Picture taken from: tribunews.com |
Kemarin saya melihat Hitam Putih yang
menghadirkan Alma dan Pak Jaja sebagai bintang tamunya. Mungkin tak banyak
orang yang tahu siapa Alma dan Pak Jaja. Alma adalah anak yang hilang di Monas
dan Pak Jaja adalah orang yang merawat Alma selama hilang empat hari di Monas.
Saya pribadi merasa terkesan dengan hilangnya anak berambut keriting ini di
Monas. Pasalnya, kasus yang bukan pertama kali di Indonesia ini banyak menyita
perhatian media dan jejaring sosial. Mungkin kasus kehilangan anak banyak
ditemui, namun ada yang menarik dengan kasus hilangnya Alma ini.
Yang pertama, adalah kisah
persahabatan si anak hilang dan anak penyewa sepeda di Monas. Suci, si anak
penyewa sepeda yang selalu ceria menjadi sahabat Alma selama hilang empat hari
di Monas. Suci yang membantu ayahnya menyewakan tikar seharga Rp 6000
memberikan setengah penghasilannya pada Alma untuk jajan. Tak berhenti di situ,
anak hitam manis ini juga mengajari Alma bermain sepeda. Alma yang pada saat
hilang tidak bisa naik sepeda, akhirnya pulang dengan satu pencapaian, bisa
naik sepeda. Pada zaman seperti ini, tak banyak anak yang berhati dan
berperilaku seperti Suci. Banyak anak yang tidak peduli akan kesulitan orang
lain. Entah mengapa. Mungkin Suci dilahirkan dan dibesarkan dengan pemahaman
akan kepedulian terhadap orang lain.
Yang kedua adalah ketulusan Pak Jaja
dalam menjaga Alma selama hilang. Pribadi Pak Jaja yang saya tangkap selama
satu jam perbincangan dengan Dedy Corbuzier adalah baik, suka menolong, ramah,
namun lugu. Mungkin keluguannya inilah yang membuat penyewa sepeda di kawasan
Monas ini tidak melaporkan hilangnya Alma ke pihak yang berwajib walaupun telah
hilang selama empat hari, bahkan ketika ada teman ayah Alma yang ingin
mengantarkan Alma pulang, Pak Jaja tidak mengijinkan, takut Alma tidak bersama
orang yang tepat. Banyak orang bila mungkin menjadi Pak Jaja juga tidak akan
memedulikan seorang anak kecil yang sendirian di Monas. Tidak itu saja, sebagai
penyewa sepeda, mungkin orang lain yang bukan Pak Jaja tidak akan mau memberi
makan dan minum pada orang lain selain keluarganya karena kecilnya penghasilan.
Lebih dari itu, kalau itu adalah orang lain, saya tidak bisa membayangkan
mungkin Alma kecil sudah disekap, kemudian meminta uang sebesar mungkin pada
keluarganya. Namun untunglah, Alma
bersama Pak Jaja yang walaupun tak bisa memberi makan yang layak pada Alma,
namun masih memiliki kepedulian terhadapnya.
Yang terakhir adalah kedatangan sang
malaikat baik hati yang bernama Bu Nia. Kalau ditelusuri tenyata Bu Nia ini tidak
memiliki hubungan apapun dengan Alma dan keluarganya. Bu Nia hanyalah seorang
wanita yang kebetulan tahu kasus hilangnya Alma di Monas melalui jejaring
sosial kemudian mendengar siaran radio dengan Ayah Alma sebagai narasumbernya
yang menyatakan bahwa Alma masih belum ditemukan. Dengan kesadarannya, ia dan
suaminya mencari Alma di Monas seusai pulang kerja. Berbekal foto, ia akhirnya
dapat menemukan Alma di Monas. Alma yang sedang bersepeda dengan Suci akhirnya
bertemu dengan Bu Nia yang kemudia menelfon ayah Alma. Bayangkan keluarga Alma
mencari Alma di tempat yang sama beberapa kali tetapi tidak menemukan Alma,
sedangkan Bu Nia dengan penuh ketulusan mencari Alma sekali dan menemukan Alma,
si anak hilang di Monas. Benar-benar sebuah kebetulan yang ajaib. Begitulah cara
Tuhan menunjukkan kuasaNya.
Saya tidak mendalami kasus ini secara
terus-menerus, hanya melihat di Hitam Putih dan beberapa kali meyaksikan
beritanya di televisi. Namun saya yakin ada hikmah yang bisa kita petik dalam
kasus ini yaitu selalu memantau anak yang berada dalam tanggung jawab kita ketika
bepergian dan segera melaporkan ke pos polisi bila menemukan anak yang hilang
di tempat umum. Akhirnya mungkin kita harus menjadi pribadi-pribadi sebaik
Suci, Pak Jaja, dan Bu Nia. Pribadi-pribadi yang memedulikan orang lain dan
tulius ikhlas membantu sesama. Semoga.
Alfanita Zuraida
Saya salut sama orang yang menemukan alma anak hilang yang sudah 4 hari baru ketemu pada hari senin
BalasHapus