Kamis, 28 November 2013

Belajar dari Lala


 Tulisan tentang Lala hampir tiga tahun yang lalu ketika si anak manis ini masih duduk di kelas I SD. Sekarang Lala sudah duduk di kelas IV SD, dan masih belajar Bahasa Inggris di Bimbel Bahasa Inggris ALFA. Lala yang  mulai beranjak dewasa, kini adalah anak yang sangat bersemangat dalam menuntut ilmu. Tidak ada capeknya dan selalu ceria, begitu aku mengistilahkannya. Yang kutahu dia les di berbagai tempat, tapi tak pernah terdengar mengeluh, bahkan sangat menikmati masa-masa dalam menuntut ilmu tersebut. Dalam hal kemampuan, sekarang dia juga lebih terlihat menonjol dari pada teman-temannya, bahkan dengan penuh rasa percaya diri dia bisa membawakan acara berbahasa Inggris dengan apiknya. Saya yakin dengan kemampuan akademik, kemampuan berbicara, dan kemampuan bersosialisasi dengan apik, Lala dewasa bisa menjadi orang sukses di bidangnya. Semoga dia bisa menemukan jalannya, ke luar negeri mungkin? Aamiin. Dan inilah tulisan saya ketika Lala masih berusia enam tahun. Enjoy reading everybody!


When Lala was six years old

Lala (the left) is reading book with her friend, Alicia.



Kahila Ramadhani namanya, akrab disapa Lala. Kulit pulit, agak gendut, dengan rambut berponi yang selalu dikuncir dua menambah manis penampilannya. Mungkin karena terlalu manisnya ditambah dengn pipi gembulnya, temannya, Adam, sering mencubit pipi Lala disertai ucapan "Iiiih Gueemessss....". Mungkin bagi kebanyakan orang Lala seperti anak-anak pada umumnya suka bermain, nonton film, dan membaca, yang terakhir adalah hobi barunya setelah aku membuka Mini Library yang menyediakan buku anak-anak. Namun ada satu hal yang ada pada diri anak berusia enam tahun itu yang kadang membuatku berkaca diri yaitu sikap rendah hati, suka menolong, dan mudah memaafkan. Tiga sifat itu mungkin selalu banyak dinasehatkan pada anak-anak, namun sepengamatanku masih sedikit sekali anak-anak yang bisa berlaku seperti itu. Jangankan anak-anak, aku saja yang termasuk orang dewasa kadang masih belum bisa bersikap seperti itu apalagi mudah memaafkan bila tersakiti. Namun melihat Lala, kadang rasanya aku menjadi malu sendiri, anak sekecil itusudah mampu menerapkan berbagai sikap baik dalam dirinya. Aku bangga pada Lala juga pada orang tua yang mendidiknya.

Lala gemar sekali meminjamkan barang pada temannya apalagi pada temannya yang lupa tidak membawa perlengkapan tulis. Bila melihat temannya tidak membawa alat tulis dan dia membawa alat tulis itu dengan cepat dia akan bilang “Aku punya” dan meminjamkannya. Pada teman barunya dia juga terlihat lebih ngayomi dari pada teman-temannya yang lain. Bila ada teman baru dengan cepat dia akan mendekat dan bilang “My name is Lala”, bila temannya masih belum bisa memperkenalkan diri dalam Bahasa Inggris dengan senang hati dia akan mengajarinya “ My name is...sebutkan namamu”. Dengan senang hati Lala juga membawa pulpen untuk dipinjamkan paaku, padahal untuk anak SD kelas satu pulpen tidak dibutuhkan karena mereka menulis menggunakan pensil. Bila aku terlihat akan menulis sesuatu dengan cepat lala akan bilang “mis Ita ku pinjami. aku menolak karena aku sudah menyiapkan pulpenku sendiri tapi hari ini melihat senyum tulusnya untuk meminjamiku pensil aku tak tega menolaknya. Dan jadilah pulpennya yang kupakai, dia terlihat puas melihat aku menulis menggunakan pulpennya.

Lala bukan anak yang pintar, namun karen sering mendengarkanku dia selalu bisa bila ditanya. Dia tidak termasuk murid yang 'wah' dalam sisi akademik tapi dia juga bukan anak yang 'low'. Tapi yang paling kuperhatikan adalah soft skill yang ada pada dirinya kepiawaiannya menjaga emosi dan keluwesannya dalam bergaul. Pernah, teman-temannya mengejeknya karena dia lupa siapa teman yang harusnya memimpin berdoa. Tiba-tiba saja air mata deras mengalir di pipinya. Cepat-cepat aku menyuruh teman-teman yang mengejeknya untuk minta maaf. Tanpa berpikir panjang Lala lalu membalas uluran tangan teman-temannya dan menyudahi tangisnya. Bila Lala adalah aku mungkin dan pasti aku akan menunda uluran tangan mereka beberapa saat sebelum memaafkan mereka.

Belajar dari Lala, kini hatiku sungguh tersentuh. Lala bukanlah orang dewasa dengan berbagai pikirannya, Lala hanya seorang anak berusia enam tahun. Namun lebih dari itu Lala telah membuktikan pada kita para orang dewasa untuk selalu bersikap rendah hati, suka menolong, dan mudah memaafkan. Semoga kita adalah Lala-Lala dalam ukuran dewasa yang selalu baik pada semuanya.

Alfanita Zuraida

Tidak ada komentar:

Posting Komentar