Senin, 12 Desember 2011

Murid Happy, Guru Happy

With my students in Bimbel ALFA

Di suatu sore yang cerah, ketika matahari sedikit demi sedikit melangkah pasti ke peraduannya, delapan anak yang rata-rata berumur tujuh sampai delapan tahun sudah ada di depan rumahku. Menyandang tas berisi buku bahasa Pangeran Charles, siap belajar. Dengan semangat ala pejuang Surabaya ditahun ’45, anak-anak manis ini pun segera berebut masuk kelas ketika ku membuka pintu. Setelah itu, tanpa diperintah karena sudah menjadi kebiasaan, mereka berbaris rapi di depan kelas. Cek perlengkapan dalam bahasa Inggris pun dimulai, aku tinggal bilang saja “Book” mereka menjawab “Yes” bila membawa dan “No” bila tidak membawa. Setelah berbaris, masih berada di luar kelas, anak-anak bergigi tanggal depan ini pun tak ragu dan malu menyanyikan yel-yel kelas dengan gerakannya “ Hello, we are class two, hello we are class two, we are class two we’re must be true, hello we are class two”. Setelah menyapa guru dengan ucapan “Good afternoon” mereka pun masuk kelas. Di kelas, setelah berdoa, salah satu anak minta bernyanyi lagi. “Hah, bernyanyi lagi” pikirku tapi anak manis bernama Firda ini tetap memaksaku untuk menyanyikan sebuah lagu anak-anak yang berjudul ‘Old Mc Donald’. Dia pun bilang “Yang penting happy” dan aku pun menimpali “Oke belajar yang penting happy”. Dan jadilah kami bernyanyi bersama sama lagu Old Mc Donald, setelah itu dengan suasana kelas yang menyenangkan anak-anak itu pun tetap bersemangat belajar hingga waktu pulang datang.

Wah, ternyata anak-anak lebih suka belajar dengan suasana senang dari pada harus menghabiskan berlembar-lembar buku untuk mencatat atau mendengarkan guru menerangkan pelajaran di depan kelas. Mereka suka bernyanyi, bermain musik, bermain games, menggambar, dan mewarnai di kelas. Sayang terkadang bakat-bakat alami yang seperti ini harus sirna begitu saja hanya karena urusan akademik karena pikiran bahwa anak dengan nilai tinggi akan berhasil dan anak yang memiliki prestasi akademik rendah tidak akan berhasil. Dulu saya juga berfikir seperti itu karena saya didoktrin untuk berpikir seperti itu, tetapi lambat laun saya sadar, keberhasilan tidak sepenuhnya ditentukan oleh prestasi akademik, ada hal lain yang lebih utama yaitu motivasi, kerja keras, dan tentu saja dewi fortuna. Prestasi akademik bukan jaminan seseorang menjadi sukses. Walaupun di sana banyak orang sukses dengan prestasi akademik bagus tapi saya yakin pasti ada faktor penunjang lain selain prestasi akademik itu yakni tiga hal tadi. Tapi percayalah Bapak Ibu guru, walaupun anak didik kita tidak pandai dalam hal akademik pasti ada kecerdasan lain yang menonjol pada diri mereka. Menurut Howard Garner, kecerdasan anak dibagi menjadi tujuh yakni kecerdasan linguistik, kecerdasan mathematics, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetis, kecerdasan musik, kecerdasan interpersonal, dan intrapersonal. Jadi jangan langsung mendoktrin anak ‘bodoh’ ketika mereka tidak memahami materi bahasa Inggris atau matematika yang kita ajarkan, bisa jadi mereka memang lemah pada pelajaran itu tapi menonjol pada hal yang lain.

Kembali pada pembelajaran yang menyenangkan di dalam kelas, sekarang mari kita mencoba mengingat-ingat apa pembelajaran yang paling menyenangkan untuk kita ketika ada di sekolah dasar dulu? Pembelajaran PPKN di kelas yang harus menghafalkan pasal-pasal atau pelajaran Penjaskes yang sang guru mengajak kita bermain dan bergerak. Wah kalau saya sih jelas lebih ingat dengan pelajaran Penjaskes, alasannya karena itu lebih menyenangkan dari pada belajar di kelas apalagi saya masih ingat dulu pada waktu guru olah raga saya tergolong orang yang menyenangkan walaupun sedikit disiplin. Nah, bila anda seorang guru, coba sekarang lakukan percobaan sederhana ini. Pergi ke kelas, katakan pada murid anda “Anak-anak sekarang kita belajar bahasa Inggris di kelas kita akan belajar tentang playground” atau yang ini “Anak-anak kita akan belajar playground dan kita akan belajar tentang playground di taman bermain sekolah. Coba lihat bagaimana reaksi mereka, mungkin guru yang tetap memilih menyampaikan materi di dalam kelas akan mendapatkan reaksi datar dari murid-muridnya sedangkan guru yang mengajak murid-muridnya ke luar ruangan untuk belajar playground tentunya akan mendapatkan reaksi antusias. Dari gambaran tersebut kita dapat menarik sebuah pesan bahwa sekali-kali membawa anak belajar di luar pasti akan menyenangkan. “Anak harus belajar di ruangan berdinding tiga” kata salah satu konsultan pendidikan, maksudnya apa yang dipelajari anak hendaknya dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Karena itu membawa anak-anak untuk keluar dan mempelajari hal-hal di luar kelas akan jauh lebih berkesan dalam diri anak karena anak belajar secara langsung, learning by doing.

Sebenarnya ada beberapa hal yang membuat anak merasa betah dan nyaman berada di dalam kelas diantaranya adalah tata ruang kelas, suasana kelas, dan metode pembelajaran yang dibawakan oleh guru. Nah, mari kita bedah tiga hal tersebut satu persatu.

Tata ruang kelas adalah hal penting yang menentukan kenyamanan anak di dalam kelas. Di taman kanak-kanak kelas dibuat dengan warna-warna cerah dan mencolok, namun ketika masuk SD sayang sekali warna-warna tersebut berganti dengan warna putih. Di Taman Kanak-kanak (TK) hasil karya siswa dipajang untuk menunjukkan apresiasi pada karya mereka, namun sayang beribu sayang di SD banyak karya siswa terbuang percuma atau tidak membuat karya sama-sekali. Kelas untuk anak-anak semestinya harus disesuaikan dengan psikologi mereka yang masih gemar bermain. Di sekolah sekolah penataan ruangan masih bersifat klasik dengan cat dominan berwarna putih, padahal kelas seperti itu dapat menghambat aktivitas dan kreativitas siswa. Pada dasarnya banyak pilihan tata ruang kelas, tata ruang kelas pun bisa disesuaikan dengan keinginan anak-anak. Pernah tahu Ron Clark, sang guru kraeatif, lihat videonya, kelasnya sangat unik sekali.

Menurut Drs. Martadi Msn, kelas anak-anak harus mempunyai struktur tidak kaku dan bersifat ‘terbuka’ sehingga dapat memupuk belajar yang bermakna dan kreativitas siswa. Salah satu ciri kelas ‘terbuka’ adalah ruang kelas mampu merangsang secara visual. Visual maksudnya adalah kelas dapat diisi dengan berbagai karya siswa baik yang berupa lukisan, foto karangan, dan lain-lain. Nah, berbagai karya tersebut dapat dipajang dan diganti sesuai keinginan anak-anak. Dalam pembuatan karya, anak-anak juga dapat dilibatkan dalam mengusahakan bahan-bahan untuk kelasnya. Mereka dapat membawa objek-objek dari rumah atau berbagai materi. Jadikan kelas sebagai pusat ilmu artinya di dalam kelas mengandung berbagai materi yang memungkinkan anak melakukan banyak kegiatan dan eksperimen. Dengan demikian, kelas menjadi pusat aktivitas bermain, bereksperimen dengan bermacam-macam bahan. Kondisi tersebut akan sangat merangsang kreativitas anak-anak. Masih menurut Drs. Martadi Msn, dalam satu kelas, biasanya kemampuan anak berbeda-beda. Duduk dalam satu kelas bersama anak-anak dengan kemampuan yang berbeda-beda memiliki untung-rugi. Keuntungannya, anak belajar berkomunikasi dengan bermacam-macam anak. Anak yang cerdas dapat membantu anak yang kurang kemampuannya (tutor teman sebaya). Sering anak yang sangat cerdas atau kreatif mudah bosan di dalam kelas dengan anak-anak yang berkemampuan rata-rata karena daya serap dan kecepatan belajarnya lebih tinggi. Karena bosan, mungkin dia kurang memperhatikan pelajaran, menjadi acuh tak acuh, atau akan mengganggu anak-anak lain. Untuk mengatasi masalah tersebut, sebaiknya di dalam kelas tersedia bahan-bahan untuk siswa-siswa yang sangat cerdas atau kreatif. Misalnya, di sudut kelas ada perpustakaan kecil atau lebih ideal lagi jika setiap sekolah mempunyai ruang sumber belajar (resource-room).

Menurut penulis, sekolah dan kelas harus didesain sesuai dengan kepribadian anak-anak yang masih penuh dengan khayalan dan imajinasi. Salah satu teman saya yang pernah mengajar salah satu SD swasta di Surabaya mengatakan bahwa salah satu alasan mengapa anak-anak suka pergi sekolah adalah karena sekolah di desain sangat menarik dan unik. Jendela-jendela di desain seperti badut, bangku bangku dan meja pun dibuat warna-warni sehingga membuat keceriaan di dalam kelas. Bagi sekolah yang memiliki kelas sempit, sempitnya ruang kelas tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak mendisain kelas, jangan berkecil hati bila kelas sempit usahakan jangan terlalu banyak meletakkan barang di dalam kelas. Untuk anak-anak dengan kelas sempit alangkah baiknya bila di dalam kelas tidak ada meja dan kursi sebagai gantinya karpet dan meja lipat bisa jadi solusi. Anak-anak memiliki ruang yang lebih bebas, pengaturan pembelajaran dengan individu, pair, atau kelompok pun juga lebih mudah. Selain itu ketika anak anak duduk di bawah ketika kita menjelaskan kita akan lebih mudah untuk mengontrol dan mengatur mereka.
Setelah tata ruang kelas, suasana kelas menjadi hal penting yang harus diperhatikan para guru. Suasana kelas di sini erat hubungannya dengan managemen kelas. Bila managemen kelas kita bagus maka suasana kelas pun akan kondusif, tetapi bila managemen kelas kita tidak teratur maka otomatis keadaan kelas pun akan menjadi berantakan. Pertama, tanamkan bahwa yang ada di dalam kelas adalah saudara karena bersaudara maka sikap saling menyanyangi dan menghargai harus selalu dijunjung tinggi. Yang kedua adalah masalah kedisiplinan, di kelas murid harus diajari untuk datang tepat waktu, merapikan barang mereka sendiri, dan mengembalikan barang milik kelas bila meminjam. Dalam kaitannya dengan disiplin seorang guru harus memastikan bahwa disiplin bukan sesuatu yang menakutkan atau membosankan karena itu penanaman displin harus sesuai dengan dunia anak. Guru bisa memberikan sesuatu yang menyenangkan untuk bisa membuat kelas disiplin. Misalnya guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, bila satu kelompok tersebut dtang tepat waktu dan tertib dalam kelas guru akan memberikan lima poin, begitu juga sebaliknya bila ada kelompok yang datang terlambat dan tidak tertib di kelas maka poin akan dikurangi lima. Di akhir bulan kelompok dengan poin tertinggi akan mendapatkan hadiah dari guru. Hadiah bisa berupa pensil, penghapus, atau buku cerita. Selain melatih disiplin cara ini juga melatih kekompakan siswa karena poin mereka ditentukan oleh tiap anggota kelompok. Bila manajemen kelas berlangsung dengan baik, maka susana kelas akan nyaman. Guru bisa menyampaikan pelajaran dengan baik, anak-anak pun dengan senang dan konsentrasi mengikutinya.

Selanjutnya adalah metode pembelajaran yang digunakan guru di dalam kelas. Anak anak cepat bosan dengan sesuatu, karena itu guru harus selalu mengupdate metode pembelajaran yang diberikannya pada muridnya. Menurut saya metode pembelajaran untuk anak-anak yang paling menyenangkan sepanjang masa adalah lagu. Bukan sembarang lagu tapi lagu yang disertai dengan gerakan yang menyiratkan apa yang kita ajarkan. Misalnya ketika saya mengajarkan materi “House”. Saya akan menyruh siswa bernyanyi dengan menggerakkan anggota badan, bila lirik lagu mereka sampai pada kata bedroom mereka harus meletakkan tangan seolah-olah mereka akan tidur, bila mereka sampai pada kata bathroom, anak-anak harus menggerakkan tangannya seolah sedang mandi dan seterusnya. Menurut saya metode pembelajaran lagu disertai gerak reach semua siswa di dalam kelas. Menurut Resty dalam tulisannya yang berjudul “Tehnik Menghafal Lewat lagu” yang diposting di blognya (msrestyshare.wordpress.com), lagu juga bisa digunakan dalam berbagai mata pelajaran bukan hanya bahasa Inggris tetapi juga matematika, IPS, Pkn, IPA, dan Bahasa Indonesia. Namun menurut guru SDN Sukasari 4 ini lagu-lagu edukatif jumlahnya masih terbatas karena itu ia mencoba untu menggubah beberapa lagu yang akrab dengan telinga anak-anak menjadi lagu-lagu edukatif. Guru yang juga dosen di FKIP UNIS Tangerang ini mencontohkan lagu Heli menjadi lagu edukatif pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi imbuan “Coba kawan, cobalah terka tiga macam imbuhan, kalau kawan sudahlah bisa tebak apa namanya, awalan (tepuk 3x), sisipan dan juga akhiran. Menarik sekali bukan? sebagai guru jaman sekarang memang kita dituntut untuk lebih kreatif. Setelah song, games dapat menjadi metode pembelajaran yang menarik berikutnya. Games melatih ketrampilan, daya pikir, dan imajinasi anak diasah. Untuk sekolah dasar banyak sekali permainan menyenangkan yang dapat dipilih sebut saja permainan Bingo, Simon says, throwing ball dan permainan lain. Tidak usah bingung bila guru tidak mempunyai banyak games, guru bisa mencari permainan yang menyenangkan di internet beserta cara-caranya, tinggal search di google. Metode pembelajaran lain yang tak kalah menyenangkan untuk anak adalah diskusi dan presentasi. Dalam diskusi anak diajak untuk berbagi informasi secara berkelompok. Dengan berdiskusi anak-anak belajar untuk mengeluarkan pendapat, mendengarkan pendapat, serta menghargai pendapat orang lain. Dalam diskusi kelompok rasa sosialisasi anak juga diasah karena mau tidak mau mereka harus bisa bergaul dengan orang lain. Setelah diskusi, hasil diskusi dapat dipresentasikan di dalam kelas, presentasi ini membangun keberanian anak untuk berbicara di depan umum.

Mungkin dengan pembelajaran aktif seperti ini guru berfikir bahwa mereka akan ketinggalan banyak materi pembelajaran yang akan disampaikan. Namun, ada trik-trik yang bisa digunakan ketika pembelajaran sesuai kurikulum sekolah dengan suasana kelas yang tetap menyenangkan. Menyenangkan tidak harus meyimpang dari materi yang harus disampaikan. Kita hanya butuh cara menyampaikan materi menjadi menyenangkan. Bila ada pengerjaan soal pun juga buatlah semenyenangkan mungkin. Misalnya, ajak anak-anak bergerak ketika mengerjakan soal. Pasang soal-soal dengan nomor acak di atas kertas kemudian tempel di sudut-sudut kelas, suruh siswa berdiri dan memilih soal yang terlebih dahulu mereka ingin kerjakan. Pada dasarnya intinya sama:mengerjakan soal, tetapi cara yang ini jauh lebih menyenagkan dibanding harus duduk dan mengerjakan soal secara berurutan.

Ada yang bilang bahwa membuat kelas menyenangkan akan sedikit ilmu yang didapatkan siswa. Saya pikir “Ah tidak juga”, dengan pembelajaran menyenangkan akan mengena pada diri anak sehingga anak bisa mengingatnya dengan ingatan jangka panjang. Dari pada harus menjejalkan materi ke dalam otak anak tapi mereka lupa keesokan harinya alangkah baiknya bila materi diberikan santai tapi mengena. Saya pernah memampatkan materi yang harusnya disampaikan dalam tiga kali pertemuan saya rangkum menjadi sekali pertemuan karena keterbatasan waktu. Tapi saya tetap menjadikan kelas menyenangkan untuk anak-anak. Caranya saya ajak anak-anak untuk berkompetisi, saya bagi anak-anak menjadi dua kelompok setiap kelompok yang bisa menjawab akan mendapatkan satu bintang. Karena antusiasme anak-anak dalam berkompetisi, penyampaian materi pun menjadi lancar. Jadi kalau masalah kurikulum vs pembelajaran kreatif intinya adalah bagaimana kita bisa mensiasati materi yang sesuai dengan kurikulum agar mudah dicerna oleh anak tanpa mengabaikan pengajaran yang menyenangkan.

Pembelajaran menyenangkan yang benar adalah pembelajaran yang menyenagkan tapi juga bermakna. Bolehlah kita menyuruh anak-anak menggambar pada waktu pelajaran bahasa Inggris, menggambar tentang animals misalnya. Nah, kemudian apa kegiatan selanjutnya? para guru harus memperhatikan hal ini. Misalnya setelah menggambar setiap anak harus mempresentasikan gambarnya di depan kelas. Jadi ada follow up activity ketika anak melakukan kegiatan yang mereka sukai.

Guru yang hebat adalah guru yang bisa membuat anak-anak cinta pada sekolah, cinta pada sejarah, fisika, matematika, dan cintapada hal baik yang lain. Guru yang hebat adalah guru yang sabar, menyenangkan, dan memotivasi. Mungkin saya bukan sang guru sekreatif Ron Clark, managemen kelas saya juga terkadang masih amburadul, emosi saya kadang naik turun ketika anak-anak ‘menggoda’ saya. Tapi, bukankah setiap guru harus bisa menjadi lebih baik, harus bisa digugu lan ditiru Tidak ada kata tidak, setiap guru harus bisa lebih baik, bukankah orang yang sama dengan hari kemarin adalah orang-orang yang merugi. Kita mulai dari sekarang, buat anak anak happy dengan kita, tidak ada salahnya kan membuat anak-anak happy. Kalo anak-anak happy pasti akan selalu ikut kegiatan yang kita lakukan. Intinya kalo murid happy, guru pun happy karena pembelajaran akan berjalan lancar. Di kelas sang guru kreatif, Ron Clark anak-anak tidak mau libur sekolah karena semua serba menyenangkan di sekolah. Semoga beberapa tahun lagi, ketika aku bilang libur pada murid-muridku tersayang muridku akan bilang “Yah Miss Ita kok libur sih, sekolah dan kelasnya Miss Ita kan menyenangkan sekali”. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar