Picture taken from: rumahbukuiqro.wordpress.com |
Sebenarnya apa hal paling penting yang harus dimiliki
pengusaha dalam menjalankan usahanya, modal, kemampuan mengelola usaha, atau
koneksi? Saya pilih ketiga-tiganya, mengapa? Karena memang ketiganya saling memengaruhi
satu sama lain. Namun, selain tiga hal penting itu, ada satu hal lagi yang
harus dimiliki oleh pengusaha yaitu keberanian dalam mengambil resiko. Tentang
keberanian mengambil resikolah di sini yang akan saya bahas.
Di sekolah kewenangan utama saya adalah mengajar Bahasa
Inggris, namun karena ada kekosongan guru Ekonomi, akhirnya saya pun setuju
untuk mengajar pelajaran “Adam Smith” tersebut. Sebagai guru Ekonomi, saya
menginginkan anak-anak didik saya bukan hanya mampu berteori tetapi juga mengaplikasi
ekonomi dalam kehidupannya. Jadi, kadang-kadang setelah materi tersampaikan,
kadang-kadang saya membelokkan pelajaran ke arah wirausaha dan pengembangan
bisnis. Saya percaya, tidak semua anak didik saya akan melanjutkan pendidikan
mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Mungkin mereka akan memulai usaha atau
sejenisnya. Jadi saya hanya ingin memberikan bekal pada mereka agar mereka
memunyai “sesuatu” untuk kehidupan mereka kelak.
Tentang mengambil resiko usaha, saya mencoba mengasah nalar
dan kelogisan berfikir mereka dengan mengadakan ulangan harian dengan lima soal
yang jawabannya tidak akan ada di buku, tapi ada dalam pengalaman dan pikiran
mereka. Saya bertanya pada soal nomor empat “Mana yang kalian pilih, menjadi
pegawai dengan gaji tetap tanpa menanggung resiko atau menjadi pengusaha
kreatif dengan resiko usaha? Jawablah dengan logis!”. Dari 37 anak dalam kelas
XI, yang memilih jawaban menjadi pegawai tanpa resiko berjumlah 26 anak,
sembilan anak memilih menjadi pengusaha kreatif dengan resiko, dan dua anak
memilih untuk menjadi pegawai tanpa resiko terlebih dahulu, bila sudah modal
sudah terpenuhi, maka mereka akan membuka usaha sendiri.
Ini adalah hasil analisis pribadi saya. Jadi anak-anak yang
memilih menjadi pengusaha kreatif adalah anak-anak yang menurut saya dan
guru-guru adalah anak-anak bandel. Di dalam kelas, mereka tidak bisa diam,
selalu mengganggu temannya, tidak pernah memerhatikan pelajaran. Ternyata
anak-anak itu lebih menunjukkan ketertarikan untuk menjadi pengusaha kreatif
dibandingkan dengan anak-anak yang menurut saya pintar secara akademik di dalam
kelas. Anak-anak yang menurut kita bandel dan sulit diaitur sepertinya memang tidak
suka dengan hal-hal yang terikat, sesuatu yang telah ditentukan oleh orang
lain. Tentu saja, bila menjadi pegawai anak-anak ini harus patuh dan taat pada
sistem yang diberlakukan. Mereka harus tahu kapan mulai bekerja dan pekerjaan
apa yang harus mereka selesaikan dengan baik. Dan hal ini tentu saja bukan
karaketristik mereka. Ini adalah karakteristik anak-anak pintar dalam kelas
yang patuh dan taat pada sistem. Anak-anak baik ini menurut guru adalah anak
yang selalu mencatat pelajaran, diam duduk di dalam kelas, mendapatkan nilai
baik saat ulangan. Dalam kehidupan nyata saat pengambilan resiko, ternyata
mereka juga terpaku pada sebuah sistem, bekerja dan mendapat gaji per bulan.
Sedangkan bagi dua anak yang berfikir lebih logis tentang usaha untuk
mendapatkan modal, mereka memilih untuk menjadi pegawai dengan gaji tetap, dan
bila sudah memiliki modal yang cukup mereka akan menjadi pengusaha kreatif. Ingat judul buku Robert Kiyosaki "Why A students work for C Students", akankah ini benar-benar berlaku?
Apakah yang menjadi pegawai atau pengusaha kreatif salah? Tentu
saja tidak. Apakah saya meremehkan orang-orang yang menjadi pegawai? Tentu saja
jawaban saya juga tidak. Menurut buku yang saya baca, Mimpi Satu Juta Dolar,
yang mengulas perjalanan pengusaha muda sukses yang juga seorang motivator
Asia, Merry Riana mengatakan bahwa intinya menjadi pegawai, dengan penghasilan
tetap dan naik jabatan setelah beberapa tahun, akan membutuhkan waktu yang lama
untuk menikmati hal-hal yang diinginkan seperti membeli rumah, mobil, dan
lainnnya. Mereka menikmati kesejahteraan, tapi bila mereka ingin memiliki sesuatu
yang lebih mereka harus berhemat dengan pengeluaran. Untuk naik jabatan pun
harus menunggu sekian tahun. Namun menjadi pebisnis, bisa saja hanya dalam
waktu beberapa tahun kita sudah menikmati hal-hal yang kita inginkan dan bebas
dari masalah finansial.
Memutuskan menjadi pegawai atau pengusaha kretif adalah hak
setiap orang. Yang paling penting kita menikmati apa yang kita pilih. Kalau saya
ditanya? Mau jadi yang mana? Saya pilih dua-duanya. Saya punya pekerjaan
bergaji tetap, tapi saya juga punya usaha. Jadi penghasilan saya double deh. Saya bisa jalan-jalan
menikmati hidup dengan apa yang telah saya usahakan suatu saat nanti. Hehehe. Aamiin.
Sharing is caring
Alfanita Zuraida
Tidak ada komentar:
Posting Komentar