Minggu, 22 Mei 2011

Menjadi Hebat dalam sebuah Kesederhanaan



Pengalaman baru selalu menjadi hal tak terlupakan bagiku, apalagi sebuah pengalaman yang datang dari rutinitasku bergelut dengan dunia pendidikan yang bak surga dengan segala fasilitas yang disediakan. Di sini, di tempat yang mungkin jauh dari hingar-bingar kehidupan kota, pengalaman baru itu ada. Di sebuah pesantren bernama Al-Fatah di desa Temuireng Blandong, Ndawar, Mojokerto inilah pengalamanku berawal.

Dimulai dari sebuah sms bernada ajakan untuk menjadi panitia acara sebuah youth camp oleh seorang teman yang ‘sedikit gila’ membuat kegiatan, aku pun mengiyakan untuk datang bila tidak mengajar. Aku pikir tempatnya akan sangat jauh dari rumah dan sudah tebak-menebak bahwa badanku akan sakit semua setibanya di sana. Maklum rumahku berada di kota Gresik, sedang tempat acara berada di kota Mojokerto, cukup jauh menurut perkiraanku saat itu. Ternyata perkiraanku meleset, Mojokertonya ternyata tidak berada jauh di sana, hanya beberapa kilometer saja dari kota Gresik.

Awalnya sempat tidak menyangka dengan tempat yang akan dijadikan lokasi youth camp, wah ternyata lokasi youth campnya saja membuatku sampai terbelalak mata. Setelah beberapa kali melintasi hutan jati akhirnya tiba di sana, itupun setelah acara nyasar di lapangan sepak bola. Maklum, sang Empunya acara hanya bilang di sebelah selatan lapangan sepak bola. Jadi ketika melihat lapangan sepak bola, kukira itu adalah lokasi acara, ternyata salah. Hhehe.

Tiba di sana, wah lokasinya ternyata sangat jauh dari bayanganku. Aku membayangkan bahwa lokasinya akan seperti acara youth camp dengan tenda-tenda seperti pas aku ikut pramuka di SMA dulu, wah ternyata sangat sederhana. Semua kegiatan di lakukan di masjid dekat pesantren. Namun sepertinya ini akan menjadi kegiatan yang menarik. Beberapa orang panitia sudah di sana ketika aku datang, acara pun sudah dimulai.

Acara dimulai dengan games perkenalan yang dipandu oleh sie acara. Oh ya aku ternyata juga dimasukkan dalam sie acara, Alhamdulillah sie yang paling ku sukai heheh. Dengan games-games menarik sang pembawa acara yang merupakan juniorku di kampus itu pun memandu peserta yang terdiri dari remaja anak-anak untuk bergabung dan tidak malu-malu untuk memperkenalkan diri. Beberapa tehnik pun dilakukan untuk membuat para peserta yang masih malu-malu ini mengeluarkan suaranya. Akhirnya, dengan suasana ceria para panitia ini berhasil untuk membuat anak-anak dan remaja-remaja itu untuk membuka mulut dan mengeluarkan suara emasnya.

Setelah acara perkenalan dan ishoma, acara dilanjutkan dengan pelatihan IT pada peserta. Panitianya adalah mas-mas dari Hoshi-family. Acara yang seharusnya bisa berjalan tepat waktu harus molor beberapa menit karena sang mas-mas Hoshi belum makan siang. Aslinya sih mau datang pas waktu makan siang, ternyata jadwal makan siang kiat dimajukan. Hihihi kasihan jauh-jauh ke sini kelaparan. Setelah para mas-mas Hoshi makan, acara pelatihan IT pun dimulai. Ternyata susah juga mengajari anak-anak ini belajar menggunakan laptop. Jari-jari mereka masih kaku dan agak terlihat takut-takut ketika memegang laptop, seperti memegang benda magic saja. Jadi ingat anak-anakku di sekolah yang sudah sangat mahir memainkan laptop dengan berbagai program plus internet. Bahkan banyak diantara mereka yang sudah punya account pribadi sendiri. Walaupun tidak bisa disamakan, tapi tetap saja ada persamaan. Mereka sama-sama anak-anak yang bersemangat ketika melihat hal baru di depan mata. Walaupun masih agak malu-malu dan takut-takut akhirnya bisa juga peserta ini melakukan arahan Mas hakim dari Hoshi-family.

Hari kedua dimulai dengan jalan-jalan melintasan hutan. Harena sudah kelaparan, aku dan beberapa teman baruku memutuskan berjalan melewati hutan dan mencari makanan. Tak lupa sebelum mencari makan, narsis dulu di hutan jati. Pose. Hehehheh. Ternyata agak terpencil juga ya tempat untuk mencari makanannya. Kalau malam bagaimana ya, pasti tempat ini gelap gulita karena hanya ada satu lampu yang menyinarinya, hih jadi merinding, jangan sampai ketemu Mbak Kunthi, tapi semoga ketemu mas Edward Cullen. Sebenarnya jam delapan pagi is my time to have breakfast. I can’t wait for. Tapi sayang Sie konsumsi belum menyelesaikan menu masakan. Sedang untuk membeli nasi pecel kesukaanku, tidak diijinkan ya kerena memang sudah memasak. Sedangkan gorengan pun tak ada di sini. Ah, willy nilly, kita pun makan kerupuk, lumayan buat camilan lah. Pulang dan sampai di depan masjid ternyata ada gorengan bikinan santriwati yang dijual, mantab untuk mngisi perut. Tapi jangan lupa bayar lo ya!

Ada beberapa hal baru yang aku pelajari setelah dua hari berda di tempat ini, sayang aku tidak bisa melanjutkan sampai akhir acara. Ada amanah di hari minggu yang tidak bisa ditinggalkan. Yang pertama adalah kesederhanaan. Semua serba sederhana di sini. Mulai dari tempat, sarana, dan prsasarana, dan lain sebagainya. Tapi semangat untuk memnuntut ilmu sangat tinggi. Ingat lagi pada anak-anak tersayangku di sekolah yang kadang begitu manja padahal segala fasilitas sudah terpenuhi. Ingin ini dan itu, tak mau belajar kalau belum lihat video, atau mogok belajar kalau tanpa games. Kalau di Trans TV ada jika aku menjadi yang biasanya untuk mahasiswa, sepertinya harus ada Jika aku menjadi yang diperuntukkan untuk anak-anak supaya juga bisa merasakan bagaimana belajar dengan fasilitas sederhana. Yang kedua adalah rasa hormat. Di sini rasa hormat pada yang lebih tua masih bisa dilihat. Antara santri dan santriwati kepada Pak Yai, Bu Yai serta guru-gurunya. Yang ketiga adalah bahasa yang digunakan, masih suka malu sendiri ketika mendengar para santriwati itu bisa berbicara bahasa jawa secara halus. Coba aku disuruh berbicara seperti itu, pasti lidahku ini kelu dan sudah pasti banyak salahnya daripada benarnya

Setelah dua hari di sana ada sebuah keinginan yang muncul yaitu mengajar di tempat terpencil yang minim dengan fasilitas. Apa aku bisa ya? tidak usah jauh-jauh harus ikut Indonesia Mengajar di daerah terpencil yang ada di Halmahera, Sulawesi, atau Kalimantan. Cukup di sekitar temapt tinggalku yang masih bisa dijangkau dengan mengendarai sepeda motor. Kalau Sun Go Kong dari Gua Hua Kwo bisa mengajar di hutan. Aku, Alfanita Zuraida juga pasti bisa. Semoga kesempatan itu datang. Aamiin. Tapi nggak mau di hutan, cukup di sekolah yang minim fasilitas. Hhhehhe.

The last, I want to say thank you very much to the leader of Temuireng Youth Camp, Kang Shobikan Ahmad (It was so strange when they called you ‘Kang Sobi’ heheh) and all the commitee of Temuiremg Youth Camp: Hoshi Family, Virma (We haven’t met yet), Teguh (The funniest and craziest person I met), Rahma (friendly person), Fitri (funny face), Wildan (Sorry, I just knew your name), Lia (you are so narsis Girl), Ratih (nice girl), Ula ( Nice and strong girl), Aida (patient girl in teaching), Eny (she’s not only teach but also touch), Susi (Sorry, not helping you in the kitchen ), Cindy (I really like your style), Muza and Pifa (friendship never ends), Evi (Don’t forget to invite me, I want to meet ‘Itu’) and every single person that I cannot mention their names here. Thanks for the inspiration.

Seperti misi Super Teacher Comunity, mari kita mencetak para pendidik yang kreatif, inovatif, motivatif, dan inspiratif menuju pendidikan Indonesia yang super. Yah, mari kita mulai dari diri sendiri dan saat ini.



Random time (April and May 2011)

-Ie-th@-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar