Rabu, 27 November 2013

Crazy Little Things Called Love

Tulisan lama saya yang belum saya post, kira-kira tahun 2011. Enjoy reading!

Taken from: sinopsis-boxoffice.blogspot.com

Can you hear that?
My heart...
Is telling you I love you
But it cannot reveal my true feeling to anyone
Can you hear that?
My heart...
Is still waiting here for you to open
And, I can only hope you will know it
That I’m the one here to love you
I’m begging you please know it
“Some Day”
(A little thing called love)

Pernah punya Kakak kelas di SMP atau SMA yang cute, pintar, dan bintang lapangan kemudian jatuh hati dan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan simpati dan cintanya? Mungkin jawabannya bisa ya atau tidak. Namun inilah yang dialami oleh Nam, siswa M1 yang jatuh cinta pada sang Kakak kelas dari M5, P-Shone. P-shone yang rupawan, pintar, bintang lapangan, dan banyak penggemar adalah sosok yang berbanding terbalik dengan Nam, gadis berkacamata, hitam, tidak terlalu pintar, dan tidak fashionable. Di sekolah Nam hanya mempunyai tiga teman, Cherry,.... (yang dua aku tidak ingat).

Nam yang polos akhirnya melakukan berbagai cara untuk mendapatkan sang pujaan hati. Hal pertama yang dilakukannya adalah mempraktekkan berbagai trik untuk mendapatkan cinta P-Shone lewat buku yang dibaca oleh teman-temannya. Satu persatu trik pun dipraktekkannya. Banyak hal yang juga telah dilakukannya untuk menarik perhatian sang Kakak kelas yang ganteng dan ramah. Demi melihat sang Kakak, kelas dia rela dipaksa menjadi Snow White dalam sebuah opera oleh guru Bahasa Inggrisnya. Demi P-Shone juga dia rela menjadi Pemimpin marching band meskipun dia harus berlatih ekstra keras untuk ini. 
Klimaks film ini terjadi ketika P-Top, sahabat P-Shone sejak kecil ternyata menaruh hati pada Nam. P-Top yang juga tak kalah ganteng dan populer. Akhirnya, Nam dekat dengan P-Top. Namun Nam masih menaruh hatinya hanya untuk P-Shone. Dengan kedekatannya dengan P-Top, akhirnya Nam juga dekat dengan P-Shone. Nam jadi tahu apa alasan P-Shone bermain sepak bola dan keinginannya untuk menjadi pemain sepak bola. Suatu hari Nam berkomitmen untuk tidak dekat lagi dengan P-Top karena perasaannya hanya untuk P-Shone. Dia bertekad untuk menyatakan perasaan yang telah lama ia pendam pada P-Shone. Sayang ternyata P-Shone sudah jadian dengan P-Pin teman sekelasnya. Betapa hancur hati Nam saat itu.

Beberapa adegan membuat saya tertawa terbahak-bahak adegan sang Guru Bahasa Inggris yang lucu dan sok cantik yang selalu saja kalah denagn sang guru tari. Disaat semua ingin mendaftar ekstrakurikuler tari, tak seorangpun antri untuk mendaftar kelas opera sang Guru Bahasa Inggris, akhirnya tak ayal Nam dan teman seggangnya pun menjadi korban dari Sang Guru. Berbagai trik juga dilakukan untuk mendapatkan perhatian sang guru olah raga yang membuat saya tertawa. Secara natural, wajah sang guru Bahasa Inggris benar-benar memancarkan bahwa dia adalah seorang komedian ulung. Mungkin hanya melihat wajahnya saja Anda pasti sudah ingin tertawa.
Hal paling menarik dalam film ini adalah perubahan Nam dari gadis jelek yang hitam dan tidak menarik menjadi gadis cantik yang putih dan menarik. Saya samapai tidak percaya dengan perubahan yang terjadi. Seperti ada dua orang yang memerankan tokoh Nam padahal aslinya hanya satu. Benar-benar dua jempol untuk penata riasnya. Saya dibuat penasaran bagaimana sang penata Rias menjadikan Phicanok (Tokoh Nam) yang aslinya sangat cantik menjadi Nam jelek, hitam, dan buruk rupa. Sangat natural, tak terlihat seperti dibuat-buat. 

Selanjutnya adalah cerita yang ada dalam drama komedi ini, saya tidak menyangka bahwa ternyata P-Shone juga menyukai Nam. Dari awal sampai hampir akhir film, saya pikir P-Shone tidak menaruh hati pada Nam, wah ternyata saya salah, P-Shone ternyata  juga menyukai Nam. Untuk Pak Sutradara, Putthiphong Promsakha saya acungi dua jempol kaki, mengangkat dua jempol kaki untuk kepiawaiannya membuat film ini.

Pesan moral dalam film ini adalah ketika cinta pada seseorang di usia remaja bukan untuk mengancurkan diri tetapi memacu diri untuk kian berprestasi. Biarlah cinta pada orang yang kitra sukai di usia remaja mengingatkan kita bahwa jalan kita masih panjang, jangan biarkan cinta menghalangi prestasi kita. Biarlah kuncup mekar pada waktunya, biarlah kita melihat apakah orang yang kita sukai di usia remaja benar-benar akan menjadi soulmate kita, orang yang dipilihkan Tuhan untuk mengisi hari-hari kita di dunia dan di JannahNya.

Alfanita Zuraida

Tidak ada komentar:

Posting Komentar