Tulisan tentang Lala hampir tiga tahun yang lalu ketika si anak manis ini masih duduk di kelas I SD. Sekarang Lala sudah duduk di kelas IV SD, dan masih belajar Bahasa Inggris di Bimbel Bahasa Inggris ALFA. Lala yang mulai beranjak dewasa, kini adalah anak yang sangat bersemangat dalam menuntut ilmu. Tidak ada capeknya dan selalu ceria, begitu aku mengistilahkannya. Yang kutahu dia les di berbagai tempat, tapi tak pernah terdengar mengeluh, bahkan sangat menikmati masa-masa dalam menuntut ilmu tersebut. Dalam hal kemampuan, sekarang dia juga lebih terlihat menonjol dari pada teman-temannya, bahkan dengan penuh rasa percaya diri dia bisa membawakan acara berbahasa Inggris dengan apiknya. Saya yakin dengan kemampuan akademik, kemampuan berbicara, dan kemampuan bersosialisasi dengan apik, Lala dewasa bisa menjadi orang sukses di bidangnya. Semoga dia bisa menemukan jalannya, ke luar negeri mungkin? Aamiin. Dan inilah tulisan saya ketika Lala masih berusia enam tahun. Enjoy reading everybody!
When Lala was six years old |
Lala (the left) is reading book with her friend, Alicia. |
Kahila Ramadhani namanya, akrab disapa Lala. Kulit pulit, agak
gendut, dengan rambut berponi yang selalu dikuncir dua menambah manis
penampilannya. Mungkin karena terlalu manisnya ditambah dengn pipi
gembulnya, temannya, Adam, sering mencubit pipi Lala disertai ucapan
"Iiiih Gueemessss....". Mungkin bagi kebanyakan orang Lala seperti
anak-anak pada umumnya suka bermain, nonton film, dan membaca, yang
terakhir adalah hobi barunya setelah aku membuka Mini Library yang
menyediakan buku anak-anak. Namun ada satu hal yang ada pada diri anak
berusia enam tahun itu yang kadang membuatku berkaca diri yaitu sikap
rendah hati, suka menolong, dan mudah memaafkan. Tiga sifat itu mungkin
selalu banyak dinasehatkan pada anak-anak, namun sepengamatanku masih
sedikit sekali anak-anak yang bisa berlaku seperti itu. Jangankan
anak-anak, aku saja yang termasuk orang dewasa kadang masih belum bisa
bersikap seperti itu apalagi mudah memaafkan bila tersakiti. Namun
melihat Lala, kadang rasanya aku menjadi malu sendiri, anak sekecil
itusudah mampu menerapkan berbagai sikap baik dalam dirinya. Aku bangga
pada Lala juga pada orang tua yang mendidiknya.
Lala gemar sekali
meminjamkan barang pada temannya apalagi pada temannya yang lupa tidak
membawa perlengkapan tulis. Bila melihat temannya tidak membawa alat
tulis dan dia membawa alat tulis itu dengan cepat dia akan bilang “Aku
punya” dan meminjamkannya. Pada teman barunya dia juga terlihat lebih
ngayomi dari pada teman-temannya yang lain. Bila ada teman baru dengan
cepat dia akan mendekat dan bilang “My name is Lala”, bila temannya
masih belum bisa memperkenalkan diri dalam Bahasa Inggris dengan senang
hati dia akan mengajarinya “ My name is...sebutkan namamu”. Dengan
senang hati Lala juga membawa pulpen untuk dipinjamkan paaku, padahal
untuk anak SD kelas satu pulpen tidak dibutuhkan karena mereka menulis
menggunakan pensil. Bila aku terlihat akan menulis sesuatu dengan cepat
lala akan bilang “mis Ita ku pinjami. aku menolak karena aku sudah
menyiapkan pulpenku sendiri tapi hari ini melihat senyum tulusnya untuk
meminjamiku pensil aku tak tega menolaknya. Dan jadilah pulpennya yang
kupakai, dia terlihat puas melihat aku menulis menggunakan pulpennya.
Lala
bukan anak yang pintar, namun karen sering mendengarkanku dia selalu
bisa bila ditanya. Dia tidak termasuk murid yang 'wah' dalam sisi
akademik tapi dia juga bukan anak yang 'low'. Tapi yang paling
kuperhatikan adalah soft skill yang ada pada dirinya kepiawaiannya
menjaga emosi dan keluwesannya dalam bergaul. Pernah, teman-temannya
mengejeknya karena dia lupa siapa teman yang harusnya memimpin berdoa.
Tiba-tiba saja air mata deras mengalir di pipinya. Cepat-cepat aku
menyuruh teman-teman yang mengejeknya untuk minta maaf. Tanpa berpikir
panjang Lala lalu membalas uluran tangan teman-temannya dan menyudahi
tangisnya. Bila Lala adalah aku mungkin dan pasti aku akan menunda
uluran tangan mereka beberapa saat sebelum memaafkan mereka.
Belajar
dari Lala, kini hatiku sungguh tersentuh. Lala bukanlah orang dewasa
dengan berbagai pikirannya, Lala hanya seorang anak berusia enam tahun.
Namun lebih dari itu Lala telah membuktikan pada kita para orang dewasa
untuk selalu bersikap rendah hati, suka menolong, dan mudah memaafkan.
Semoga kita adalah Lala-Lala dalam ukuran dewasa yang selalu baik pada
semuanya.
Alfanita Zuraida
Tidak ada komentar:
Posting Komentar