Picture taken from:metropop-lover.com |
Satu lagi novel berjudul “Konser” yang saya baca
ketika liburan. Novel karangan Meiliana K. Tansari dengan tebal 295 halaman ini saya baca tak lebih dari tiga
setengah jam. Novel ini tidak terlalu “nyastra”, bahasa saya yang artinya tidak
sulit untuk mengerti apa isi cerita novel ini. Kalau adik saya lebih tertarik
dengan novel sastra yang bahasanya susah dimengerti dan butuh berfikir untuk
membacanya, saya lebih tertarik dengan novel-novel ringan yang saya tidak perlu
berfikir dua kali untuk mengerti alur ceritanya. Bagi saya membaca novel adalah
sebuah bentuk refreshing hidup
dibalik kepenatan badan dan fikiran. Tapi sekali-sekali ketika persedian novel
saya habis, biasanya saya juga membaca novel-novel ala adik saya.
Konser menceritakan tentang seorang
pianis bernama Fajar yang ingin menggelar konser tunggal. Karena ketidakmampuan
ekonomi akhirnya ia menikahi Elise, seorang perempuan cantik dan kaya yang
tergila-gila padanya. Menikahi Elise tanpa mencintainya sebenarnya hal yang
biasa saja bagi Fajar, sampai ia bertemu dengan Kirana, seorang pemain biola belia
yang mampu mengetuk hati terdalamnya.
Dalam cerita ini, pengarang secara
apik membawakan isi cerita. Saya rasa isi cerita yang membuat penasaran dari
awal sampai akhir adalah kekuatan novel ini. Isi cerita yang tak mudah ditebak
arahnya, walaupun sudah ada petunjuk-petunjuk tersirat membuat saya sebagai
pembaca selalu bertanya, apa yang terjadi kemudian? Apakah Kirana dan Fajar
akan bersatu? Bagaimana denga Elise? Mengapa ada karakter Sudarto?
Semakin dalam membaca, saya juga menyadari
bahwa cerita ini tak pasaran. Tak sama seperti novel percintaan yang saya baca,
novel ini menyuguhkan beberapa hal menarik yang tak semua novel memilikinya
seperti perbedaan usia para karakter yang sangat jauh dan cerita di balik
sebuah konser musik. Tak semua orang memikirkan bagaimana kisah cinta di balik
sebuah konser musik, dan novel ini mencoba menghadirkannya dalam bentuk ringan
namun tetap menarik.
Membaca novel ini, kita tidak dapat
melewatkan satu halaman, satu kalimat, bahkan satu kata pun karena bila kita
melewatkan bagian-bagian kecil ini, cerita yang kita dapatkan tidak akan utuh.
Semua isi cerita novel ini bermakna. Kalimat dan kata bahkan adalah sebuah
pertanda. Jadi, sebagai pembaca saya harus baik-baik membaca pertanda agar tak
salah mengurai makna cerita novel ini.
Alfanita Zuraida
Tidak ada komentar:
Posting Komentar