Rabu, 17 Juli 2013

I Like English Mam



picture taken from: genk-remaja.blogspot.com

Mungkin, bagi saya dan mungkin kebanyakan orang yang tentu saja pernah memikirkannya atau terlintas dalam pikiran, setelah itu mungkin kita bertanya-tanya. Bagaimana mungkin anak yang katakanlah dari SD kelas I sudah diajari Bahasa Inggris, dua belas tahun kemudian tepatnya saat dia mungkin kelas XII masih belum bisa berbicara dan menulis bahasa Inggris dengan baik dan benar?

Jawabannya mungkin ada dalam lintasan pikiran yang saya padukan dengan pengalaman dan kenyataan di lapangan. Alasan pertama adalah text book only. Walaupun dalam kurikulum sudah ada empat kemampuan yang harus diajarkan, yaitu listening, speaking, reading, dan writing, namun tampaknya para guru bahasa Inggris kita yang mungkin juga termasuk saya hanya text book only atau katakanlah lebih parahnya LKS only saja. Jadi pengajarannya dalam kelas, guru hanya berfokus pada pemahaman materi kemudian untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa-siswanya, sang guru menyuruh siswa untuk mengerjakan LKS. Tidak ada latihan listening atau speaking, semua masih berpusat pada reading dan writing. Dua kemampuan yang mungkin saja juga belum optimal diberikan pada siswa-siswanya.

Sebenarnya hal ini juga tidak bisa disalahkan juga, saya tidak mencari pembenaran dalam hal ini. Namun bagaimana ketika saya sebagai guru baru dihadapkan pada situasi anak didik saya kelas IX yang akan mengahadapi Ujian Nasional(UN) tidak memiliki kemampuan yang diharapkan? Saya sebagai guru harus realistis, bahwa saya tidak mungkin hanya memaksakan keinginan saya supaya mereka bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris dengan baik dan benar dan kemudian menghancurkan nilai UN Bahasa Inggris mereka. Bagi saya mungkin ini seperti makan buah simalakama. Ini salah itu juga tidak dapat dibenarkan. Akhirnya saya memilih jalan tengah. Saya mengupayakan mereka untuk bisa berkomunikasi dasar bahasa Inggris. Sisanya? Tentu saja beragam materi untuk persiapan UN. Oleh karena itu, alangkah baiknya ketika seorang siswa menengah pertama masih duduk di kelas 7 dan 8, guru dapat lebih mengembangkan kemampuan berkomunikasi mereka lebih dari hanya sekedar memberikan materi yang tercantum dalam kurikulum.

Alasan kedua adalah jumlah murid dalam satu kelas. Practice makes perfect. Sebagai guru, saya, melihat jumlah murid yang 40-50 anak dalam satu kelas terlalu banyak. Karena banyaknya jumlah murid ini, para guru Bahasa Inggris pasti akan mencari kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan seluruh kelas, jadilah banyak kegiatan classical dari pada kegiatan yang melibatkan kemampuan individu seperti presentasi individu misalnya. Setiap anak harus mendapatkan kesempatan untuk menggunakan bahasa Inggris terutama kemampuan oralnya. Apa mau dikata, banyaknya anak dalam satu kelas tentu saja bukan hanya menimbulkan masalah dalam kegiatan pembelajaran tetapi juga manegemen kelas. Saya yakin di jaman sekarang, kelas yang jumlahnya 40-50 siswa akan kacau sekali, kecuali kalau guru punya trik untuk membuat kelas ini menjadi tertib (Untuk tema managemen kelas akan dijelaskan pada tulisan selanjutnya).

Banyaknya murid di kelas, sebenarnya bagi saya pribadi masih bisa diajarkan untuk menggunakan bahasa Inggris, baik oral atau tulis, namun perlu diingat bahwa untuk pengajaran aktif berbahasa Inggris, kelas harus dalam keadaan tertib. Salah satu cara yang bisa digunakan dalam pengajaran bahasa Inggris adalah gab information. Dalam gab information, setiap siswa akan memiliki informasi yang berbeda. Mereka akan berkeliling kelas untuk melakukan interview dengan temannya. Untuk melakukan interview, mereka akan dipandu dengan sebuah tabel. Misalnya, sebuah kelas akan melakukan kegiatan gab information tentang makanan dan minuman favorit, berikut ini adalah contoh tabelnya:

No
Name
Favourite Food
Favourite Drink
1.



2.



3.



4.



5.




Dalam tabel di atas, seorang siswa akan setidaknya melakukan interview dengan lima orang anak, berarti anak tersebut akan lima kali mempraktekkan ekspresi dalam bahasa Inggris. Dalam kegiatan ini, guru hanya memantau kegiatan anak didiknya. Yang perlu diingat guru sebelum melakukan interview adalah mendrill ekspresi yang akan digunakan. Selain itu, guru juga perlu untuk memberikan rule atau aturan yang harus dilakukan oleh siswa salah satunya adalah No English, No Service agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Yang ketiga adalah persepsi siswa bahwa bahasa Inggris adalah mata pelajaran yang sulit dan membosankan. Kenapa? Mungkin kita sebagai guru kurang mengeksplor kegiatan pembelajaran  siswa. Setiap pertemuan hanya itu-itu saja kegiatan pembelajaran yang kita ajarkan. Jadilah siswa kita mengantuk, bermain, dan berbicara sendiri di depan kelas ketika kita menjelaskan pelajaran. Bukankah kadang-kadang sebagai guru bahasa Inggris kita juga mengalami hal ini? Jujur saja saya pernah. Oleh karena itu sebagai guru bahasa Inggris, kita harus memberikan variasi dalam kegiatan pembelajaran kita.

Variasi kegiatan dapat dilakukan dalam empat kemampuan yang telah disebutkan di atas. Untuk kegiatan listening misalnya kegiatan dapat berupa mendengarkan monolog, mendengarkan cerita, atau mendengarkan dialog. Dalam speaking, variasi kegiatan bisa lebih banyak diantaranya presentasi, interview, telling story, dan dialog. Dalam reading, ada dua jenis reading yaitu aloud reading dan silent reading. Aloud reading berfokus pada kemampuan siswa dalam membaca text dengan pronunciation, intonation, dan stress yang tepat, sedangkan dalam silent reading yang ditekankan adalah kemampuan siswa dalam menangkap isi bacaan.  Dalam reading, kegiatan pembelajaran dapat diarahkan guru dengan latihan membaca text dengan pronunciation, intonation, dan stress. Dalam silent reading, pembelajaran diarahkan guru dengan strategi-stretegi reading yang dapat membantu siswa cepat dan tepat dalam mengisi jawaban. Melanjutkan kalimat yang membentuk sebuah cerita, kalimat berantai, dan membuat cerita bebas adalah kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam writing.

Selain itu, beberapa hal dia atas ada beberapa cara untuk mengembangkan kemampuan siswa. Salah satunya adalah membentuk sebuah club bahasa Inggris di sekolah. Menurut saya pribadi, kita tidak bisa hanya mengharapkan siswa kita bisa berkomunikasi dengan baik hanya dengan pembelajaran di dalam kelas. Perlu ada spesialisasi kegiatan yang berfokus pada pengembangan kemampuan itu. Dalam sebuah club bahasa Inggris anak-anak yang memiliki ketertarikan dalam bahasa Inggris akan berkumpul, hal ini akan memotivasi mereka untuk lebih bersemangat dalam menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa untuk melakukan komunikasi.

Selanjutnya, kita juga bisa membuat kursus bahasa Inggris di rumah. Banyak anak bisa berkomunikasi bahasa Inggris bukan dibentuk di sekolah tetapi di tempat kursus bahasa Inggris. Di dalam sebuah kursus bahasa Inggris, tentu saja jumlah murid, materi, dan kemampuan apa saja yang diajarkan dapat kita atur. Kurikulum dapat kita sesuaikan dengan apa yang kita inginkan, kalau kita ingin anak les kita bisa berkomunikasi dengan bahasa Inggris, maka setting saja kurikulum seperti itu. Dalam kursus bahasa Inggris, anak-anak yang tertarik pada bahasa Inggris juga akan berkumpul. Kumpulan anak-anak yang tertarik pada bahasa Inggris akan lebih memotivasi anak dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Pangeran Charles ini. Guru yang membuat Bimbel atau kursus bahasa Inggris selain dapat bermanfaat bagi masyarakat, ternyata juga dapat memberikan pendapatan tambahan. Bisnis bimbingan belajar atau kursusan bagi pelajar atau mungkin mahasiswa dan umum adalah bisnis yang selalu diminati, tidak pernah sepi.

Last but not least, sebagai guru bahasa Inggris kita juga sebagai duta. Jadi, gunakanlah bahasa Inggris sesering mungkin baik dalam berkormunikasi dengan murid atau sesama guru. Kita dapat menggunakannya di kelas atau dimanapun kita berada. Selain melatih kemampuan bahasa Inggris kita, ini juga sebuah cara untuk menunjukkan kepada murid-murid tentang sebuah model atau contoh percakapan dalam bahasa Inggris.

Seperti sebuah hobby dan kegilaan. Saya pun ingin melihat murid-murid saya memunyai hobbi dan kegilaan pada bahasa Inggris. Mendengarkan lagu-lagu bahasa Inggris, menonton film dengan subtitle bahasa Inggris, atau menenggelamkan diri mereka dengan berbagai aktifitas yang menggunakan bahasa Inggris akan banyak membantu mereka dalam mempelajari bahasa inggris. Tidak ada yang salah ketika pintar berbicara dan  menulis dalam bahasa Inggris karena pada akhirnya para kompetitor yang bisa bersaing dan memunyai kemampuanlah yang akan menang. Salah satu kemampuan itu adalah menguasai bahasa internasional. Saya ingin sepuluh tahun dari sekarang lagi, saya mendengar “Mam Ita, saya diterima beasiswa ke Australia, atau Mam Ita saya diterima beasiswa ke Amerika”. Dan untuk saat ini, saya hanya ingin mendengar “ Mam Ita, I like English”. 

Alfanita Zuraida

Tidak ada komentar:

Posting Komentar