Senin, 23 Juni 2014

Telling Story Competition



Terkadang ide bisa datang kapan saja, juga dimana saja. Seperti siang itu, ketika tiba-tiba saja ide untuk membuat sebuah telling story competition berkelebatan di benak saya tepat saat melihat Ibu memilih piala di sebuah toko untuk murid-muridnya. Seperti biasanya, saya tidak bisa bila tidak merealisasikan ide, jadilah saya membeli satu set piala untuk lomba telling story. Ide dan konsep telling story competition menyusul yang penting piala suda ada di tangan.

Akhirnya di rumah saya segera membuat sebuah konsep telling story juga berbagai persiapan, tidak perlu rapat yang berlebihan dan membuat heboh, cukup sms guru-guru Bimbel Bahasa Inggris ALFA sudah cukup. Persiapan yang paling berat menurut saya adalah mempersiapkan murid-murid untuk lomba telling story itu sendiri. Saya yakin mereka bisa karena sebelumnya mereka sudah beberapa kali tampil dalam students performance. Tapi pada saat melatih mereka mereka bilang lebih nervous dan takut karena mereka akan tampil sendiri-sendiri (Dalam students performance mereka tampil berkelompok). Saya meyakinkan dan memberi motivasi bahwa mereka bisa tampil baik, apalagi di kelas mereka juga sudah terbiasa presentasi dalam bahasa Inggris.

Sebenarnya ada satu hal yang membuat saya lebih bersemangat dalam lomba telling story ini, salah satu teman guru di Bimbel ALFA menawarkan untuk membawa salah satu teman native speaker di sekolahnya. Saya pun mengangguk setuju. Segala sesuatu itu memang terjadi atas kehendak Allah, manusia berusaha dan Allah SWT yang Maha Besar yang menentukan segalanya, sang native speaker yang sudah berkata bisa datang ternyata tidak bisa hadir karena suatu alasan, saya dan Miss Izza yang sudah menjemput akhirnya harus ikhlas untuk melanjutkan lomba telling story tanpa native speaker.

Walaupun tanpa kehadiran native speaker, anak-anak tetap bersemangat mengikuti lomba, sebelum lomba dimulai mereka sudah komat-kamit menghafalkan naskah yang akan mereka ceritakan. Bukan hanya kelas-kelas tinggi saja lho anak yang ikut telliing story competition ini, anak-anak yang kelas 1 dan 2 SD pun sudah harus berani tampil dan menceritakan sebuah tema. Dan mereka bisa.

Lomba ini dibagi atas tiga kategori, kategori A untuk anak kelas 1-2 SD, kategori B untuk anak kelas 3-4 SD, dan kategori C untuk anak kelas 5-6 dan SMP. Kriteria yang dinilai dalam lomba ini adalah fluency, creativity, expression, dan performance. Dengan juri Kak Rosyita dan MC Kak Lulu, Alhamdulillah acara ini berjalan dengan lancar. Akhirnya, dipilihlah dua juara untuk setiap kategori. Juara 1 untuk kategori A adalah Safitri Dwi Adinda dan juara 2 adalah Siti Fairuz Salsabilla. Untuk jura 1 kategri B adalah Windy dan Silvi untuk juara 2. Untuk juara 1 kategori C adalah Vera dan Bila juara 2 nya. Enjoy the photos!



Anak2 serius meyimak Kak Lulu

Dinda serius banget nih..

Ni juara 1 kategori A, Dinda

Salsa, juara II kategori A

Windy, juara 1 kategori B

Nuarsis deh mereka, kayak siapa sih?

The jury n the MC

Bila, juara II kategori C

Vera, juara I kategori A

Yuwhuw saya narsis dulu...

Narsis lagi...

Dan lagi :)



Alfanita Zuraida

Minggu, 15 Juni 2014

Mandiri secara Finansial


Picture taken from: tatinoor.wordpress.com

Minggu lalu, ketika saya mengantarkan Ibu ke rumah temannya, saya melihat baju-baju lucu terpajang di sebuah toko. Baju-baju yang selalu saya cari-cari di online shop ternyata ada di toko itu. Nama tokonya Mantessi (kayaknya emang pantes banget baju-bajunya di badan saya hahaha).

Setelah mengantarkan Ibu ke rumah temannya yang pulang umroh (Alhamdulillah kenyang), saya minta Ibu untuk mengunjungi toko baju itu. Nekat juga karena pas waktu saya lagi nggak bawa uang. Tenang, kan ada Ibu yang uangnya selalu bisa diutang dulu hehe. Dengan Ibu, akhirnya saya melihat-lhat baju. Ternyata bajunya memang bagus-bagus, saya pilih satu yang saya anggap paling pas dan cocok untuk saya. Pas mau bayar saya bilang ke Ibu “Ma, bayarin yah”, eh si mbak penjaga toko malah senyum-senyum nggak jelas. Di pikirannya Mbaknya mungkin “Mbak lo kan udah gede, kok masih minta aja, seharusnya lo tuh yang beliin Ibu lo kali mbak. Hahaha. Senyuman dan lirikan mbak penjaga toko dipikirin. Saya bayar pas di rumah kali Mbak.

Setelah itu saya berfikir, sejak umur berapa sih seharusnya kita harus mandiri secara finansial? Tidak tergantung pada orang tua lagi, tidak minta uang lagi dengan segala hal yang berhubungan dengan kebutuhan kita sendiri. Pasti jawaban seseorang itu berbeda-beda, tergantung rencana, kesiapan, dan usaha tiap-tiap orang. Kalau menurut saya, mandiri secara finansial itu lebih cepat lebih baik, bahkan kalau dari SMA atau kuliah sudah mandiri secara finansial, alangkah baiknya.

Mandiri secara finansial, seharusnya memang sudah kita rencanakan dengan baik, intinya kapan kita sudah harus bisa memenuhi kebutuhan kita sendiri. Saya pribadi mentargetkan bahwa pada usia 22 tahun, setelah lulus kuliah, saya sudah harus bekerja dan memenuhi segala kebutuhan sendiri. Alhamdulillah, setelah lulus kuliah, saya diterima di salah satu satu SD swasta di Gresik. Saya juga mendapatkan tambahan uang dari hasil Bimbingan Belajar yang saya dirikan. Jadi, usai kuliah, saya sudah tidak pernah minta apapun pada orang tua terhadap barang yang saya inginkan. Saya membeli sendiri. Akhirnya.

Pada saat kuliah sebenarnya saya sudah mengahasilkan uang walaupun tidak banyak. Setiap hari Minggu pagi saya memberi les Bahasa Inggris di dekat rumah saya, gaji satu bulan lumayanlah untuk tambahan uang saku. Tapi pada saat itu, kebanyakan uang extra yang saya hasilkan saya tabung karena uang dari Ayah sudah lebih dari cukup untuk uang saku. Untuk uang buku dan fotocopi biasanya Ibu memberikan uang extra lagi. Untuk baju, juga masih dibelikan Ibu. Baiknya mereka.. Tapi saya tetap harus mandiri walaupun saya perempuan, tentunya setelah kuliah hehehe.

Jadi, targetkan umur berapa kita mandiri secara finansial supaya orang tua juga bisa tersenyum lega karena anak yang mereka banggakan sudah bisa menghidupi dirinya sendiri, apalagi sudah bisa membantu sedikit-sedikit di rumah. Tambah sip itu. Bayangkan saja ketika sudah bertahun-tahun lulus kuliah, tapi masih saja minta ini-itu dengan orang tua. Orang tua sih pasti mau ngasih karena kita memang darah dagingnya, tapi saya yakin di balik itu semua mereka pasti kecewa karena kita masih belum bisa mandiri. Mandiri secara finansial tentunya bisa membuat orang tua bangga :)



Alfanita Zuraida

Senin, 09 Juni 2014

Ke Jogjakarta Aku Kembali (Lagi)


Apa yang paling kamu sukai di dunia ini? Saya jalan-jalan, pergi ke tempat baru, atau paling tidak, tidak berada di rumah hahaha. Walaupun rumah adalah tempat ternyaman dan teraman bagi saya, tapi saya juga suka berada di luar rumah untuk melihat suasana baru. Harus ada penyegaran, supaya tidak bosan dengan rutinitas, rutinitas yang meyenangkan sekalipun.

Alhamdulillah, setelah dari Bali akhir tahun kemarin, pertengahan tahun ini saya kembali liburan, ke Jogjakarta. Saya masih ingat terakhir kali ke Jogjakarta tahun 2011, tengah malam di malam Idul Adha, pukul 23.00, saya dan teman baik saya, Vierma Anandya Pratama berlari mengejar bus Eka. Waktu itu, penumpang cukup padat, maklum malam idul adha. Jadi dengan segala keyakinan dan usaha akhirnya kami bisa mendapatkan tempat duduk di bus Eka. Akhirnya. Hahaha.

Kalau ingat pengalaman itu, saya dan Vierma pasti udah ketawa-ketawa nggak jelas. Sampai sekarang saya tidak pernah bilang pada Ibu bahwa anaknya yang imut ini, di tengah malam idul adha, berlari mengejar bus Eka sampai ngos-ngosan. Kalau sampai tahu, saya pasti sudah dipingit. Waktu itu saya masih bebas mbolang-mbolang sama anak-anak karena masih ada Ayah yang mengangguk setuju kalo saya ijin. Mbolang mungkin akan dilanjutkan pada sesi berikutnya :)

Kali ini saya ke Jogjakarta bersama rombongan murid dan guru di SMP tempat saya mengajar, kita berangkat dari Menganti pukul 21.30, molor setengah jam dari jadwal karena menunggu Pak sopir yang tidak tahu lokasi sekolah. Kita tidak menggunakan jasa travel, semua diatur sendiri oleh Kepala Sekolah dan Bapak/Ibu guru mulai dari sewa bus, catering, pengaturan tempat duduk, hotel, tiket masuk, dan lain sebagainya. Tapi saya merasakan bahwa semuanya sudah cukup baik, karena saya yakin Bapak/Ibu guru berusaha memberikan yang terbaik dalam perjalanan ini.

Hari pertama

Kita tiba di Jogja sekitar pukul 07.00, perjalanan terasa panjang sekali, lebih panjang dari sebelumnya. Kita langsung makan di rumah makan Firdaus. Huh, udah laper banget. Untung pas kita ke sana makanan udah siap. Nyam-nyam makanannya enak. Menu makanan hari itu ikan dorang, sambal, sayur lodeh, oseng-oseng bayam, plus the hangat dan semangka. Enaknya. Hmmmm. Cocok untuk perut yang sudah kelaparan dan dikocok-kocok di bus.

Setelah makan perjalanan berlanjut ke pantai Parang tritis, terakhir kali ke sini adalah pas mbolang sama group mbolang (Mb Sil, Bella, Fitri) tahun 2010 pas selesai skripsi. Heran dari dulu perasaan kalau mbolang mesti ke Jogja hahaha. Pantai Parangtritis sebenarnya nggak banyak berubah, tetep. Kalau saya merasa, pantai parangtriris kalau lebih diperhatikan, lebih banyak diurus sama pemerintah daerah pasti lebih bagus. 

Di parangtritis, saya awalnya cuma mau foto-foto, sambil main ombak, dan naik kuda tapi saya menemukan permainan yang asyik dan pasti akan saya coba. Kalau saya mendeskripsikan, sepeda motor beroda empat yang bisa jalan di pasir pantai, entah apa namanya. Tapi asyik sekali permainan ini. Medan berpasir yang lumayan berat dan juga saya yang belum terlalu jago mengendarai motornya membuat saya agak kesulitan awalnya, namun dengan berjalannya waktu sepertinya saya cukup expert untuk mengendarainya, kayak naik matik, tapi berat hahaha. Oh ya awalnya saya hanya bersama murid saya, si Adrian, melihat saya dan Adrian enjoy sekali dalam mengendarai motor pasir ini akhirnya Echi dan Ziza ikutan juga.
Horrreee akhirnya bisa naik motor ini :)
Selanjutnya, perjalanan dilanjutkan ke candi Borobudur. Sebelumnya kita berhenti di sebuah rumah makan untuk makan siang dan sholat. Di candi Borobudur, saya suka sekali melihat para penjual yang berjajar. Okeh selanjutnya untuk melihat kisah perjalanan ini lewat foto saja yah :) hehehe.

Teman seperjalanan saya, Bu Lilik.
Uhhhhh...
Pake topi dan masker sebelum ke borobudur, supaya nggak hitam yah..
 
Cheers, enaknya pake sandal jepit

Salah Jalur

Salah Jalur II
Mana Muridnya mana gurunya?

Cheers :)
Alfanita Zuraida