, kata Dandelion muncul ketika sang crown princess merasa tidak tahan hidup di istana. Ia mendapatkan apa yang diinginkannya, bahkan cinta sang crown prince, tapi tetap saja hidup di dalam istana tidak membuatnya bahagia. Ketika sang puteri mahkota ini curhat pada sahabatnya, sahabatnya pun menganalogikan dirinya dengan Dandelion ini.
Mungkin sebenarnya ketika saya mendengar kata Dandelion dan mencari kata Dandelion dalam mesin pencari otomatis, saya membayangkan diri saya seperti Dandelion. Membayangkan diri saya dapat pergi bebas kemanapun saya suka, membuat diri saya melakukan apa yang saya inginkan, dan mungkin bertemu dengan orang-orang yang saya ingin temui. Membayangkan menjadi Dandelion membuat saya tersenyum dengan mata terpejam.
Saya iri pada Dandelion. Benar-benar iri. Hidup saya sepertinya cuma selingkup ini saja antara rumah, toko, kamar tidur, buku, sekolah, tempat les, televisi, jejaring sosial, musik, apalagi? Benar-benar membosankan. Saya berhenti di sini. Keberhasilan saya hanya diukur dari uang yang saya terima. Sepertinya saya butuh angin untuk menerbangkan saya dari berbagai rutinitas yang menjemukan setiap hari. Saya butuh angin untuk menerbangkan mimpi-mimpi saya. Saya butuh angin untuk membuat hidup saya berbeda. Seperti Dandelion.
Tapi, akhirnya saya harus menerima kenyataan bahwa saya bukan Dandelion. Saya tidak punya angin, saya tidak punya keberanian, dan saya masih punya pikiran waras terhadap jalan hidup saya. Yah, ternyata saya memang benar-benar bukan Dandelion. Saya juga tidak pernah tahu kapan saya akan menjadi Dandelion. Tapi saya harap, saya akan bisa menjadi Dandelion dalam hidup saya sendiri. AZ

Senin, 22 Juli 2013

Mengenal Karakteristik Anak-anak



 
Lala, my student. It was taken when she was 7 yo.


Unpredictable adalah salah satu kata untuk menggambarkan karakter anak-anak selain lugu, lucu, dan polos. Tingkah laku anak-anak memang selalu tak terduga, hari ini mereka berbuat ini, di lain waktu mereka akan berbuat itu. Lihat saja murid les saya yang bernama Noval, anak yang sering rangking satu di kelasnya ini selalu mengolok-olok temannya yang bernama Kiki karena dalam bidang akademik Kiki tergolong anak yang lambat dalam belajar walau akhirnya bisa dengan pengulangan berkali-kali yang saya lakukan. Noval, tentu saja dengan gayanya yang sengak tidak mau satu kelompok dengan Kiki, apalagi duduk berdekatan dengan Kiki. Noval lebih memilih untuk duduk di samping Elang (anak yang satu ini ganti nama menjadi “Ilang” hehe), Tegar, Dicky, Faiz atau siapapun di dalam kelas selain Kiki. Diapa-apakan, si Noval ini tetap tidak mau bergabung dengan Kiki. Tapi suatu hari hal yang sangat mengejutkan saya terjadi, Noval tanpa beban mengajari Kiki cara mengerjakan soal yang ada di buku paket. Saya sangat terharu melihatnya. Untuk Noval, akhirnya saya memberikan poin tambahan.

Lain Noval di les saya, lain pula Noval yang ini. Noval yang ini adalah anak yang saya ajar beberapa tahun yang lalu di sebuah SD swasta di Gresik. Pada saat jam istirahat, temannya yang usil, Zidan tanpa sengaja menjepit jempol Noval di besi pintu sampai berdarah dan mengelupas kulitnya. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana pedih dan sakitnya luka yang dialami Noval. Saya segera membawa Noval ke ruang UKS, dibelakang kami beberapa anak termasuk Zidan mengikuti. Selama perjalanan ke UKS, tak henti-hentinya Zidan mengucapkan kata maaf pada Noval yang hanya dijawab Noval dengan isakan tangis. Untunglah setelah lukanya diobati, Noval berhenti menangis. Zidan kembali minta maaf pada Noval dan langsung dimaafkan oleh Noval, setelah itu mereka berdua sudah kembali tertawa bersama, lupa peristiwa beberapa menit yang lalu. Saya tertegun.

Walaupun sifat anak berbeda tetapi sebenarnya karakter mereka pada umumnya adalah sama. Berikut ini adalah karakter anak –anak dan bagaimana cara mengajar mereka agar pembelajaran bahasa Inggris di kelas lebih maksimal dan efisien. Dua poin ini saya rangkum dari buku “Teaching English to Children” karangan Wendy A. Scott dan Lisbeth H. Ytreberg. Menurut Scott dan Ytreberg anak-anak dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah anak yang berusia lima sampai tujuh tahun dan kelompok kedua adalah anak yang berusia delapan sampai sepuluh tahun.

Anak yang berusia lima sampai tujuh tahun sudah dapat menceritakan apa yang mereka lihat, dengar, dan rasakan pada orang lain. Mereka juga telah dapat merencanakan sebuah kegiatan dan menggunakan alasan yang logis. Selain itu anak-anak dengan rentang usia ini telah mengetahui bahwa di dunia ini terdapat peraturan yang harus ditaati. Mereka tidak sepenuhnya mengerti tentang peraturan-peraturan itu, namun mereka tahu kalau peraturan itu harus ditaati agar setiap orang merasa aman dan nyaman.

Di dalam kelas, untuk siswa dengan rentang usia ini, guru harus memberikan peraturan yang jelas dan tegas tentang bagaimana mereka bersikap dan bertindak di dalam atau di luar kelas. Di Bimbel saya, peraturan jelas dan tegas itu dimulai ketika siswa berbaris sebelum masuk kelas sampai mereka pulang. Sepertinya, semua hal sudah sangat teratur. Saat masuk kelas mereka harus berbaris terlebih dahulu, masuk kelas pun mereka sangat teratur. Masuk satu persatu. Sebelum masuk guru bertanya tentang materi yang telah mereka pelajari sebelumnya seperti “What are you wearing today” atau “ Mention three names of fruit”. Kalau siswa bisa menjawab pertanyaan, maka boleh masuk ke dalam kelas, namun kalau masih belum bisa menjawab pertanyaan kembali ke belakang. Siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan sampai semua temannya masuk ke dalam kelas akan dibantu oleh guru. Di dalam kelas anak pun sudah dibiasakan untuk disiplin seperti berdoa sebelum dan sesudah memulai pelajaran, merapikan meja setelah selesai belajar, membuang sampah di tempat yang telah disediakan ketika mereka selesai menggunting, dan lain sebagainya. Dalam melatih siswa untuk mematuhi peraturan ini, peran atau role guru sangat dominan.

Anak-anak dalam rentang usia ini juga lebih mengerti situasi dari pada bahasa yang digunakan. Maksudnya adalah ketika kita sebagai guru bahasa Inggris menjelaskan atau memberikan perintah kepada kepada siswa tidak cukup hanya dengan kata-kata, tetapi kita juga harus menggunakan gestures atau gerakan. Saya pribadi menghindari menggunakan mother tongue untuk menjelaskan perintah Bahasa Inggris yang saya berikan pada anak-anak. Misalnya saya menyuruh anak untuk berdiri, saya akan bilang “Stand up, please” tidak lupa tangan saya mengayun ke atas. Semua kata yang kita ucapkan alangkah baiknya bila guru juga menggunakan mimik dan gestures, supaya anak lebih mudah menangkap apa yang kita maksudkan. Jangan lupa gunakan kata-kata yang sederhana. Bila menjelaskan sesuatu lebih baik menggunakan kalimat yang berpola SPOK saja, jangan sampai menggunakan complex sentences.

Selanjutnya, anak-anak ini juga sangat logis maksudnya apa yang guru pertama katakan akan mereka lakukan, tanpa menghiraukan kata “sebelum”. Contohnya “Sebelum ke kantor pos pergi ke pasar dulu”, maka, mereka akan pergi ke kantor pos dulu baru ke pasar. Jadi dalam kelas, usahakan bila menyuruh anak-anak dengan rentang usia ini katakan dengan jelas, apa pekerjaan yang guru inginkan pertama, kedua, dan seterusnya. Kemudian, dalam mengerjakan sebuah pekerjaan, mereka juga kurang bisa berkonsentrasi secara penuh, jadi guru harus membantu dan memberi semangat agar siswa dapat menyelesaikan pekerjaannya.

Anak-anak dengan rentang usia ini juga masih belum bisa membedakan fakta dan imajinasi, tidak selalu mengerti apa yang orang dewasa katakan (jadi ingat iklan telfon seluler “jadi orang dewasa itu menyenangkan tapi susah dimengerti, hehhe), jarang untuk mengakui bahwa mereka belum bisa, tidak bisa menentukan apa yang mereka ingin pelajari, selalu melakukan sesuatu dengan serius walaupun itu hanya permainan. Mereka juga sangat antusias dan bersikap positif terhadap pembelajaran.

Kelompok kedua adalah anak dengan rentang usia delapan sampai sepuluh tahun. Anak-anak dengan rentang usia ini sudah bisa mengenal konsep hidup, dapat menceritakan fakta dan imajinasi, sering bertanya, bisa menentukan keputusan tentang sesuatu yang ingin dipelajari, mereka telah memiliki pandangan tentang apa yang mereka sukai atau tidak sukai, mereka telah dapat bekerja sama dan belajar dari orang lain. Anak-anak ini juga telah dapat mengerti abstrak dan simbol (yang dimulai dengan kata), generalise dan systematise.

Ini berarti dalam pembelajaran di dalam kelas seorang guru harus memperhatikan beberapa hal yaitu:

1.      Word are not enough
Maksudnya seorang guru bukan hanya dituntut untuk menjelaskan saja, lebih dari itu seorang guru untuk anak-anak juga harus merancang aktivitas yang membuat anak bergerak dan menggunakan semua indera mereka. Guru juga dituntut untuk menyediakan gambar-gambar atau benda yang mungkin sesuai dengan tema pembelajaran. Guru juga harus bisa mendemonstrasikan kegiatan yang ia ajarkan. 

2.      Play with the language
Guru juga dapat menyuruh siswa berbicara dengan dirinya sendiri lewat rima, puisi, lagu, dan bercerita. Ini adalah hal yang biasa digunakan dalam pembelajaran bahasa ibu namun ini juga efektif dalam pembelajaran bahasa asing.

3.      Language as language
Intinya, mengajarkan anak empat kemampuan berbahasa. Kalau untuk spoken guru harus menggunakan expressi wajah juga gerakan. Membaca dan menulis juga penting dalam pertumbuhan anak-anak ini.

4.      Variety in the classroom
Karena anak-anak masih lemah dalam hal konsentrasi guru harus bisa memberikan variasi dalam kegiatan, variasi step atau langkah kegiatan, variasi perencanaan kelas, dan juga variasi suara.
5.      Routines
Dalam hal ini maksudnya kita menggunakan situasi dan kegiatan yang familiar dengan siswa. Maksudnya mungkin ada pakem dalam setiap kegiatan yang membuat siswa tahu harus bagaimana di setiap pembelajaran.

6.      Cooperation not competition
Di dalam kelas adalah hal yang sangat natural bila siswa berebut untuk menjadi nomor satu dalam menyelesaikan tulisan atau tugas dari guru, tapi yang perlu diingat adalah menumbukan kebersamaan di dalam kelas. Bukan berarti mereka harus terus menerus belajar dengan cara berkelompok, namun anak-anak biasanya suka bila ada teman-temannya ada di sekeliling mereka. Intinya tumbuhkan kebersamaan antar siswa di dalam kelas.

7.      Grammar
Intinya, pembelajaran bahasa untuk anak kecil jangan terlalu berpusat pada aturan tata bahasa. Biarkan mereka berbahasa tanpa merasa terbebani dengan grammar. Untuk anak kecil gunakan aturan bahasa yang sederhana. Di Bimbel saya (promosi terus), untuk anak dengan level rendah saya hanya menggunakan present tense dan present continous, baru untuk anak-anak dengan level lebih tinggi saya menggunakan aturan bahsa yang sedikit lebih rumit.

8.      Assessment
Dalam assessment atau penilaian, guru dapat mengambil nilai bagaimana perkembangan siswa dari waktu ke waktu. Guru dapat memberitahu wali murid tentang perkembangan siswa ini. Selain itu guru juga dapat memberitahu mereka bagaimana perkembangan pembelajaran mereka. Hal ini untuk memotivasi mereka untuk lebih baik dalam pembelajaran.

Tujuan dari mengenal karakteristik anak-anak adalah supaya guru dapat memberikan kegiatan pembelajaran yang efektif di dalam atau di luar kelas. Anak-anak adalah anak-anak, mereka bukan manusia dewasa berukuran mini. Oleh sebab itu, pembelajaran untuk anak-anak juga berbeda dengan pembelajaran untuk remaja dan dewasa. Semoga dengan tulisan sederhana saya ini, bisa memberikan pengetahuan tentang karakteristik anak-anak pada guru dan calon guru. Selamat membaca. Semoga berguna.