Teman-teman seperjuangan KKT |
Bersama dengan orang-orang yang berbeda
latar belakang dan karakternya pasti akan menciptakan
suasana yang menyenangkan. Berbagi, belajar, bermain, dan
jalan-jalan bersama adalah hal menyenangkan untuk
menikmati sebuah jalinan keakraban. Tak terasa hampir satu semester, peserta
KKT kelas A Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia (JBSI) berkumpul menjadi satu dalam sebuah ruangan atas nama ilmu. Dalam kurun
waktu itu tampaknya menciptakan keping-keping kenangan yang tak mungkin
terlupakan. Canda, tawa, kantuk, lelah, ingin tahu, semangat, malas membaur mewarnai perjalanan
perkuliahan KKT Kelas A jurusan Pendidkan Bahasa dan Sastra Indonesia. Ada tiga hal menarik dalam langkah perjalan peserta KKT Kelas A
ini dalam mendapatkan kewenangan tambahannya yaitu karakter para
penghuninya yang menarik, banyaknya tugas, hingga kejenuhan yang dicairkan dengan membuat berbagai plesetan kepanjangan KKT.
Karakter
Unik, Suasana Kelas Menarik
Karena berasal dari berbagai jurusan
dan latar belakang, peserta KKT Bahasa dan sastra Indonesia ini memiliki
berbagai karakter yang berbeda. Ada peserta yang pendiam, suka berdiskusi, suka
berbicara, rajin, kalau bertanya sering tidak mengerti apa yang ditanyakan,
sampai ada juga mahasiswa yang suka mengantuk ketika berada di dalam kelas. Salah satu
mahasiswa yang sangat pendiam adalah Yunita. Gadis
berkerudung asal Sidoarjo ini lebih sering mengembangkan senyum dari pada mengeluarkan
suaranya. Selain pendiam dia juga jarang bertanya ketika diskusi sedang
terjadi. Peserta KKT yang juga termasuk pendiam diantarnya Ina, Oky, Nila, dan Diah. Berbanding terbalik dengan mereka, Syaipuddin, Lu’lu’il, Nancy, Nurhayati,
dan Happy adalah peserta KKT yang berlebih energi untuk berbicara. Selain itu
para peserta lain juga memiliki beragam keunikannya. Karakter-karakter unik
inilah yang membuat suasana kelas menjadi menarik
Tumpukan
Tugas Ala KKT
Materi program
KKT JBSI adalah materi yang seharusnya ditempuh oleh
seorang mahasiswa jurusan ini selama empat tahun, namun dalam program KKT ini
hanya ditempuh selama satu semester. Karena percepatan ini, banyak dosen yang
memberikan tugas untuk mengembangkan kompetensi peserta KKT dalam waktu enam
bulan. Bila satu minggu ada enam mata kuliah, maka bukan tidak mungkin tugas
bisa mencapai empat atau tiga. Tugas yang dirsakan paling berat adalah tugas
untuk menganalis karya sastra karena diperlukan pemahaman yang sangat baik untuk
menuangkan ide yang terdapat dalam karya satra dalam sebuah tulisan. Andi
Pramono, salah satu peserta KKT kelas A yang juga Pimred Tabloid Lentera
mengatakan bahwa setiap Selasa malam dia selalu begadang setelah bekerja untuk
menyelesaikan tugas yang selalu menumpuk di hari Rabu. “Kuliah KKT ini membuat
saya tidak bisa tidur nyenyak dan makan enak,”ucapnya sambil tersenyum.
Plesetan
KKT
Sebenarnya kepanjangan KKT awalnya adalah Kependidikan dengan Kewenangan Tambahan. Namun karena berbagai hal, salah satunya adalah
keisengan para pesertanya maka singkatan KKT pun berubah mengikuti situasi dan
kondisi di Kelas KKT A JBSI. Bila tugas sedang menggunung maka kepanjangan KKT
akan berubah menjadi Kuliah Kakean Tugas
(Kuliah terlalu banyak tugas), Kuliah Kurang
Turu (Kuliah kurang tidur), atau Kuliah
Kelompokan Terus (Kuliah selalu mengerjakan tugas kelompok). Bila ada yang
sedang jatuh hati, maka singkatan KKT pun akan berubah menjadi Kuliah Kejar Tambatan
Hati. Bila sedang bingung akan dibawa kemana program KKT ini maka kepanjangannya
pun akan berubah menjadi Kuliah Kagak terencana atau Kuliah Karbitan Tok. Di kelas KKT A JBSI ini ternyata KKT bukan hanya sebuah
pogram, lebih dari itu KKT adalah sebuah keluarga dimana masing-masing saling menghormati, menyayangi,
dan saling membantu. “Semoga setelah ini kami bisa mengabdikan ilmu Bahasa Indonesia dengan
baik dan benar,” jelas Sayfuddin, ketua kelas KKT A JBSI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar