Jumat, 12 Juli 2013

Mengawini Malam

Pas saya liat-liat file di FD, ada file "Mengawini Malam". Saya jadi ingat kalau ini adalah cerpen satu lembar saya untuk mata kuliah Keterampilan Berbahasa Tulis" pas saya kuliah KKT. Oh ya nama Yonghwa ini adalah nama personilnya CNBlue, leadernya gitu. Pas waktu itu saya sedang suka banget sama reality shownya dia "We Got Married". Check it out!


Mengawini Malam

Sudah enam hari tiada sesendok pun nasi yang melekat dalam perutku. Mustahil  menelan nasi pada saat seperti. Nyeri ini, sakit di dada ini. Rasanya, bahagianya hidup sudah tak berpihak lagi padaku. Hatiku tersenyum getir. Hidup ini seperti sebuah permainan. Rasanya baru kemarin aku seperti menjadi wanita paling bahagia di dunia, kini semua tak lagi sama. Cinta, rasa, indah kini berbalik menjadi marah, benci, dan gundah. Entahlah, jalinan rasa kini mulai memudar, tak tampak lagi oleh kasat mata.

Yongwa, nama lelaki itu. Pertama kali aku mendengarnya mengucapkan namanya, aku sudah tahu pasti dia salah satu penduduk negeri ginseng. Seperti orang dari ras Mongoloid lainnya perawakan tubuhnya tinggi, putih, dan bermata sipit. Pertemuanku dengannya bagai slow motion dalam drama. Kami bertabrakan tepat di depan pintu masuk sebuah mall. Tanpa sengaja dia menabrakku dan tumpahlah barang belanjaanku. Kami pun berkenalan dan makan di sebuah restoran. Dari pertemuan itu, aku tahu kalau dia adalah seorang seorang ekspatriat muda Korea yang sedang mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Bahasa Indonesianya cukup lancar walaupun kadang aku harus menjelaskan beberapa kata yang tak dimengerti olehnya. Pekerjaanku sebagai sekretaris rupanya banyak memberikan bekal untuk mengimbangi percakapannya tentang bisnis yang dijalaninya.

Setelah pertemuan itu, kami pun lebih sering bertemu. Makan, nonton film atau sekedar berjalan-jalan di taman menjadi hal yang rutin kami lakukan. Hati yang dulu sendiri, kini telah terisi. Caranya memperlakukanku bak seorang puteri melambungkan anganku. Tak perlu waktu lama untuk meyakinkan hatiku untuk menerimannya menjadi suamiku. Keputusanku menikahinya ditentang oleh keluarga besarku. Perbedaan agama, budaya, serta warga negara adalah alasannya. Aku yang saat itu sudah tidak peduli pada apapun akhirnya meninggalkan semua untuknya.

Petaka datang tepat tiga bulan pernikahanku. Petugas kepolisian berpakaian preman menjemput Yongwa. Mereka bilang kekasih hatiku itu telah melakukan bisnis ilegal, jual beli wanita dari Indonesia ke Korea. Dari polisi aku tahu bahwa jabatan ekspatriatnya di sebuah perusahaan hanya topeng untuk memuluskan usaha haramnya. Satu lagi yang membuat hatiku hancur tak bersisa, Yongwa rupanya telah menikah dan punya satu anak di Korea. Saat itu juga kaki kecilku rapuh tak dapat menahan berat tubuhku. Semua gelap, aku tak ingat apa-apa lagi.

Kata Ibuku, inilah akibat bila aku mengawini malam. Mengawini pekat-pekatnya yang mengeluncup menjadi nestapa. Inilah azab Tuhan bagi yang mengawini malam. Malam adalah pekat, gelap, dan berbatas. Tak baik aku mengawininya, tapi aku melakukannya Menikahi Yonghwa adalah menikahi malam. Agama dan budaya kami berbeda. Perkawinan malam akhirnya terjadi membuatku terjerembab dalam kehampaan. Kini, aku menyesal, tak mau aku mengawini sang malam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar