Jumat, 10 Januari 2014

Ciuman di Bawah Hujan (Lan Fang): Book Review

Picture taken from: sepetaklangitku.blogspot.com


Ini adalah kali pertama saya membaca buku Lan Fang. Sebenarnya saya sudah mengetahui nama besar Lan Fang awal tahun 2012 ketika belajar Bahasa Indonesia di program KKT Unesa, namun saya belum sempat membaca buku-bukunya. Buku berjudul Ciuman di Bawah Hujan ini ditemukan Adik saya, Lucia Dwi Elvira di sekian banyak tumpukan buku murah di Royal Plaza. 

Dengan Rp 20.000, kami sudah bisa membawa pulang karya penulis yang pernah berkunjung ke Pondok Pesantren Tebu Ireng di Jombang, Jawa Timur ini. Sebenarnya ini bukan buku baru, buku ini terbit sekitar tahun 2010. Kemungkinan karena sudah tiga tahun yang lalu terbit, buku ini berada di rak buku yang didiskon. 

Secara garis besar, membaca novel ini membuat kita bisa membayangkan apa yang sedang diimajinasikan oleh sang penulis dengan mudah. Lan Fang banyak mendeskripsikan suasana dalam cerita novelnya ini. Cerita diawali oleh Fung Lin, tokoh utama, seorang wartawan yang ditugaskan untuk melakukan wawancara tentang TKW di Hong Kong. 

Setelah di Hong Kong ia tidak menyadari bahwa sosok sederhana yang ia temui dalam sebuah seminar itu adalah Ari, anggota DPR yang harus diwawancarainya. Setelah pertemuan pertama itu Fun Ling dan Ari sering bertemu untuk membicarakan banyak hal. Hanya pada Arilah, Fun Ling bisa  bercerita tentang apa saja.

Sejak pertama saya berfikir bahwa Fun Ling dan Ari akan merenda kasih, tetapi tiba-tiba di tengah cerita, muncullah tokoh Rafi, teman Ari yang juga anggota DPR yang suka dengan Fun Ling. Terus terang saya merasa sedikit kecewa dengan hadirnya tokoh Raffi, karena seperti tiba-tiba saja pikiran saya yang dari awal sudah berpihak pada Ari untuk menjadi kekasih Fun Ling harus diajak untuk menerima tokoh lain. 

Dalam novel terakhirnya ini, Lan Fang banyak mengemukakan pemikirannya dalam bentuk analogi. Ia dengan cerita yang sedikit aneh menganalogikan tikus dengan para koruptor. Di tengah cerita saya tiba-tiba bingung dengan cerita tentang tikus ini. Awalnya seprti saya membaca cerita nyata tetapi menginjak bagian ini terasa bahwa saya sedang membaca cerita khayalan. Fun Ling diceritakan dikepung oleh banyak tikus di depot makan tempat ia bekerja. Tikus-tikus itu sangat pintar sehingga Fun Ling harus menggunakan beberapa trik untuk membunuh mereka yang menyebabkan depot majikannya bangkrut. Ketika ia sudah hampir berhasil, tia-tiba saja tikus-tikus sekarat itu bangun. Dengan dipimpin oleh sang ketua tikus yang disebut Ketua Dinar, tiba-tiba saja mereka bersama-sama menyerang Fun Ling. Dalam cerita nyata kita tidak bisa membayangkan hal ini terjadi kan? 

Membaca novel ini, saya berfikir bahwa akan ada sekuel buku selanjutnya karena Lan Fang sangat menggantungkan cerita. Tidak ada penyelesaian tuntas dalam ceitanya. Sebagai pembaca, saya ingin tahu apakah Ari dan Raffi sudah beristri? Bagaimana cerita Ari selanjutnya? Bagiamana kisah cinta Fung Lin dan Raffi? Bagiaman nasib Anto, kekasih Fun Ling saat dia kuliah? Berpegang pada kenyataan bahwa Lan Fang sudah tidak ada di dunia ini, akhir cerita novel Lan Fang pun terasa menggantung selamanya. 

Saya sempat heran, mengapa Lan Fang menyusupkan sebuah cerita novel dalam novelnya. Membaca novel Lan Fang membuat saya berfikir ada novel di dalam novel. Novel dalam novel ini bercerita tentang seorang buruh migran di Singapura. Bila dalam novelnya Lan Fang menggantung akhir ceritanya, di dalam bakal Novel Fun Ling ini Lan Fang benar-benar memberikan ending yang manis. 

Bagi Lan Fang, segala sesuatu di dunia ini adalah kebetulan yang bukan kebetulan. Bahkan, buku yang sampai di tangan pembaca pun adalah sesuatu yang kebetulan. Saya merasa meninggalnya Lan Fang karena sakit pun adalah kebetulan yang bukan kebetulan. Pada hakikatnya sesuatu yang kebetulan itu sudah diatur oleh Tuhan Sang Penguasa Alam karena itu tak akan pernah ada yang kebetulan di dunia ini. Bahkan ketika saya menulis book review ini, mungkin ini juga adalah sebuah kebetulan yang bukan kebetulan.

Alfanita Zuraida

Tidak ada komentar:

Posting Komentar