Minggu, 15 Desember 2013

Mengenang Rasyda Satria Perdana



Rasyida menyalurkan hak pilihnya dalam pemilihan ketua osis
Pukul 23.00 WIB, saya sudah beranjak ingin tidur, tiba-tiba ada sms masuk, dari Pak Dwi, teman guru di SMP tempat saya mengajar. Isi sms itu membuat saya sangat terkejut. Rasyida Satria Perdana meninggal dunia malam itu karena sakit. Innalillahiwainnailaihirojiun. Anak kecil berumur 13 tahun yang penuh semangat telah berpulang ke Rahmatulloh.

Saya sedih. Sedih sekali. Mengapa harus dia. Anak yang lucu, pintar, tidak merepotkan hati saya. Memang dia sedikit jahil, namun overall, dia anak yang baik dan pintar. Dengan keterbatasan yang dia miliki, tak tampak minder atau rendah diri. Secara fisik dia memang berbeda dengan teman-temannya. Tapi saya yakin, secara intelektual, dia bisa mengimbangi bahkan mungkin di atas rata-rata teman sekelasnya. Dengan modal kemampuan intelektual, usaha, semangat, dan dukungan keluarga saya yakin anak ini pasti akan menjadi “sesuatu” suatu hari nanti.

Kini saya tidak akan mendengarkan dia lagi memanggil nama saya. Saya tidak akan mendengar lagi teman-teman sekelasnya yang mengadu karena kejahilannya. Saya juga tidak akan melihat lagi tulisan tangan yang hurufnya sangat besar. Saya juga tidak akan lagi mendengar suaranya yang menanyakan jadwal ECC.
Selamat jalan anakku. Semoga perjalananmu dalam menuntut ilmu menjadi pemberat amal baikmu di akhirat. Semoga Ayah-Bundamu diberi ketabahan luar biasa dalam melepas kepergianmu. Jasadmu memang telah tiada, namun senyum dan prestasimu tetap ada dalam hati kami semua.

Alfanita Zuraida

Tidak ada komentar:

Posting Komentar