Waktu
kecil, pernakah kita belajar mengayuh sepeda? Hampir semua pasti pernah. Bagaimana
prosesnya? Kalau kita membayangkan hal ini pasti pikiran kita akan terbayang
bagaimana orang tua kita memegangi sepeda kita, kita jatuh bangun dan terluka ketika belajar mengayuh sepeda
roda dua kita.
Kemudian,
pernakah kita menyesal atas jatuh bangun dan luka kita karena belajar bersepeda? Jawabanya pasti tidak. Karena berkat
jatuh bangun dan luka itulah kita bisa bersepeda. Kini bayangan atas
penderitaan kita bertahun-tahun yang lalu terbayar lunas, kita bisa bersepeda.
Apa jadinya bila kita ketakutan atas luka akibat belajar sepeda? Mungkin kini
kita hanya bisa menonoton orang lain bersepeda
tanpa kita tahu bagaimana rasanya mengayuh sepeda.
Bukankah
hidup juga seperti itu? Kita berusaha melewati berbagai rintangan dan hambatan
sampai meraih apa yang kita inginkan. Kita jatuh, bangkit lagi, jatuh lagi, dan bangkit lagi
sampai kita puas dengan kejatuhan dan luka yang tak pernah kita sesali. Itulah proses sampai kita
meraih sebuah puncak kesuksesan. Ketika kita sukses, membayangkan penderitaan
terasa manis, walaupun kenyataannya pahit tak terkira.
Apakah
hidup sesederhana mengayuh sepeda? Tentu saja tidak.
Hidup lebih rumit dari pada mengayuh sepda. Kita ingin, kita merasa mampu, tapi
ditentang. Kita ingin tapi tidak mampu. Kita mampu tapi tidak ingin. Kita ingin
tapi merasa tak mampu. Apakah itu kita? Mungkin iya.
Tapi apapun
yang terjadi saya percaya dan harus percaya bahwa hidup harus berjalan seperti mengayuh sepda, tetap bergerak ke depan agar seimbang dan
kita tidak jatuh. Apapun perubahan baik yang kita lakukan yang penting adalah
berusaha maju sekecil apapun itu. Mungkin impian kita masih terlalu jauh, namun bila
kita tidak berusaha, memaksa diri kita sekarang, impian itu tak akan pernah
teraih. Mulai saat ini tetap berusaha, lakukan lompatan-lompatan dalam hidup
agar kita mampu meraih impian kita suatu saat nanti. Mengayuh sepeda selalu kedepan
agar cepat meraih tujuan, begitu juga hidup kita tetap berusaha untuk maju
sampai suatu saat nanti tak terasa kita telah mencapai tujuan ini.
Alfanita Zuraida
Tidak ada komentar:
Posting Komentar