Kamis, 12 Agustus 2010

IT’S ALL ABOUT POLAND’S EDUCATION


 Picture taken from: hybridarts.co.uk

Polandia atau Polska adalah salah satu negara berbentuk republik di Eropa tengah yang berbatasan langsung dengan Jerman di sebelah barat. Negara ini mempunyai 16 propinsi dan beribukota di Warsawa. Di negara yang 100 % warganya menggunakan bahasa Polandia sebagai bahasa sehari-hari ini pendidikan sangat diperhatikan oleh pemerintah. Kali ini kita akan mengulas tentang pendidikan di Polandia dengan narasumber Krawczyk Krzysztof, salah satu mahasiswa asing, Jurusan Bahasa Indonesia Penutur Asing (BIPA) yang saat ini sedang mengenyam pendidikannya di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unesa.

Pria berusia 34 tahun ini datang ke Indonesia pada 1 September 2009 lalu untuk mendalami bahasa yang berasal dari bahasa melayu ini. ”Tujuan saya mempelajari bahasa Indonesia adalah untuk menjadi translator pada perusahaan Polandia di bidang ekspor-impor dengan Indonesia. Sebenarnya ada tiga tujuan mahasiswa Polandia datang ke Indonesia diantaranya untuk belajar Bahasa Indonesia, belajar seni seperti gamelan, dan belajar sejarah Indonesia,” jelasnya.

Kris (panggilan akrab Krawczyk Krzysztof, red.) mendapatkan beasiswa dari program darmasiswa. Darmasiswa adalah program beasiswa yang diperuntukkan bagi mahasiswa asing yang ingin belajar di Indonesia. Pada bulan Maret, pria ramah ini browsing di internet dan mendapatkan informasi seputar program darmasiswa. Setelah itu ia segera mengirimkan application. Dari 60 orang yang mendaftar ia adalah satu dari sepuluh orang yang diterima. Kesepuluh mahasiswa asal Polandia itu datang ke Indonesia pada awal September dan kini menimba ilmu di beberapa kota di Indonesia seperti di Samarinda, Jogja, Malang, Bogor, Solo, Bali, dan Jakarta.

Ditanya mengenai pendidikan di negara asalnya, ia mengatakan bahwa pendidikan di Polandia renggang waktunya lebih lama dari pada di Indonesia. Di sana usia sekolah dimulai pada usia playgroup yaitu 3-5 tahun, kemudian dilanjutkan dengan zerowka (TK) pada usia 6 tahun, pada usia 7-14 tahun siswa-siswa di Polandia memasuki szkola podstawowa (SD) dilanjutkan pendidikan di liceum (SMP dan SMA) pada usia 15-18. Tidak ada sistem untuk membagi antara SMP dan SD, hanya satu sekolah liceum untuk SMP dan SMA. Kris menjelaskan” In Poland there is no system dividing junior and senior highschools from each other, just one highschool. However government prepares reform to split highschool into two: gimnazjum(SMP) and liceum (SMA)”jelasnya. Untuk usia masuk uniwersytet atau politechnika (perguruan tinggi) sendiri berkisar antara 19-25 tahun atau lima tahun untuk mencapai master’s degree (S-1) atau tiga tahun untuk bachelor’s degree (D-3).

Sebelum ke Indonesia dan menjadi bagian dari Unesa ini, pria kelahiran Warsawa ini telah meluluskan pendidikannya di University Commerce and Law jurusan foreign trade. Ada satu keunikan yang tidak dapat ditemukan di kelas-kelas di Indonesia. Di Universitas yang terletak di Warsawa ini kelas dibagi menjadi dua, yaitu lecture classes dan workshops. Dalam lecture classes, mahasiswa yang mengikuti perkuliahan diajarkan tentang teori. Lecture clasess ini biasanya terdiri dari 200 mahasiswa atau lebih. Sedangkan dalam workshop class yang terdiri dari 20-30 mahasiswa perkelas diajarkan bagaimana teori yang didapat dari lecturer class diterapkan. Karena itu di universitas ini dapat ditemukan kurang lebih enam aula besar yang digunakan untuk lecture classes.

Ditanya masalah OSPEK, pria yang kini tinggal di Citraland ini mengatakan bahwa sebelum kelas dimulai ada activity yang harus dilakukan oleh mahasiswa baru yaitu introduction meeting. Dalam introduction meeting mahasiswa baru akan dilkumpulkan untuk diberikan informai seputar kehidupan kampus dan lingkungan sekitar kampus, selain itu mereka (mahasiswa baru di Polandia, red.) juga langsung diberikan handout yang berisi jadwal selama satu semester. Disana juga ada para volunteer yang menawarkan mahasiswa baru untuk ikut dalam berbagi kegiatan ekstrakulikuler misalnya olahraga, cycle of philosophy, dan cycle of law. Dua kegiatan terakhir adalah kegiatan yang isinya diskusi mengenai berbagai hal tentang filsafat dan hukum.

Di Polandia, jadwal dan pengaturan jadwal di kelas-kelas sangat teratur. Kelas-kelas di sana akan dimulai tepat dengan waktu yang dijadwalkan. “Disana sangat tepat waktu sekali jika memulai, jika ada mahasiswa terlambat, maka tergantung dosen apakah ia mengijinkan mahasiswa yang terlambat itu masuk atau tidak. Sedangkan bila dosen terlambat lebih dari 15 menit maka mahasiswa boleh meninggalkan lokasi perkuliahan “ ujar pria dengan bahasa Indonesia yang terbata-bata.

Hal yang perlu ditiru pemerintah Indonesia dari sistem pendidikan Polandia adalah gratisnya pendidikan. Untuk state school, pendidikan digratiskan untuk semua jenjang pendidikan dari playgroup sampai uniwersytet atau politechnika (universitas atau politeknik). Namun untuk memasuki liceum dan uniwersytet atau politechnika murid-murid itu harus lulus tes. Sedangkan siswa yang tidak lulus tes bisa mendaftar ke private university atau universitas swasta yang biayanya sekitar 500-600 zloty (sekitar Rp. 1.500.000,00-1.800.000,00).

Di Polandia ada juga orang Indonesia, jumlahnya sekitar 130 orang. Mereka terdiri dari pegawai, warga Indonesia yang menikah dengan warga asli Polandia, juga mahasiswa ”I think more or less 10-20 persons now. Indonesian community in Poland is relatively small and we know one another quite well,” kata pria yang sudah lima tahun menikah dengan wanita asli Surabaya ini.

Ditanya kesannya menjadi seorang mahasiswa asing di Unesa, ia mengatakan “ I’m happy studying in Unesa, in this opportunity I would like to extend thanks to Pak Suhartono, the coordinator of Darmasiswa Program at UNESA, to Pak Puspo and Pak Heri from office, and to all our lecturers from Darmasiswa Program,”ucapnya mengakhiri wawancara dengan reporter Humas Unesa. 

(Alfanita Zuraida)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar