Sok Serius... |
Aku ya aku, bukan kamu, dia, atau mereka. Menjalankan hidup dengan suka cita namun tetap taat pada Allah SWT dan Rosulnya
Rabu, 31 Juli 2013
Senin, 22 Juli 2013
Mengenal Karakteristik Anak-anak
Unpredictable
adalah salah satu kata untuk
menggambarkan karakter anak-anak selain lugu, lucu, dan polos. Tingkah laku
anak-anak memang selalu tak terduga, hari ini mereka berbuat ini, di lain waktu
mereka akan berbuat itu. Lihat saja murid les saya yang bernama Noval, anak
yang sering rangking satu di kelasnya ini selalu mengolok-olok temannya yang
bernama Kiki karena dalam bidang akademik Kiki tergolong anak yang lambat dalam
belajar walau akhirnya bisa dengan pengulangan berkali-kali yang saya lakukan.
Noval, tentu saja dengan gayanya yang sengak tidak mau satu kelompok dengan
Kiki, apalagi duduk berdekatan dengan Kiki. Noval lebih memilih untuk duduk di
samping Elang (anak yang satu ini ganti nama menjadi “Ilang” hehe), Tegar,
Dicky, Faiz atau siapapun di dalam kelas selain Kiki. Diapa-apakan, si Noval
ini tetap tidak mau bergabung dengan Kiki. Tapi suatu hari hal yang sangat
mengejutkan saya terjadi, Noval tanpa beban mengajari Kiki cara mengerjakan
soal yang ada di buku paket. Saya sangat terharu melihatnya. Untuk Noval,
akhirnya saya memberikan poin tambahan.
Lain Noval di les saya, lain pula Noval yang ini.
Noval yang ini adalah anak yang saya ajar beberapa tahun yang lalu di sebuah SD
swasta di Gresik. Pada saat jam istirahat, temannya yang usil, Zidan tanpa
sengaja menjepit jempol Noval di besi pintu sampai berdarah dan mengelupas
kulitnya. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana pedih dan sakitnya luka yang
dialami Noval. Saya segera membawa Noval ke ruang UKS, dibelakang kami beberapa
anak termasuk Zidan mengikuti. Selama perjalanan ke UKS, tak henti-hentinya
Zidan mengucapkan kata maaf pada Noval yang hanya dijawab Noval dengan isakan
tangis. Untunglah setelah lukanya diobati, Noval berhenti menangis. Zidan
kembali minta maaf pada Noval dan langsung dimaafkan oleh Noval, setelah itu
mereka berdua sudah kembali tertawa bersama, lupa peristiwa beberapa menit yang
lalu. Saya tertegun.
Walaupun sifat anak berbeda tetapi sebenarnya karakter
mereka pada umumnya adalah sama. Berikut ini adalah karakter anak –anak dan
bagaimana cara mengajar mereka agar pembelajaran bahasa Inggris di kelas lebih
maksimal dan efisien. Dua poin ini saya rangkum dari buku “Teaching English to Children” karangan Wendy A. Scott dan Lisbeth
H. Ytreberg. Menurut Scott dan Ytreberg anak-anak dibagi menjadi dua kelompok.
Kelompok pertama adalah anak yang berusia lima sampai tujuh tahun dan kelompok
kedua adalah anak yang berusia delapan sampai sepuluh tahun.
Anak yang berusia lima sampai tujuh tahun sudah dapat
menceritakan apa yang mereka lihat, dengar, dan rasakan pada orang lain. Mereka
juga telah dapat merencanakan sebuah kegiatan dan menggunakan alasan yang
logis. Selain itu anak-anak dengan rentang usia ini telah mengetahui bahwa di
dunia ini terdapat peraturan yang harus ditaati. Mereka tidak sepenuhnya
mengerti tentang peraturan-peraturan itu, namun mereka tahu kalau peraturan itu
harus ditaati agar setiap orang merasa aman dan nyaman.
Di dalam kelas, untuk siswa dengan rentang usia ini,
guru harus memberikan peraturan yang jelas dan tegas tentang bagaimana mereka
bersikap dan bertindak di dalam atau di luar kelas. Di Bimbel saya, peraturan
jelas dan tegas itu dimulai ketika siswa berbaris sebelum masuk kelas sampai
mereka pulang. Sepertinya, semua hal sudah sangat teratur. Saat masuk kelas
mereka harus berbaris terlebih dahulu, masuk kelas pun mereka sangat teratur.
Masuk satu persatu. Sebelum masuk guru bertanya tentang materi yang telah
mereka pelajari sebelumnya seperti “What are you wearing today” atau “ Mention
three names of fruit”. Kalau siswa bisa menjawab pertanyaan, maka boleh masuk
ke dalam kelas, namun kalau masih belum bisa menjawab pertanyaan kembali ke
belakang. Siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan sampai semua temannya masuk
ke dalam kelas akan dibantu oleh guru. Di dalam kelas anak pun sudah dibiasakan
untuk disiplin seperti berdoa sebelum dan sesudah memulai pelajaran, merapikan
meja setelah selesai belajar, membuang sampah di tempat yang telah disediakan
ketika mereka selesai menggunting, dan lain sebagainya. Dalam melatih siswa
untuk mematuhi peraturan ini, peran atau role
guru sangat dominan.
Anak-anak dalam rentang usia ini juga lebih mengerti
situasi dari pada bahasa yang digunakan. Maksudnya adalah ketika kita sebagai
guru bahasa Inggris menjelaskan atau memberikan perintah kepada kepada siswa
tidak cukup hanya dengan kata-kata, tetapi kita juga harus menggunakan gestures atau gerakan. Saya pribadi menghindari
menggunakan mother tongue untuk menjelaskan
perintah Bahasa Inggris yang saya berikan pada anak-anak. Misalnya saya
menyuruh anak untuk berdiri, saya akan bilang “Stand up, please” tidak lupa
tangan saya mengayun ke atas. Semua kata yang kita ucapkan alangkah baiknya
bila guru juga menggunakan mimik dan gestures,
supaya anak lebih mudah menangkap apa yang kita maksudkan. Jangan lupa gunakan
kata-kata yang sederhana. Bila menjelaskan sesuatu lebih baik menggunakan
kalimat yang berpola SPOK saja, jangan sampai menggunakan complex sentences.
Selanjutnya, anak-anak ini juga sangat logis maksudnya
apa yang guru pertama katakan akan mereka lakukan, tanpa menghiraukan kata
“sebelum”. Contohnya “Sebelum ke kantor pos pergi ke pasar dulu”, maka, mereka
akan pergi ke kantor pos dulu baru ke pasar. Jadi dalam kelas, usahakan bila
menyuruh anak-anak dengan rentang usia ini katakan dengan jelas, apa pekerjaan
yang guru inginkan pertama, kedua, dan seterusnya. Kemudian, dalam mengerjakan
sebuah pekerjaan, mereka juga kurang bisa berkonsentrasi secara penuh, jadi
guru harus membantu dan memberi semangat agar siswa dapat menyelesaikan
pekerjaannya.
Anak-anak dengan rentang usia ini juga masih belum
bisa membedakan fakta dan imajinasi, tidak selalu mengerti apa yang orang
dewasa katakan (jadi ingat iklan telfon seluler “jadi orang dewasa itu
menyenangkan tapi susah dimengerti, hehhe), jarang untuk mengakui bahwa mereka
belum bisa, tidak bisa menentukan apa yang mereka ingin pelajari, selalu
melakukan sesuatu dengan serius walaupun itu hanya permainan. Mereka juga
sangat antusias dan bersikap positif terhadap pembelajaran.
Kelompok kedua adalah anak dengan rentang usia delapan
sampai sepuluh tahun. Anak-anak dengan rentang usia ini sudah bisa mengenal
konsep hidup, dapat menceritakan fakta dan imajinasi, sering bertanya, bisa
menentukan keputusan tentang sesuatu yang ingin dipelajari, mereka telah
memiliki pandangan tentang apa yang mereka sukai atau tidak sukai, mereka telah
dapat bekerja sama dan belajar dari orang lain. Anak-anak ini juga telah dapat
mengerti abstrak dan simbol (yang dimulai dengan kata), generalise dan systematise.
Ini berarti dalam pembelajaran di dalam kelas seorang
guru harus memperhatikan beberapa hal yaitu:
1.
Word are not enough
Maksudnya seorang guru
bukan hanya dituntut untuk menjelaskan saja, lebih dari itu seorang guru untuk
anak-anak juga harus merancang aktivitas yang membuat anak bergerak dan
menggunakan semua indera mereka. Guru juga dituntut untuk menyediakan
gambar-gambar atau benda yang mungkin sesuai dengan tema pembelajaran. Guru
juga harus bisa mendemonstrasikan kegiatan yang ia ajarkan.
2.
Play with the language
Guru juga dapat
menyuruh siswa berbicara dengan dirinya sendiri lewat rima, puisi, lagu, dan
bercerita. Ini adalah hal yang biasa digunakan dalam pembelajaran bahasa ibu
namun ini juga efektif dalam pembelajaran bahasa asing.
3.
Language as language
Intinya, mengajarkan
anak empat kemampuan berbahasa. Kalau untuk spoken
guru harus menggunakan expressi wajah juga gerakan. Membaca dan menulis juga
penting dalam pertumbuhan anak-anak ini.
4.
Variety in the classroom
Karena anak-anak masih
lemah dalam hal konsentrasi guru harus bisa memberikan variasi dalam kegiatan,
variasi step atau langkah kegiatan, variasi perencanaan kelas, dan juga variasi
suara.
5.
Routines
Dalam hal ini maksudnya
kita menggunakan situasi dan kegiatan yang familiar dengan siswa. Maksudnya
mungkin ada pakem dalam setiap kegiatan yang membuat siswa tahu harus bagaimana
di setiap pembelajaran.
6.
Cooperation not competition
Di dalam kelas adalah
hal yang sangat natural bila siswa berebut untuk menjadi nomor satu dalam
menyelesaikan tulisan atau tugas dari guru, tapi yang perlu diingat adalah
menumbukan kebersamaan di dalam kelas. Bukan berarti mereka harus terus menerus
belajar dengan cara berkelompok, namun anak-anak biasanya suka bila ada
teman-temannya ada di sekeliling mereka. Intinya tumbuhkan kebersamaan antar
siswa di dalam kelas.
7.
Grammar
Intinya, pembelajaran
bahasa untuk anak kecil jangan terlalu berpusat pada aturan tata bahasa.
Biarkan mereka berbahasa tanpa merasa terbebani dengan grammar. Untuk anak kecil gunakan aturan bahasa yang sederhana. Di
Bimbel saya (promosi terus), untuk anak dengan level rendah saya hanya
menggunakan present tense dan present continous, baru untuk anak-anak
dengan level lebih tinggi saya menggunakan aturan bahsa yang sedikit lebih
rumit.
8.
Assessment
Dalam assessment atau penilaian, guru dapat
mengambil nilai bagaimana perkembangan siswa dari waktu ke waktu. Guru dapat
memberitahu wali murid tentang perkembangan siswa ini. Selain itu guru juga
dapat memberitahu mereka bagaimana perkembangan pembelajaran mereka. Hal ini
untuk memotivasi mereka untuk lebih baik dalam pembelajaran.
Tujuan
dari mengenal karakteristik anak-anak adalah supaya guru dapat memberikan
kegiatan pembelajaran yang efektif di dalam atau di luar kelas. Anak-anak
adalah anak-anak, mereka bukan manusia dewasa berukuran mini. Oleh sebab itu,
pembelajaran untuk anak-anak juga berbeda dengan pembelajaran untuk remaja dan
dewasa. Semoga dengan tulisan sederhana saya ini, bisa memberikan pengetahuan
tentang karakteristik anak-anak pada guru dan calon guru. Selamat membaca. Semoga berguna.
Minggu, 21 Juli 2013
Film Korea VS Sinetron Indonesia
salah satu adegan drama Korea Princess Hours (picture taken from: movie.lintas.me) |
Full
House, Princess Hours, Love Story in Harvard, Wedding, Heartstring, Endless
Love. Ah, itu semua drama Korea favoritku.
Dengan kepribadian lembut, tidak suka kekerasan atau
dikerasi baik fisik atau emosional, aku akan lebih memilih menonton drama Korea
dibandingkan dengan film-film action.
Drama Korea sesuai dengan kepribadianku, heheheh. Lihat saja, film Korea jarang
menampilkan adegan kekerasan, kebanyakan adalah adegan romantis yang mungkin
bukan hanya aku sukai tetapi juga banyak orang Indonesia sukai. Buktinya, ada
salah satu stasiun TV yang menampilkan drama-drama Korea sebagai program
unggulannya. Lagi, banyak blog orang Indonesia yang kini menampilkan
tulisan-tulisan yang berisi informasi tentang drama atau artis Korea. Tidak
percaya? coba search di google dengan
mengetik Drama Korea, pasti akan
bermunculan tulisan-tulisan dari blog orang Indonesia tentang Korea. Ini
membuktikan bahwa Korea dan berbagai hal tentangnya ternyata disukai oleh
masyarakat Indonesia.
Kemunculan film Korea tak lepas dari Korean Wave. Korean Wave atau Hallyu adalah
penyebaran budaya Korea ke seluruh dunia. Karena Korean wave ini, banyak orang ingin mempelajari bahasa dan budaya
Korea. Korean Wave mulai dikenal di
negara Cina dan Asia Tenggara pada tahun 1990-an. Drama Korea sendiri mulai
menyebar pertama kali ke wilayah Cina, kemudian ke Vietnam, Thailand, dan
kemudian ke Indonesia. Tampaknya pemerintah Korea ingin menghadirkan budaya Korea
dalam drama-dramanya, dan sepertinya itu berhasil. Dulu orang tidak peduli
dengan hal-hal berbau Korea, sekarang orang-orang terutama orang Indonesia
seakan berburu atau meniru hal-hal yang berbau Korea mulai dari gaya rambut,
pakaian, sampai dunia industri entertainmentnya,
lihat saja di boybands dan girlbands banyak bermunculan di
Indonesia.
Di Indonesia, drama Korea yang pertama kali tayang dan
mendapatkan respon yang bagus adalah Winter
Sonata. Film ini diputar di stasiun televisi swasta Indonesia pada tahun
2002. Dengan mengembangkan kearifan budaya lokal, Winter Sonata memberikan setting tempat yang apik seperti Pulau
Jungdo, yaitu salah satu dari tiga pulau yang
terbentuk sebagai hasil dari pembangunan bendungan Uiam dan Gongjicheon, tempat
dimana Joon-sang dan Yu-Jin turun dari bus bersama-sama setelah mereka sadar
bahwa mereka telah tertinggal jauh dari pemberhentian mereka. Kita lihat lagi drama
Korea klasik Jewel in the Palace, wah
kalau film ini jangan ditanya pastinya banyak tempat yang mengenalkan kita akan
budaya Korea. Yang pertama adalah Istana Changdeokgung. Ini adalah salah satu
dari Lima Istana terbesar yang dibangun oleh raja-raja dari Dinasti Joseon.
Tempat yang kedua adalah Korean Folk Village. Yaitu sebuah museum hidup suatu
desa asli masyarakat Korea yang merupakan objek wisata di kota Yongin. Disini
ada beberapa replika rumah tradisional dari kelas sosial yang berbeda. Tempat
yang ketiga adalah Istana Hwaseong Haenggung. Tempat ini adalah puri yang
terbesar dari tempat penampungan. Ini adalah istana sementara dimana raja
Jeongjo tinggal pada saat perjalanan panjang dan juga dimana dia mengadakan
pesta indah di Hyegyeonggung Hong, yaitu ulah tahun ibunya ke 60. Sepertinya
suatu saat saya akan berada di tempat-tempat indah tersebut...Aamiin.
Film Televisi (FTV) yang setiap siang dan sore
ditayangkan di salah satu stasiun televisi swasta Indonesia ternyata juga sering
memunculkan budaya lokal, sama seperti drama Korea, setting tempat yang apik
dan indah seperi Bali, Bandung, Semarang, Solo, dan Jogja menjadi latar tempat yang
menarik bagi cerita FTV. Namun, sinetron Indonesia tampaknya masih belum
tertarik untuk mengambil tempat-tempat apik dengan kearifan lokal seperti itu. Mungkin
masalah budget yang membuat mereka enggan atau bahkan tidak mau mengambil
lokasi-lokasi seperti itu. Lokasi syuting, setahu saya, hanya berpusat di
Jakarta. Jangan heran kalau melihat sintetron-sinetron Indonesia terutama yang
ditayangkan saat petang sangat miskin setting tempat. Bayangkan saja, bila
setting sedang mengambil tempat di jalan, maka jalanan akan terlihat sangat
sepi, seolah-olah tidak ada pengguna jalan lain selain si aktor saja, padahal
jalanan kan milik umum ya. Selain itu kalau mengmbil setting tempat di jalan,
pasti yang terlihat jalan itu lagi, jalan itu lagi. Apa jalan hanya ada satu ya
itu yah mungkin.
Lagi, mengapa sinetron Indonesia atau FTV Indonesia
tidak bisa mendunia?Ah, tidak usah terlalu jauh dulu sebaiknya, Ok, bagaimana
kalau saya katakan mengapa sinetron Indonesia tidak bisa menjadi raja di Asia
Tenggara. Ah, saya lagi-lagi salah, maaf, saya ubah sekali lagi, Mengapa
sinetron Indonesia tidak bisa menjadi raja di negerinya sendiri? Mungkin jawabanya
sudah terfikir dalam benak masing-masing kita, tapi untuk mengungkapkannya. Ah,
saya tidak sampai hati menulis di sini. Sama saja membongkar keburukan bangsa
sendiri. Jawabannya, silahkan tonton sinetron Indonesia
Saya sebenarnya tidak mau munafik atau sok suci,
karena pada dasarnya saya juga masih suka sinetron Indonesia. Bedanya, saya
suka sinetron Indonesia hanya pada cerita awal. Cerita awal sinetron Indonesia
ketika rating belum tinggi, penonton belum banyak, dan masih belum populer.
Bisa dipastikan, saya akan sedikit menikmati jalan dan ide cerita yang coba
ditampilkan oleh sineas persinetronan Indonesia, tetapi setelah itu? silahlan
dilihat sendiri. Jalan cerita akan semakin berputar putar, masalahnya pun
selalu sama anak yang ditukar, hilang ingatan, kecelakaan. Tiga tema itu
tampaknya sering menghiasai persinetronan Indonesia. Saya meraba-raba mungkin
karena dulu tahun 2002, ada drama Korea Endless Love, yang ceritanya tentang
anak yang tertukar. Dari ide tersebut mungkinkah sinetron-sinetron banyak yang
mengadaptasinya? Mungkin. Saya tidak tahu pasti.
Memang, saya bisa dibilang bahwa saya OD alias Omong
Doang. Tapi semoga karena omong doang saya ini bisa membuka sedikit mata para
sineas persinetronan Indonesia tentang pembuatan sinetron Indonesia. Sinetron
Indonesia sebenarnya menunjukkan kepribadian dan karaketer suatu bangsa.
Bagaiamana karakter suatu bangsa ini bila ide cerita,adegan sinetron, dan kostum
yang digunakan oleh pemainnya seperti itu. Sungguh-sungguh memilukan. Saya
bahkan pernah mendapati sebuah sinetron yang terang-terangan menghalalkan suap
untuk melepaskan seseorang yang dicintainya. Padahal, tokoh yang mengahalalkan
suap itu masih tergolong tokoh protagonis.
Sebagai seorang guru, bagaimana anak-anak kita bisa
disuguhi hal-hal semacam itu. Ketika orang tua mereka menonton sinetron,
kemudian anak-anak juga akan menontonnya. Apa yang akan anak-anak dapatkan?
Model yang sangat tidak patut ditiru. Kita selalu melarang anak untuk berbuat
jahat. Namun dengan melihat sinetron dengan banyak adegan kekerasan bukannya
mengajarkan anak-anak untuk belajar tentang bagaimana memulai sebuah kekerasan
itu? Silahkan dipikirkan sendiri saja lah. Saya pernah membaca, di sebuah
daerah terpencil yang listrik hanya menyala antara jam 6 sampai jam 8. Dan
televisi sebagai hiburan hanya dapat dilihat pada jam-jam tersebut. Apakah kita
harus mengajarkan hal seperti itu sampai pada pelosok-pelosok daerah?
Dulu ketika saya kecil, saya suka melihat sinetron
berjudul Keluarga Cemara. Saya suka sekali sinetron itu, bahkan sampai sekarang
pun saya tidak bisa melupakan beberapa adegan dalam film itu. Saya juga masih
ingat lho nama-nama pemain dalam tokoh tersebut ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan
Agil yang baik, ada juga pipin dan tante plesir yang jahat. Dalam sinetron itu,
banyak sekali nilai moral yang bisa diambil. Sekarang bandingkan anak-anak yang
tumbuh dengan sinetron apik yang mendidik moral mereka atau sinetron yang hanya
menunjukkan kekerasan dan hedonisme?
Sekarang coba kita tengok adegan di drama Korea.
Silahkan anda menyebutkan drama Korea yang ada adegan seorang anak berteriak-teriak
dan berkata tidak sopan pada kedua orang tuanya? Carilah dan anda mungkin jarang sekali Anda mendapatkannya. Dalam
sinetron Korea, ternyata adat-adat ketimuran masih dipegang
Bila korea punya Seoul, Bussan, dan Jeju, tenang saja
Indonesia masih punya Lombok, Bali, Jogja, Bandung, dan tentu saja masih banyak
lagi kota-kota indah lainnya. Bila di Korea punya kuliner kimchi, tidak usah
berkecil hati Indonesia juga punya rendang, gado-gado, raon,balado dan berbagai
macam kuliner lain. Jadi, apa sih yang tidak Indonesia punya. Semua kita punya,
tinggal bagaiamana kita mengembangkannya dalam bentuk ide cerita. Kalo Korean
punya Korean Wave, semoga suatu saat
Indonesia punya Indonesia Wave.
Sedikit berhayal, bila suatu saat kelak saya keluar negeri, dan orang asing
menanyakan asal saya. Saya dengan bangga saya berasal dari Indonesia. Dan orang
asing yang bertanya tersebut menganguk tahu dan menghargai. Semoga.
NB: Ini tulisan suka-suka, dibuat ketika kelas KKT A sedang sepi tugas,
sebenarnya saya bingung harus berbuat apa, sudahlah dari pada bengong lebih
baik saya menulis saja.
210312012
AZ
Jumat, 19 Juli 2013
Senyum
picture taken from: kanggowardi.blogspot.com |
Senyum dan ceria selalu memberi kekuatan. Apapun yang terjadi tetaplah tersenyum, karena senyum itu membahagiakan. Senyum mendatangkan banyak kebermanfaatan, selain dari segi kesehatan. Hidup sesulit apapun tetaplah tersenyum.
Saya sedang bersyukur dengan hidup, mencoba berdamai dengan diri sendiri dan menjadi pribadi yang lebih baik. Saya yakin bagaimana keadaan saya tergantung pada apa yang saya pikirkan, tergantung apa yang saya lakukan. Karena apapun keadaannya saya tidak bisa menyalahkan orang lain atau lingkungan. Saya sadar semuanya tergantung internal saya.
Karena itu, saya mencoba untuk tidak menyalahkan keadaan, saya mencoba bangkit dan tentu saja tidak kecewa dengan apa yang terjadi. Saya akan terus belajar dan mempelajari banyak ilmu pengetahuan, karena saya tidak tahu kapan kesempatan akan datang. Kesempatan untuk dapat menikmati indahnya dunia ini. Saya yakin Tuhan memeluk mimpi-mimpi hambaNya.
Yang jauh lebih penting saat ini adalah memenuhi segala target-target yang telah tertulis rapi di dinding kamar. Semangat Ita, semoga dengan semangatmu hidup ini akan menjadi lebih baik. Selalu bersyukur dan bermanfaat bagi orang lain. Jangan lupa tersenyum, karena senyummu mengalihkan dunia hahahhaha. Tetep....
Gresik, 27
Juni 2012
Ie-th@
Rabu, 17 Juli 2013
I Like English Mam
picture taken from: genk-remaja.blogspot.com |
Mungkin, bagi saya dan
mungkin kebanyakan orang yang tentu saja pernah memikirkannya atau terlintas
dalam pikiran, setelah itu mungkin kita bertanya-tanya. Bagaimana mungkin anak
yang katakanlah dari SD kelas I sudah diajari Bahasa Inggris, dua belas tahun
kemudian tepatnya saat dia mungkin kelas XII masih belum bisa berbicara dan
menulis bahasa Inggris dengan baik dan benar?
Jawabannya mungkin ada
dalam lintasan pikiran yang saya padukan dengan pengalaman dan kenyataan di
lapangan. Alasan pertama adalah text book
only. Walaupun dalam kurikulum sudah ada empat kemampuan yang harus
diajarkan, yaitu listening, speaking,
reading, dan writing, namun
tampaknya para guru bahasa Inggris kita yang mungkin juga termasuk saya hanya text book only atau katakanlah lebih
parahnya LKS only saja. Jadi
pengajarannya dalam kelas, guru hanya berfokus pada pemahaman materi kemudian
untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa-siswanya, sang guru menyuruh
siswa untuk mengerjakan LKS. Tidak ada latihan listening atau speaking,
semua masih berpusat pada reading dan
writing. Dua kemampuan yang mungkin
saja juga belum optimal diberikan pada siswa-siswanya.
Sebenarnya hal ini juga
tidak bisa disalahkan juga, saya tidak mencari pembenaran dalam hal ini. Namun
bagaimana ketika saya sebagai guru baru dihadapkan pada situasi anak didik saya
kelas IX yang akan mengahadapi Ujian Nasional(UN) tidak memiliki kemampuan yang
diharapkan? Saya sebagai guru harus realistis, bahwa saya tidak mungkin hanya
memaksakan keinginan saya supaya mereka bisa berkomunikasi menggunakan bahasa
Inggris dengan baik dan benar dan kemudian menghancurkan nilai UN Bahasa
Inggris mereka. Bagi saya mungkin ini seperti makan buah simalakama. Ini salah
itu juga tidak dapat dibenarkan. Akhirnya saya memilih jalan tengah. Saya
mengupayakan mereka untuk bisa berkomunikasi dasar bahasa Inggris. Sisanya?
Tentu saja beragam materi untuk persiapan UN. Oleh karena itu, alangkah baiknya
ketika seorang siswa menengah pertama masih duduk di kelas 7 dan 8, guru dapat
lebih mengembangkan kemampuan berkomunikasi mereka lebih dari hanya sekedar
memberikan materi yang tercantum dalam kurikulum.
Alasan kedua adalah
jumlah murid dalam satu kelas. Practice
makes perfect. Sebagai guru, saya, melihat jumlah murid yang 40-50 anak
dalam satu kelas terlalu banyak. Karena banyaknya jumlah murid ini, para guru
Bahasa Inggris pasti akan mencari kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan
seluruh kelas, jadilah banyak kegiatan classical
dari pada kegiatan yang melibatkan kemampuan individu seperti presentasi
individu misalnya. Setiap anak harus mendapatkan kesempatan untuk menggunakan
bahasa Inggris terutama kemampuan oralnya. Apa mau dikata, banyaknya anak dalam
satu kelas tentu saja bukan hanya menimbulkan masalah dalam kegiatan pembelajaran
tetapi juga manegemen kelas. Saya yakin di jaman sekarang, kelas yang jumlahnya
40-50 siswa akan kacau sekali, kecuali kalau guru punya trik untuk membuat
kelas ini menjadi tertib (Untuk tema managemen kelas akan dijelaskan pada
tulisan selanjutnya).
Banyaknya murid di kelas,
sebenarnya bagi saya pribadi masih bisa diajarkan untuk menggunakan bahasa
Inggris, baik oral atau tulis, namun perlu diingat bahwa untuk pengajaran aktif
berbahasa Inggris, kelas harus dalam keadaan tertib. Salah satu cara yang bisa
digunakan dalam pengajaran bahasa Inggris adalah gab information. Dalam gab
information, setiap siswa akan memiliki informasi yang berbeda. Mereka akan
berkeliling kelas untuk melakukan interview
dengan temannya. Untuk melakukan interview,
mereka akan dipandu dengan sebuah tabel. Misalnya, sebuah kelas akan melakukan
kegiatan gab information tentang
makanan dan minuman favorit, berikut ini adalah contoh tabelnya:
No
|
Name
|
Favourite Food
|
Favourite Drink
|
1.
|
|||
2.
|
|||
3.
|
|||
4.
|
|||
5.
|
Dalam tabel di atas, seorang siswa akan
setidaknya melakukan interview dengan
lima orang anak, berarti anak tersebut akan lima kali mempraktekkan ekspresi
dalam bahasa Inggris. Dalam kegiatan ini, guru hanya memantau kegiatan anak
didiknya. Yang perlu diingat guru sebelum melakukan interview adalah mendrill
ekspresi yang akan digunakan. Selain itu, guru juga perlu untuk memberikan rule atau aturan yang harus dilakukan
oleh siswa salah satunya adalah No
English, No Service agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Yang ketiga adalah persepsi
siswa bahwa bahasa Inggris adalah mata pelajaran yang sulit dan membosankan.
Kenapa? Mungkin kita sebagai guru kurang mengeksplor kegiatan pembelajaran siswa. Setiap pertemuan hanya itu-itu saja
kegiatan pembelajaran yang kita ajarkan. Jadilah siswa kita mengantuk, bermain,
dan berbicara sendiri di depan kelas ketika kita menjelaskan pelajaran. Bukankah
kadang-kadang sebagai guru bahasa Inggris kita juga mengalami hal ini? Jujur
saja saya pernah. Oleh karena itu sebagai guru bahasa Inggris, kita harus
memberikan variasi dalam kegiatan pembelajaran kita.
Variasi kegiatan dapat
dilakukan dalam empat kemampuan yang telah disebutkan di atas. Untuk kegiatan listening misalnya kegiatan dapat berupa
mendengarkan monolog, mendengarkan cerita, atau mendengarkan dialog. Dalam speaking, variasi kegiatan bisa lebih
banyak diantaranya presentasi, interview,
telling story, dan dialog. Dalam reading, ada dua jenis reading yaitu aloud reading dan silent
reading. Aloud reading berfokus pada kemampuan siswa
dalam membaca text dengan pronunciation,
intonation, dan stress yang
tepat, sedangkan dalam silent reading
yang ditekankan adalah kemampuan siswa dalam menangkap isi bacaan. Dalam reading, kegiatan pembelajaran dapat
diarahkan guru dengan latihan membaca text dengan pronunciation, intonation, dan stress.
Dalam silent reading, pembelajaran
diarahkan guru dengan strategi-stretegi reading yang dapat membantu siswa cepat
dan tepat dalam mengisi jawaban. Melanjutkan kalimat yang membentuk sebuah
cerita, kalimat berantai, dan membuat cerita bebas adalah kegiatan-kegiatan
yang dapat dilakukan dalam writing.
Selain itu, beberapa hal
dia atas ada beberapa cara untuk mengembangkan kemampuan siswa. Salah satunya
adalah membentuk sebuah club bahasa Inggris di sekolah. Menurut saya pribadi,
kita tidak bisa hanya mengharapkan siswa kita bisa berkomunikasi dengan baik
hanya dengan pembelajaran di dalam kelas. Perlu ada spesialisasi kegiatan yang
berfokus pada pengembangan kemampuan itu. Dalam sebuah club bahasa Inggris
anak-anak yang memiliki ketertarikan dalam bahasa Inggris akan berkumpul, hal
ini akan memotivasi mereka untuk lebih bersemangat dalam menggunakan bahasa
Inggris sebagai bahasa untuk melakukan komunikasi.
Selanjutnya, kita juga
bisa membuat kursus bahasa Inggris di rumah. Banyak anak bisa berkomunikasi
bahasa Inggris bukan dibentuk di sekolah tetapi di tempat kursus bahasa
Inggris. Di dalam sebuah kursus bahasa Inggris, tentu saja jumlah murid,
materi, dan kemampuan apa saja yang diajarkan dapat kita atur. Kurikulum dapat
kita sesuaikan dengan apa yang kita inginkan, kalau kita ingin anak les kita
bisa berkomunikasi dengan bahasa Inggris, maka setting saja kurikulum seperti
itu. Dalam kursus bahasa Inggris, anak-anak yang tertarik pada bahasa Inggris
juga akan berkumpul. Kumpulan anak-anak yang tertarik pada bahasa Inggris akan
lebih memotivasi anak dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Pangeran
Charles ini. Guru yang membuat Bimbel atau kursus bahasa Inggris selain dapat
bermanfaat bagi masyarakat, ternyata juga dapat memberikan pendapatan tambahan.
Bisnis bimbingan belajar atau kursusan bagi pelajar atau mungkin mahasiswa dan
umum adalah bisnis yang selalu diminati, tidak pernah sepi.
Last but not least, sebagai guru bahasa Inggris kita juga sebagai duta. Jadi,
gunakanlah bahasa Inggris sesering mungkin baik dalam berkormunikasi dengan
murid atau sesama guru. Kita dapat menggunakannya di kelas atau dimanapun kita
berada. Selain melatih kemampuan bahasa Inggris kita, ini juga sebuah cara
untuk menunjukkan kepada murid-murid tentang sebuah model atau contoh
percakapan dalam bahasa Inggris.
Seperti sebuah hobby dan
kegilaan. Saya pun ingin melihat murid-murid saya memunyai hobbi dan kegilaan
pada bahasa Inggris. Mendengarkan lagu-lagu bahasa Inggris, menonton film
dengan subtitle bahasa Inggris, atau
menenggelamkan diri mereka dengan berbagai aktifitas yang menggunakan bahasa
Inggris akan banyak membantu mereka dalam mempelajari bahasa inggris. Tidak ada
yang salah ketika pintar berbicara dan menulis
dalam bahasa Inggris karena pada akhirnya para kompetitor yang bisa bersaing
dan memunyai kemampuanlah yang akan menang. Salah satu kemampuan itu adalah
menguasai bahasa internasional. Saya ingin sepuluh tahun dari sekarang lagi,
saya mendengar “Mam Ita, saya diterima beasiswa ke Australia, atau Mam Ita saya
diterima beasiswa ke Amerika”. Dan untuk saat ini, saya hanya ingin mendengar “
Mam Ita, I like English”.
Alfanita Zuraida
Langganan:
Postingan (Atom)