Di sela-sela mengerjakan tugas akhir, saya merasa sangat
jenuh sekali. Biasanya saya akan melarikan diri sejenak dengan menonton film di
laptop atau membaca novel. Kali ini saya memilih option yang kedua. Novel yang saya baca ini adalah novel yang saya
temukan di rak buku Tirta, adik kos saya yang hobi mengoleksi buku tapi jarang
membaca satu bukunya sampai habis (terbukti ketika saya sudah mengkhatamkan
buku ini dan mengajak berdiskusi mengenai ceritanya, di agak bingung...Oh
Tirta). That’s okay lah! I hope you will
read all your books someday!
Kembali ke novel, novel ini menceritakan tentang Rosie, gadis
asli Sumedang berusia 30 tahun yang memutuskan akan menikah dengan Anthony
Luizzo, seorang mualaf asal Italia. Tony adalah atasannya di sebuah perusahaan.
Rosie bekerja sebagai seorang konsultan keuangan. Usia yang matang untuk
seorang perempuan, tuntutan keluarga, dan trauma karena kegagalan menikah membuat
Rosie menerima lamaran Tony. Dibalik rencana pernikahan keduanya ternyata ada
hal-hal yang tidak diketahui oleh mereka satu sama lain, seperti alasan mengapa
keduanya memutuskan akan menikah. Rosie menikah hanya untuk mendapatkan status
sebagai seorang istri, sedang Tony memutuskan menikah karena trauma dengan
perceraian kedua orang tuanya. Ia memutuskan mencari seseorang yang berkomitmen
untuk menjalankan pernikahan selamanya. Ia merasa Rosie adalah orang yang
tepat.
Di tengah hubungan mereka muncul Marco, adik Tony yang
sepertinya ingin menghancurkan hubungan Tony dan Rosie. Ditambah lagi dengan
berbagi hal yang terjadi, khususnya pertentangan keluarga besar Tony karena
akan menikahi seorang gadis muslim. Dalam cerita ini, sang penulis menyajikan
sebuah hubungan dengan perbedaan agama, budaya, juga negara. Banyak konflik
yang terjadi karena perbedaan tiga hal tersebut. Konflik-konflik tersebut
disajikan secara apik yang membuat saya sebagai pembaca bahkan tidak mengetahui
apa yang akan terjadi selanjutnya. Kalau novel-novel lain mudah ditebak jalan
ceritanya, namun novel ini penuh dengan teka-teki yang tak akan mungkin
terjawab tanpa membacanya dari awal sampai akhir.
Saya juga sangat suka dengan setting ceritanya, Chicago dan
Manhattan. Dalamcerita ini jalan-jalan dan tempat-tempat dideskripsikan secara
gamblang, seperti kita menyusuri dua kota tersebut dalam cerita. Selain itu
saya juga bisa mengetahui bagaimana budaya orang-orang Italia dalam cerita ini.
Orang Itali ternyata sangat “melek fashion” sekali. Saya tidak menyangka akan
ada novel seapik ini. Saya bahkan membaca beberapa bagian lebih dari satu kali,
hal yang jarang saya lakukan ketika membaca novel. Bagian yang paling saya
sukai adalah ketika Rosie bertengkar dengan Antony masalah prenub yang membuat Anthony harus menyetujui satu poin yang diubah
oleh Rosie. Pertengkaran mereka sangat apik sekali. Rosie digambarkan sebagai
sosok wanita kuat yang tak mau didominasi oleh pria. Di bagian ini sisi feminis
Rosie sangat kelihatan sekali. Kemudian bagian saat Rosie cemburu melihat
Anthony dan Aurora dan memutuskan pergi dengan Marco juga sangat indah. Rosie
bahkan tak memedulikan Anthony yang menelfonnya. Yang terakhir adalah ketika
Rosie memutuskan pergi dan mengakhiri hubungannya dengan Tony padahal hanya
hitungan hari mereka akan menikah. Hal ini dilakukan oleh Rosie karena mereka
ia merasa bahwa Tony tak akan pernah bisa meninggalkan keyakinannya. Hal sangat
berani yang dilakukan seorang wanita. I just wanna say “Waw”. Pada akhir cerita
saya menyangka bahwa Rosie akan menikah dengan Tony, ternyata saya salah. Endingnya bukan seperti yang saya
bayangkan. Bila ingin tahu endingnya,
silahkan baca saja sendiri yah novelnya judulnya “Musim Gugur Terakhir di
Manhattan” karya Julie Nava.
Selain ceritanya yang asyik dan apik saya juga merasa sedikit
bingung dengan isi ceritanya yaitu ketika Rosie memutuskan untuk meninggalkan Tony
kemudian kembali dan mengetahui bahwa Toni menikah dengan Aurora, Rosi menjadi
marah. Padahal menurut saya pribadi keduanya tidak berhak marah satu sama lain
karena mereka sama-sama bersalah atau mungkin tidak bersalah. Tony yang terlalu
cepat menikahi Aurora setelah berpisah dengan Rosie juga Rosie yang pergi
meninggalkan Tony beberapa hari menjelang pernikahnnya. Rosie meninggalkan Tony
karena ia merasa bahwa menikah dengan Tony tidak akan sejalan dengan prinsip
hidupnya karena itu ia meninggalkannya. Tony tidak tahu apa yang harus
diperbuatnya ketika beberapa hari menjelang pernikahan Rosie memutuskan
meninggalkannya. Akhirnya seperti yang ia biasa lakukan dalam menjalankan
bisnisnya, ia menggunakan rencana B yaitu menikahi Aurora.
Saya berfikir apakah menjadi seorang muslimah di negara nonmuslim
itu begitu mudahnya. Saya merasa hidup Rosie sebagai seorang muslimah begitu
mudahnya. Entahlah atau saya yang hanya berpikiran sempit saja. Ketika Rosie
memutuskan akan menikah dengan Anthony, ia diajak pergi dan tinggal di keluarga
besar Anthony. Dalam bagian ini saya merasa bahwa Rosie dengan status
muslimahnya merasa nyaman saja berada dalam keluarga yang berbeda keyakinan
dengannya. Kalau jadi Rosie wah entah apa yang saya lakukan, katakan, dan
pikirkan di tengah-tengah keluarga tersebut.
Saya cenderung tidak suka dengan tokoh abu-abu Rosie dalam
cerita ini. Gadis berkerudung tapi masih melakukan hal-hal yang dilarang oleh
ajaran agama yang diyakininya. Tapi mungkin inilah kenyataannya, tidak ada
manusia yang sempurna. Pikiran saya, saya hanya takut pembaca yang membaca
karya ini mengganggap semua hal yang dilakukan Rosie dalam cerita itu benar.
Semoga saja pembaca benar-benar cerdas dan mengerti bahwa pemeran Rosie itu
hanya manusia biasa dan tentunya itu hanya seorang tokoh di sebuah novel.
Walaupun
ada hal-hal yang membuat saya sedikit bingung, overall jalan ceritanya menarik dan banyak hal-hal baru yang saya
dapatkan dari cerita ini seperti cinta sejati, toleransi, juga yang terpenting
keyakinan pada apa yang telah diyakini. Satu lagi tokoh favorit saya dalam
cerita ini adalah Marco. Penasaran? Silakan membaca sendiri
(Nulis pas
KKT dulu)
140412
-Ie-th@-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar