Jumat, 06 Desember 2013

Pegawai atau Pengusaha Kreatif?

Picture taken from: rumahbukuiqro.wordpress.com


Sebenarnya apa hal paling penting yang harus dimiliki pengusaha dalam menjalankan usahanya, modal, kemampuan mengelola usaha, atau koneksi? Saya pilih ketiga-tiganya, mengapa? Karena memang ketiganya saling memengaruhi satu sama lain. Namun, selain tiga hal penting itu, ada satu hal lagi yang harus dimiliki oleh pengusaha yaitu keberanian dalam mengambil resiko. Tentang keberanian mengambil resikolah di sini yang akan saya bahas.

Di sekolah kewenangan utama saya adalah mengajar Bahasa Inggris, namun karena ada kekosongan guru Ekonomi, akhirnya saya pun setuju untuk mengajar pelajaran “Adam Smith” tersebut. Sebagai guru Ekonomi, saya menginginkan anak-anak didik saya bukan hanya mampu berteori tetapi juga mengaplikasi ekonomi dalam kehidupannya. Jadi, kadang-kadang setelah materi tersampaikan, kadang-kadang saya membelokkan pelajaran ke arah wirausaha dan pengembangan bisnis. Saya percaya, tidak semua anak didik saya akan melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Mungkin mereka akan memulai usaha atau sejenisnya. Jadi saya hanya ingin memberikan bekal pada mereka agar mereka memunyai “sesuatu” untuk kehidupan mereka kelak.

Tentang mengambil resiko usaha, saya mencoba mengasah nalar dan kelogisan berfikir mereka dengan mengadakan ulangan harian dengan lima soal yang jawabannya tidak akan ada di buku, tapi ada dalam pengalaman dan pikiran mereka. Saya bertanya pada soal nomor empat “Mana yang kalian pilih, menjadi pegawai dengan gaji tetap tanpa menanggung resiko atau menjadi pengusaha kreatif dengan resiko usaha? Jawablah dengan logis!”. Dari 37 anak dalam kelas XI, yang memilih jawaban menjadi pegawai tanpa resiko berjumlah 26 anak, sembilan anak memilih menjadi pengusaha kreatif dengan resiko, dan dua anak memilih untuk menjadi pegawai tanpa resiko terlebih dahulu, bila sudah modal sudah terpenuhi, maka mereka akan membuka usaha sendiri.

Ini adalah hasil analisis pribadi saya. Jadi anak-anak yang memilih menjadi pengusaha kreatif adalah anak-anak yang menurut saya dan guru-guru adalah anak-anak bandel. Di dalam kelas, mereka tidak bisa diam, selalu mengganggu temannya, tidak pernah memerhatikan pelajaran. Ternyata anak-anak itu lebih menunjukkan ketertarikan untuk menjadi pengusaha kreatif dibandingkan dengan anak-anak yang menurut saya pintar secara akademik di dalam kelas. Anak-anak yang menurut kita bandel dan sulit diaitur sepertinya memang tidak suka dengan hal-hal yang terikat, sesuatu yang telah ditentukan oleh orang lain. Tentu saja, bila menjadi pegawai anak-anak ini harus patuh dan taat pada sistem yang diberlakukan. Mereka harus tahu kapan mulai bekerja dan pekerjaan apa yang harus mereka selesaikan dengan baik. Dan hal ini tentu saja bukan karaketristik mereka. Ini adalah karakteristik anak-anak pintar dalam kelas yang patuh dan taat pada sistem. Anak-anak baik ini menurut guru adalah anak yang selalu mencatat pelajaran, diam duduk di dalam kelas, mendapatkan nilai baik saat ulangan. Dalam kehidupan nyata saat pengambilan resiko, ternyata mereka juga terpaku pada sebuah sistem, bekerja dan mendapat gaji per bulan. Sedangkan bagi dua anak yang berfikir lebih logis tentang usaha untuk mendapatkan modal, mereka memilih untuk menjadi pegawai dengan gaji tetap, dan bila sudah memiliki modal yang cukup mereka akan menjadi pengusaha kreatif. Ingat judul buku Robert Kiyosaki "Why A students work for C Students", akankah ini benar-benar berlaku?

Apakah yang menjadi pegawai atau pengusaha kreatif salah? Tentu saja tidak. Apakah saya meremehkan orang-orang yang menjadi pegawai? Tentu saja jawaban saya juga tidak. Menurut buku yang saya baca, Mimpi Satu Juta Dolar, yang mengulas perjalanan pengusaha muda sukses yang juga seorang motivator Asia, Merry Riana mengatakan bahwa intinya menjadi pegawai, dengan penghasilan tetap dan naik jabatan setelah beberapa tahun, akan membutuhkan waktu yang lama untuk menikmati hal-hal yang diinginkan seperti membeli rumah, mobil, dan lainnnya. Mereka menikmati kesejahteraan, tapi bila mereka ingin memiliki sesuatu yang lebih mereka harus berhemat dengan pengeluaran. Untuk naik jabatan pun harus menunggu sekian tahun. Namun menjadi pebisnis, bisa saja hanya dalam waktu beberapa tahun kita sudah menikmati hal-hal yang kita inginkan dan bebas dari masalah finansial. 

Memutuskan menjadi pegawai atau pengusaha kretif adalah hak setiap orang. Yang paling penting kita menikmati apa yang kita pilih. Kalau saya ditanya? Mau jadi yang mana? Saya pilih dua-duanya. Saya punya pekerjaan bergaji tetap, tapi saya juga punya usaha. Jadi penghasilan saya double deh. Saya bisa jalan-jalan menikmati hidup dengan apa yang telah saya usahakan suatu saat nanti. Hehehe. Aamiin.

Sharing is caring
Alfanita Zuraida

Tidak ada komentar:

Posting Komentar